Kehidupannya telah menjadi impian semua wanita, namun Beta justru mengacaukannya.
Bukannya menikmati hidup bahagia, ia malah membunuh sang suami yang kaya raya???
Dari sinilah, kisah kehidupan Beta mulai diceritakan. Kelamnya masa lalu, hingga bagaimana ia bisa keluar dari lingkar kemiskinan yang membelenggu dirinya.
Kisah 'klasik'? Tidak! Kehidupan Beta bukanlah 'Template'!
Flashback kehidupan Beta dimulai sejak ia masih sekolah dan harus berkerja menghidupi keluarganya. Hingga akhirnya, takdir membawakan ia seorang pria yang akan mengubah gaya hidup dan juga finansialnya.
Seperti kisah 'cinderella' yang bahagia. Bertemu pangeran, dan menikah.
Lalu apa? Tentu saja kehidupan setelah pernikahan itu terus berlanjut.
Inilah yang disebut dengan,
'After Happy Ending'
Selamat membaca~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yola Varka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kisah Seorang Anak Tunggal (2)
Sepulang dari kantor, Arwan terpaku di depan pintu rumahnya yang terbuat dari kaca. Di balik kaca transparan itu, ia dapat melihat pemandangan yang begitu indah, tertangkap oleh indra penglihatannya.
Di ruang tengah, istri dan ketiga anaknya sedang terlihat tertawa bersama dengan bahagia. Sungguh, pemandangan yang begitu menyejukkan hati.
Tanpa sadar, Arwan menitihkan air matanya. Pikiran yang tadinya dipenuhi oleh masalah perusahaan, kini akhirnya bisa ia lupakan untuk sesaat, dan tergantikan dengan berbagai rencana untuk melindungi pemandangan indah di hadapannya tersebut. Keluarga adalah segalanya.
Tidak bisa begini. Arwan tidak mau merusak pemandangan seindah itu. Ia pun, akhirnya benar-benar mengurungkan niat awalnya karena tidak ingin membuat sang istri menanggung beban yang sama dengan dirinya.
Selama menjalankan perusahaan yang sudah berada di ujung tanduk, Arwan terus memikirkan cara dan strategi agar dapat keluar dari masalah yang sedang membelenggunya.
Hingga akhirnya, tercetuslah ide sesat yang datang menghampiri kepala Arwan.
Pria itu, teringat akan keuntungan dari polis asuransi jiwa. Tekanan yang datang dari luar maupun dalam dirinya sendiri, membuat Arwan tidak bisa berpikir jernih.
Arwan sempat memukul kepalanya sendiri, berusaha mengenyahkan pikiran sesat itu dari kepalanya. Namun, meski sudah berusaha keras untuk tak lagi memikirkan cara bodoh itu, tetap saja ia merasa kalau dirinya sudah tidak mempunyai pilihan lain.
Hal yang membuatnya semakin yakin akan keputusannya itu adalah, ketika ia mengingat keluarga bahagianya.
Sebuah foto keluarga dengan bingkai warna emas, berdiri tegap di atas meja kerja, seakan ikut menyemangati Arwan yang sedang mencari nafkah.
Air mata Arwan kembali mengalir, di saat ia meraih bingkai foto tersebut dari atas mejanya.
"Apakah aku sudah membahagiakan mereka?" ucap Arwan sembari mengamati foto keluarganya.
Akhir-akhir ini, ia bertransformasi menjadi pria cengeng. Meski terlihat kuat dari luar, namun sebenarnya ia memiliki hati yang sangat lemah.
"Beta, apa yang kulakukan ini adalah hal yang benar?" Arwan sedang berbicara sambil memandangi foto istrinya.
"Bagaimana ini? Aku juga tidak ingin meninggalkan kalian." Bingkai foto itu telah dibasahi oleh air mata milik Arwan. Ia kemudian memeluk foto keluarganya itu dengan erat, seakan ia sedang melakukan perpisahan dengan istri dan anak-anaknya melalui benda mati tersebut.
Di dalam ruang yang gelap, Arwan sedang menangis sambil memeluk foto keluarganya. Pria itu berpikir, meski anak-anaknya nanti akan tumbuh tanpa seorang ayah, namun masih ada istrinya yang tangguh itu sebagai ibu mereka.
Ya, Arwan telah memiliki keyakinan semacam itu. Lagi pula, selama ini ia juga jarang menemani anak-anaknya, karena terlalu sibuk bekerja.
Walau sebenarnya, ia juga sangat ingin melihat tumbuh kembang sang buah hati. Ia juga ingin ikut tertawa bersama keluarganya dengan riang gembira.
Tapi apa boleh buat? Tidak semua keinginan itu dapat terwujud.
Rencana untuk menjadikan kematian sebagai cara agar mendapat asuransi jiwa dengan nilai fantastis, akhirnya benar-benar dilakukan oleh Arwan.
Rencana itu sudah ia persiapkan sejak satu bulan sebelum kematiannya. Ia menggunakan cara halus dengan menggunakan obat penenang, agar para polisi mengira bahwa dirinya overdosis obat tersebut, sebab kelelahan bekerja.
Namun, tanpa Arwan sadari, orang terdekatnya telah menjebak Beta sebagai tersangka. Dialah seorang musuh dalam selimut.
Arwan dikhianati oleh seseorang yang ia andalkan dalam memperbaiki keadaan perusahaannya kelak, jika dana asuransi itu sudah cair.
Ternyata, terlalu percaya kepada orang lain itu juga cukup membahayakan. Arwan melupakan sebuah fakta bahwa manusia juga sangat berpotensi memiliki tabiat yang buruk.
...~~~...
Hari ini, Jaka yang merupakan sekretaris pribadi sekaligus teman lama dari mendiang Arwan, telah dibekuk oleh anggota kepolisian atas tuduhan telah melakukan penggelapan dana, selama kurang lebih dua tahun di perusahaan Beentang.
Ditambah, tindakannya yang telah menjebak istri sang mendiang hingga mendapat tuduhan palsu, juga akan segera diperhitungkan di pengadilan.
Jaka telah membuat Beta seakan telah membunuh suaminya sendiri. Ia diam-diam menuangkan beberapa tetes racun ke dalam bekal buatan Beta yang berada di dalam ruangan, tempat Arwan menghabisi nyawanya sendiri. Jaka melancarkan aksinya, tepat sebelum Beta mengetahui kematian sang suami di kantor.
Namun, tindakannya yang amatir itu, terlalu ceroboh dan dia juga bukanlah seorang ahli dalam kejahatan semacam itu.
Dan lagi, Beta berhasil mengetahui fakta bunuh diri itu dari sebuah surat kecil yang Arwan tinggalkan di balik bingkai foto keluarga yang terletak di atas meja kerjanya. Jaka lengah, dan sama sekali tidak menyadarinya.
Polisi dengan cepat memecahkan kasus keluarga Beentang, setelah hasil otopsi jenazah Arwan menunjukkan hal yang berbeda dari dugaan awal.
Jaka, adalah seseorang yang telah mengkhianati sahabatnya sendiri. Sifat iri merupakan hal yang mendasari perbuatannya tersebut.
Sering dibandingkan dengan anak tetangga oleh kedua orang tuanya sejak dini, berhasil membentuk Jaka menjadi pribadi yang suka meng-iri dan tidak bersyukur atas kehidupan yang dimilikinya.
Di mata Jaka, Arwan adalah sosok yang sudah memiliki kehidupan yang sempurna. Bisa dengan mudah mendapatkan apapun yang diinginkan, bahkan wanita yang sudah lama disukainya sejak SMA, dengan mudah dimiliki oleh Arwan dalam waktu singkat.
Baginya, hidup sungguh tidak adil. Dan mendekam di penjara, merupakan sebuah akhir dari kisah perjalanan hidup Jaka.
Begitulah, sifat iri telah membutakan mata hatinya.
...~~~...
Bersambung.....