Terlahir dengan kekuatan istimewa, akankah membuat hidup Angela jadi lebih bahagia? atau penuh dengan rintangan.
Mampukah Angela mengendalikan kekuatannya? ataukah kekuatan itu akan menghancurkan dirinya?
Ikuti terus kisah Angela hingga akhir ya ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Angela merasa tidak tega melihat kondisi Ratih yang terlihat begitu memprihatinkan. Jadi ia memutuskan untuk pulang lebih dulu.
Gadis cantik itu berjalan seorang diri di tengah pekatnya malam, namun langkahnya terhenti saat tiba di sebuah pohon besar.
Hii...hiii...hiii....
"Astagfirullah!" Kaget Angela saat seorang wanita dengan baju putih lusuh menyapanya dengan suara tawa cekikikan.
Sebenarnya Angela sudah terbiasa melihat mahluk tak kasat mata, hanya saja kali ini Angela sedang melamun jadi ia cukup terkejut saat melihat sesosok kuntilanak berdiri tepat di hadapannya.
"Ngagetin aja sih!" Bentak Angela, membuat suara tawa mahluk itu semakin melengking.
Angela sudah bisa berdamai dengan dirinya sendiri, hingga mengangap mahluk gaib bukan sesuatu hal yang menakutkan lagi.
Wajah mahluk itu tertutup rambutnya yang panjang dan berantakan, kepalanya sedikit miring jadi Angela memanggil mahluk itu dengan sebutan kuntilanak leher bengkok, karna leher mahluk itu memang lebih condong ke satu arah alias bengkok.
"Awas! Aku mau lewat!"
Usir Angela pada mahluk tak kasat mata yang sudah tidak punya harga diri sama sekali di hadapan gadis belia berusia 17 tahun itu.
"Ih, dasar orang gila. Malah ngomong sendiri."
Ledek Intan kala melihat Angela sedang berbicara seorang diri.
"Heh! Aku gak gila ya, kamu kali yang gila!" sentak gadis bermata biru itu. Walaupun mereka bertetangga dan satu sekolah, namun hubungan diantara Angela dan Intan tidaklah baik.
Apalagi setelah orang tua Intan melarang keras gadis itu untuk berteman dengan Angela yang menurut mereka aneh dan karna suka berbicara sendiri.
"Ih takuuut...lariiiiii..." ledek intan lagi sembari menjulurkan lidahnya ke arah Angela.
"Awas kau ya!" Kesal Angela sembari mengepalkan telapak tangannya ke arah Intan yang sudah berlalu pergi meninggalkannya.
"Huhf! Menyebalkan! Dasar Intan gila!" Rutuk Angela dengan kedua tangannya yang masih mengepal erat.
Kemudian Angela berjalan dengan langkah kesal sembari menghentak-hentakan kakinya ke atas tanah.
***
"Ada apa ini? Apa terjadi sesuatu lagi pada gadis itu?" Tanya seorang pria tampan dengan mahkota di atas kepalanya.
"Sepertinya begitu tuan." Jawab pengawal setia pria tampan itu.
Kemarah Angela membuat istana tak kasat mata yang dipimpin oleh pria tampan itu jadi berguncang hebat.
"Sepertinya kekuatan gadis itu sudah semakin besar, apa ini saatnya untuk menjadikan gadis itu sebagai pengantinku?" Tanya pria tampan itu dengan seringai di bibir tipisnya.
***
***
Brakkk!!
Angela membanting pintu rumahnya dengan kasar. Pertemuan singkatnya dengan intan telah membuat suasana hati Angela menjadi kacau.
"Angela! Bikin aku kaget saja sih!" rutuk Junior yang merasa kaget dengan kedatangan gadis indigo itu.
"Yang hantu siapa? yang kaget siapa?" ledek Angela sembari menjulurkan lidahnya ke arah Junior.
"Ha...ha...ha..."
Suara tawa Junior menggema diseisi ruangan.
"Junior! Gendang telingaku seperti mau pecah rasanya. Awas kau ya!" Umpat Angela sembari mengejar Junior yang berlari menuju lantai 2.
Makhluk gaib yang satu itu selalu terlihat menggemaskan, membuat Angela tak pernah merasa takut saat berhadapan dengannya, bahkan dari sejak awal mereka bertemu ketika Angela masih kecil dulu.
Sedari kecil Angela sudah menganggap Junior sebagai temannya sendiri, awalnya Angela mengira Junior adalah manusia biasa seperti yang lainnya.
Angela baru menyadari kalau Junior bukan manusia, ketika Ia terus tumbuh dewasa sedangkan Junior terperangkap dalam sosok wujud anak kecilnya.
***
***
Keesokan harinya Angela kembali mengalami demam. Padahal kemarin sore Angela sudah merasa lebih baik, tapi entah mengapa kini demamnya malah menjadi semakin parah. Dengan terpaksa hari ini Angela tidak masuk sekolah lagi.
"Kamu di rumah saja ya, istirahat. Jangan kemana-mana dulu. Mama ada perlu sebentar, paling ba'da dzuhur baru pulang." Pesan Emily sembari membenarkan posisi selimut sang putri yang sedikit turun dan berantakan.
"Iya mah, memang mama mau pergi kemana sih? anaknya lagi sakit malah ditinggalin sendirian?" tanya Angela pada sang mama yang sudah terlihat sangat cantik dan rapih dengan jilbab dan gamis panjangnya yang berwarna senada.
"Mau ke acara pengajian di rumah bu Dian." Beritahu Emily sembari membelai lembut wajah cantik sang putri yang terlihat sedikit pucat.
"Kamu tahu tidak? katanya sejak tadi malam si Intan bertingkah aneh. Kadang ketawa sendiri, kadang nangis, sudah seperti..." ucapan ibu 2 anak itu menggantung di udara.
Sebenarnya Emily ingin mengatakan "Sudah seperti orang gila" Tapi Emily tahan, karna Angela anaknya sendiri kadang bertingkah seperti itu, jadi Emily ragu untuk mengatakannya.
"Apa selama ini orang-orang menganggap Anakku gila juga ya?" Batin Emily, sembari mengelus dadanya yang mendadak terasa sesak.
"Mah....kok malah bengong sih? Seperti apa?" desak Angela. Gadis itu merasa penasaran karna sang mama tidak menyelesaikan ucapannya.
"Seperti kerasukan." jawab Emily akhirnya.
"Makanya sekarang bu Dian akan mengadakan pengajian buat doain si Intan." Lirih Emily dengan senyum getirnya.
"Ck. Padahal tadi malem Angela sempat ketemu sama si intan lo mah. Si Intan masih nyebelin kaya biasanya kok, gak ada yang aneh." Angela tak percaya begitu saja dengan apa sang mama katakan.
"Itukan yang mama denger dari ibu-ibu yang ngerumpi di tukang sayur tadi pagi, mama sendiri gak tau bener atau gaknya." Emily mulai pusing sendiri menghadapi Angela yang terlalu banyak bertanya.
"Udah ah, mama pergi dulu. Nanti terlambat lagi ke acara pengajiannya. Assalamualaikum." Emily pergi meninggalkan Angela yang sedang terbaring lesu di atas tempat tidurnya.
"Waalaikumsalam" Balas Angela.
Angela kembali mengingat-ingat kejadian semalam, saat Ia tak sengaja bertemu dengan Intan di persimpangan jalan.
Karna tingkah Intan yang menyebalkan saat itu, Angela sempat bicara asal dan mengatakan Intan gila.
"Tapi apa iya Intan gila karna ucapanku?" Angela memijat kepalanya yang mendadak terasa berdenyut.
Bersambung.