Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8
Zhafira terus melangkahkan kakinya cepat,tanpa ingin melihat lagi ke arah belakang. rasa sakit di hatinya, tidak bisa lagi dia tahan karena menurutnya sikap heru dan kinan sudah keterlaluan.
Dari belakang,eric tetap memperhatikan zhafira yang berada di depannya.sebenarnya bukan karena dia peduli, mengikuti zhafira tapi dia sudah merasa jengah dengan sikap keluarga heru.
Zhafira menyeka air matanya,dia pun segera menunggu angkutan umum untuk menuju ke tempat kerjanya.
Tak lama pun,sebuah mobil angkot berhenti dan zhafira pun segera masuk.mobil itu pun melaju pergi.
Sementara eric,dia mengedarkan pandangan seakan mencari sesuatu.tak lama juga, sebuah mobil mewah berwarna hitam menghampirinya.
Tanpa basa basi, eric pun masuk kedalam mobil itu.
"Selamat pagi king!" seru seseorang yang memegang pengemudi.
"Jalan!" titah eric,tanpa menjawab sapaan orang tersebut.
Seakan sudah biasa, sopir itu pun melakukan perintah eric.dia memutar balikkan mobilnya dulu,lalu melajukan kembali mobilnya meninggalkan tempat itu.
Tidak ada percakapan di antara eric dan sopir itu di sepanjang perjalanan.sampai pada akhirnya, mobil yang di tumpangi eric tiba di sebuah kawasan elite.
Eric pun turun dari mobil dan berjalan menuju, ke sebuah rumah megah berlantai tiga ala Eropa.
Semua orang yang berada di sekitar rumah mengangguk hormat, saat melihat eric berjalan melewati mereka.
"Selamat datang king!" seru semua orang yang ada di sana.
Eric hanya merespon dengan anggukkan kecil, sebagai jawaban.dia pun melenggang pergi masuk,ke dalam rumah besar itu.
Dia memasuki ruangan,yang terlihat seperti sebuah kamar namun sangat besar.
"Akhirnya kamu pulang!" seru seorang laki-laki yang terlihat tua namun masih sehat.
Eric yang akan masuk kamar pun, melirik sekilas ke belakang.dia pun tidak menggubris, perkataan dari laki-laki tua yang di ketahui bernama Louis itu.
Dia adalah kakek dari eric, yang selama ini mengurusnya sampai sebesar ini.eric adalah cucu satu-satunya, yang sangat berharga baginya.
Louis menghela nafas melihat sikap,eric yang tidak pernah berubah.
"Sepertinya kamu tidak merindukan, pria tua ini!" Dia pun ikut masuk ke kamar eric.
Eric memutar bola matanya malas. " Seperti yang kakek lihat,aku baik-baik saja."ujarnya ketus.
Louis tersenyum tipis. "Baiklah,kakek percaya."
Eric mendudukkan dirinya di sofa,tatapannya menerawang ke depan,seakan memikirkan hal yang sejak seminggu terakhir ini mengganggu pikirannya.
"Siapa yang sudah menolong, mu?" Louis duduk di samping eric, mengusap lembut pundaknya.
Eric menghela nafas. "Aku di selamatkan oleh seorang laki-laki tua,namun dia memberikan ku sebuah syarat."
Louis mendengarkan perkataan eric, tanpa ingin menyela nya.dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi,pada cucu kesayangannya itu.
"Aku harus menikahi cucunya pada hari itu juga." Eric mengeraskan rahangnya,menahan amarah pada dirinya.
"Ha.. ha.. ha!" Louis tertawa lepas. "Apa kakek tidak salah dengar! Kamu menikah?" ujarnya tertawa mengejek.
Louis tahu jika cucunya itu, tidak tersentuh oleh wanita manapun. sehingga dia terkejut, saat mengetahui eric sudah menikah.
"Aku tidak peduli! Aku tidak akan menganggap dia sebagai istri ku." Eric menatap tajam Louis.
Louis mengehela nafas kasar, entah harus bagaimana lagi untuk meyakinkan eric,bahwa cinta itu ada.dia takut jika cucunya itu, mengalami penyimpangan.
"Bawa dia kemari, kakek ingin bertemu dengan istri mu."
"Tidak!" Eric menatap tajam. "Untuk saat ini,aku tidak akan membawanya kemari.Dia belum tahu siapa aku yang sebenarnya,begitu pun dengan keluarganya.Jadi aku harus memikirkan alasan yang tepat,untuk membawanya ke sini." tutur eric panjang lebar.
Louis menatap lekat eric, ada sedikit keraguan di dalam hatinya, mengingat posisi cucunya ini adalah putera dari seorang mafia kejam.
"Kamu tahu eric! Hal ini bisa menjadi ancaman bagi dirimu sendiri. Apalagi jika musuh-musuh ayah mu tahu tentang pernikahan mu. Sebaiknya, kamu rahasiakan identitas istri mu untuk sementara ini. Kakek tidak mau ada korban lagi, cukup mereka saja...!" Louis menghentikan ucapannya, seakan tenggorokannya tercekat mengingat kejadian naas menimpa anak dan menantunya.
Eric yang mendengar semua itu ikut larut dalam kesedihan,meskipun dia berusaha kuat namun tetap saja hatinya rapuh,saat mengingat orang yang di cintainya telah pergi untuk selamanya.
"Aku tidak akan membiarkan kejadian dulu terulang lagi!" Eric mengeraskan rahangnya. " Aku akan mencari orang yang sudah berkhianat, pada kita!"ucapnya penuh penekanan.
"Kakek setuju! Tapi kapan,kamu akan memimpin perusahaan lagi? Kasihan Edward, dia kewalahan mengurus semua pekerjaan yang kamu tinggalkan."
Eric kembali menghela nafas. "Setelah aku menyelesaikan,urusan ku. Maka aku akan kembali ke perusahaan, kek."
Inilah beban yang di tanggung oleh Eric sebagai pewaris tunggal keluarga Shailendra.di usianya yang terbilang muda,dia harus memegang kendali atas perusahaan peninggalan orang tuanya,belum lagi dia di pilih untuk memimpin sebuah klan, yang dulu di pimpin oleh ayahnya.
Meskipun semua beban eric berat, namun hal itu tidak membuatnya merasa kesusahan.berkat bantuan Edward yang menjadi tangan kanannya, eric mampu memegang kendali perusahaan dan klan secara seimbang.
"Baiklah, sekarang apa yang akan kamu lakukan?" Louis kembali, menatap eric.
"Aku akan kembali ke rumah itu.Tapi aku minta, sebuah motor biasa untuk alat berkendara ku."
"Apa kamu akan menjadi tukang ojek?" tanya Louis yang di akhiri tawa seakan mengejek.
Eric mendengus kesal, melihat sikap kakeknya,yang sangat suka mengejeknya.
"Terserah." Eric yang sudah kesal pun pergi, meninggalkan Louis yang masih menertawakannya.
Sebelum Louis beranjak dari kamar eric, dia terlebih dahulu menghubungi seseorang.
"Ikuti king dan awasi semua orang yang berada di rumah itu.Pastikan king,berada jauh dari kawasan musuh. mengerti!"perintah Louis,pada orang kepercayaannya.
Setelah mengakhiri panggilannya, dia pun menyusul eric yang keluar.sebenarnya hati Louis khawatir pada eric, karena bagaimana pun juga eric sekarang adalah tanggung jawabnya.
Namun dia percaya,jika eric mampu menghadapi semua ini.
Louis pun mengantar eric yang akan kembali ke rumah heru,dengan menggunakan sepeda motor biasa.
" Apa kamu yakin akan menggunakan kendaraan buruk ini?"tanya Louis heran, menatap geli motor yang akan di pakai eric.
"Aku yakin. Kalau begitu aku pergi dulu." pamit eric, menyalakan motornya.
Louis menatap eric nanar, seakan tidak rela jika cucu kesayangannya itu harus pergi lagi meninggalkannya.
"Hati-hati, king! Akan ada beberapa orang yang akan mengawasi mu dari kejauhan.Semua kakek lakukan, agar musuh tidak menyerang mu secara tiba-tiba lagi." Louis dengan tegas memperingatkan.
Eric mengangguk sebagai jawaban, dia pun pergi meninggalkan rumah mewah miliknya.
"Jo...!" panggil Louis, tegas."Berikan informasi tentang gadis yang menjadi istri cucu ku. Dan pastikan tidak ada hal sekecil apapun yang terlewatkan tentangnya." Pandangan Louis, masih menatap kepergian Eric yang semakin menjauh.
"Baik tuan! Saya akan mencari tahu tentang gadis itu! Kalau begitu saya permisi undur diri." Seorang tangan kanan Louis,yang bernama johan membungkuk hormat dan pergi dari hadapan Louis.
"Aku berharap gadis itu, dapat merubah Sikap anak kalian." gumam Louis pelan, mengusap sudut matanya yang basah.