Mohon bijak dalam membaca, jangan lompat Bab dan blom like ya ...😘
Qyana Selyana Putri, gadis cantik yang mengalami transmigrasi kedalam tubuh seorang gadis yang bernama Astara Kalyana Rayder, gadis cantik yang menjadi kesayangan kelima kakak laki-lakinya.
Meski begitu, Astara tidak merasa bahagia, apalagi sejak dia kehilangan kedua orangtuanya saat dia masih berusia sepuluh tahun, Astara merasakan kehampaan di dalam hidupnya, hingga membuatnya tidak lagi memiliki semangat untuk hidup.
Namun hal itu tidak pernah dia perlihatkan di hadapan kelima kakaknya, hingga suatu malam, setelah pembicaraan dia dengan seorang wanita, kekasih dari Sang kakak pertama. Setelahnya, Astara memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Hilangnya jiwa Astara, rupanya membuat raga itu di isi oleh jiwa Qyana yang pada saat yang sama telah di bunuh oleh sahabatnya sendiri.
Tak rela dengan takdir hidupnya yang seperti itu, Qyana memutuskan untuk menerima hidupnya yang kedua menjadi Astara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Adiramanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
@@@@@@
Sejak pembicaraan terakhirnya dengan sang kakak kemarin, Astara sekarang jauh lebih waspada dari sebelumnya. Dan pagi ini, Astara terlihat menonton Tristan yang sedang berolahraga bersama dengan orang yang Astara tahu sebagai asisten pribadi sang kakak.
"Kak Tristan," panggil Astara yang kemudian mendekat saat melihat Tristan selesai dengan olahraganya.
"Sudah berapa lama kamu berdiri di sana hem ..." ucap Tristan sambil mengacak rambut Astara yang langsung membuat Astara cemberut karena rambutnya yang berantakan.
"Enggak lama," jawab ketus Astara sambil membenarkan rambutnya yang berantakan.
"Jadi, apa yang kamu inginkan," ucap Tristan yang sepertinya tahu jika Astara sedang menginginkan sesuatu.
"Bisakah kakak ajari aku bela diri," ucap Astara yang seketika membuat Tristan tersedak saat akan minum air mineral yang di berikan oleh asisten pribadinya tadi.
"Kamu sedang tidak demam kan ..." sambil menyentuh kening Astara yang langsung di tepis oleh Astara.
"Ish ... aku baik-baik saja kak, dan aku serius dengan apa yang ku katakan tadi,"
"Kau yakin sayang ..., dan apa kamu tahu jika apa yang kamu inginkan ini, bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan," ucap Tristan yang merasa heran dengan sikap Astara yang tiba-tiba ingin belajar bela diri.
"Aku yakin kak, karena sebenarnya aku juga tidak punya pilihan,"
"Lagipula, jika aku memutuskan terlibat dengan orang itu, setidaknya aku harus memiliki kemampuan untuk menjaga diriku sendiri," ucap Astara sambil tersenyum kearah Tristan.
"Tapi kakak masih belum merestui hubungan kalian,"
"Aku tahu kak," sambil tertawa kecil saat melihat Tristan yang sepertinya tidak rela jika Astara memiliki kekasih.
"Tapi aku serius ingin belajar bela diri, setidaknya aku tidak akan membuat kalian khawatir dengan keselamatanku,"
"Kami akan selalu khawatir Princess, meskipun kakak tahu jika dia mampu melindungi dirimu. Namun hal itu tidak akan mengubah jika kamu adalah satu-satunya adik perempuan yang harus kami jaga,"
"Setidaknya, sampai kamu akan menikah nanti," ucap Tristan yang kembali mengacak rambut Astara.
"Kak ... iih ... jadi berantakan kan ..." kesal Astara yang kembali merapikan rambutnya yang berantakan.
"Dan lagi aku masih belum ingin menikah kak ..., jadi tidak perlu membahas hal itu," ucap Astara melanjutkan perkataannya.
"Ok, jika begitu kakak tidak akan membahasnya lagi," sambil mengangkat kedua tangan dan tersenyum mengejek kearah Astara yang terlihat kesal saat membahas hal yang sangat sensitif bagi dirinya.
"Ish ... kakak nyebelin," ucap Astara yang kemudian berjalan menjauh dari tempat dimana Tristan berolahraga tadi.
"Hei ... sayang, katanya ingin berlatih," teriak Tristan saat melihat Astara yang mulai menjauh.
"Enggak jadi, aku cari kak Arya aja," jawab ketus Astara tanpa menengok kearah Tristan yang tertawa saat melihat Astara yang sedang merajuk padanya.
"Lihatlah, adikku yang pendiam sekarang sudah dewasa," ucap Tristan sambil tersenyum saat melihat punggung Astara yang mulai menghilang.
"Sepertinya kita harus mempercepat rencana kita Carel, dan pastikan semuanya berjalan dengan lancar," kata Tristan pada sang Asisten yang masih setia berada di sana.
Carel yang paham akan maksud dari Tristan, hanya mengangguk mengerti, dan sepertinya dia akan bekerja lembur untuk beberapa hari kedepan, sampai rencana yang di buat Tristan berjalan dengan lancar nantinya.
\*\*\*
Setelah dari ruangan olahraga tadi, Astara memutuskan untuk kembali ke kamarnya untuk menganti pakaian. Sebab, dia merasa bosan di rumah terus sejak kemarin, karena itulah Astara memutuskan untuk pergi keluar rumah. Tentunya, setelah dia tahu jika kakaknya sudah tidak ada di rumah.
Karena jika mereka tahu Astara pergi sendiri keluar rumah, mereka pasti akan mengirim bodyguard mereka untuk mengikuti Astara, yang pada akhirnya hal itu akan membuat Astara merasa risih karena selalu diikuti kemanapun dia pergi.
Setelah memilih pakaian sempurna untuk dia kenakan.
![](contribute/fiction/9679342/markdown/47582453/1736764513937.jpeg)
Astara kemudian melangkah ke ranjang untuk mengambil tas yang sudah dia siapkan di atas kasur, namun saat mengambil ponsel baru yang di berikan Ravandra, Astara melihat jika Ravandra sedang menghubungi dirinya.
Tak ingin mendengar Ravandra cerewet saat dia lama mengangkat panggilannya, Astara segera menjawab panggilan itu yang bertepatan dengan Tristan yang baru saja masuk ke kamar Astara untuk berpamitan pergi ke kantor.
"Apa?," ucap ketus Astara sambil melihat Tristan yang penasaran dengan orang yang barusaja menghubungi adiknya itu.
"Ketus banget sih ... sama calon suami," jawab Ravandra di seberang sana.
"Enggak usah ngelantur kalau ngomong, kalau enggak ada yang penting aku tutup,"
"Yaampun sayang ... kok galak banget sih ..."
"Kalau sudah tahu, kenapa masih mendekatiku"
Dan seketika Tristan terkikik saat mendengar Astara mengatakan hal itu pada Ravandra, hingga tanpa sadar membuatnya mendekati Astara dan duduk di samping Astara yang hanya bisa memutar bola mata malas saat melihat Tristan yang begitu penasaran dengan perbincangan mereka.
"Hah ... apa sekarang aku di tolak lagi," ucap Ravandra yang Astara bisa mendengar jika Ravandra sedang menghela nafas panjang di seberang sana.
Astara terdiam, tak ingin mengatakan sesuatu yang dirinya sendiri belum tahu mengenai perasaannya yang sebenarnya. Tristan yang tahu adiknya sedang bingung dengan apa yang harus Astara jawab, hanya bisa tersenyum sambil menepuk pundak Astara.
Berharap Astara tahu, jika apapun keputusan Astara nantinya, dia akan selalu mendukung semua keputusan Astara, selagi hal itu dapat membuat Astara bahagia.
"Aku merindukanmu," ucap Ravandra di seberang sana.
"Bisakah kita bertemu?," ucap Ravandra lagi.
Namun Astara masih diam mendengarkan Ravandra bicara, tak tahu dengan apa yang harus dia jawab nantinya.
"Sepertinya kamu sedang tidak ingin bicara padaku,"
"Kalau begitu ..."
"Jemput aku di rumah tiga puluh menit dari sekarang, jika kamu terlambat maka lupakan saja jika ingin bertemu denganku," sahut Astara yang setelah mengatakan hal itu langsung menutup panggilannya.
Sedangkan Ravandra yang barusaja mendengar perkataan Astara barusan, masih mencoba mencerna maksud dari perkataan Astara tadi. Dan saat dia paham akan maksud dari perkataan Astara, Ravandra bergegas pergi ke kediaman Rayder
Meninggalkan Bastian yang kelimpunggan saat Ravandra meninggalkan pekerjaannya yang menumpuk, hingga membuat Bastian harus meminta bantuan kedua sahabat Ravandra yang memang sedang melakukan meeting dengan Ravandra.
Yang pada akhirnya di terima dengan pasrah oleh kedua sahabat Ravandra yang tidak bisa melakukan apapun untuk mengelak, tanpa tahu jika ada seseorang yang sepertinya sedang merencanakan sesuatu untuk mencelakai Ravandra.
**TBC**
/Hey//Hey//Hey/