NovelToon NovelToon
Kalbara

Kalbara

Status: tamat
Genre:Action / Romantis / Tamat / Cintapertama / Teen School/College / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: Jaena19

Kalista Aldara,gadis cuek yang senang bela diri sejak kecil.Tapi sejak ia ditolak oleh cinta pertamanya,ia berubah menjadi gadis dingin.Hingga suatu ketika, takdir mempertemukannya dengan laki-laki berandalan bernama Albara. "Gue akan lepasin Lo, asalkan Lo mau jadi pacar pura-pura gue."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

dua puluh delapan

" Kak,masih di sekolah?"

"Lo gak mikir kah,Bar? Ini udah jam berapa coba? Udah gelap! Gak khawatir apa sama kakak sendiri??!" omel kakaknya dari sebrang sana.

"Maaf kak,gue ketiduran." Albara mengusap matanya.

"Bener-bener ya Lo!" Larisa terdengar kesal setengah mati.

"Posisi Lo dimana sekarang? Gue jemput ni."

"Gak usah!"

"Jangan gitu."

"Gak usah,Bara!"

"Gue masuk aja ke sekolah Lo ya?"

"Jangan gila! Gue udah di rumah."

"Eh?"

"Gue udah pulang,ya kali gue nungguin Lo."

"Yah,gue udah di depan sekolah lo ini."

"Yaudah ,balik aja langsung."

"Oke kalau gitu,syukur deh kalau Lo udah pulang.Gue balik sekarang."

"Titip martabak."

"Iya."

"Cokelat kacang ya."

"Iya-iya."

Albara pun memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya,lalu memakai helmnya.

"Pergi dulu ya, Bu. " pamit Albara pada pemilik warung kopi yang ada di belakang sekolahnya.

Tempat barusan ia numpang tidur , niatnya mau menunggu jola yang katanya rapat ,tapi malah bablas sampai langit redup begini.

Albara melajukan motornya dengan kecepatan rendah .selain masih mengantuk,dia juga akan melewati SMA 1.Siapa tau tiba-tiba ia bertemu dengan Kalista.

Mengenai Kalista,kemana ya ia harus mencarinya? Gadis itu benar-benar hilang tanpa jejak.Mungkin dia memang bukan manusia,tapi Aldara juga bernama Kalista ,apa jangan-jangan itu dia? Ia segera menggeleng,sangat jauh berbeda dengan Kalista yang ada di bayangannya.

Albara melihat orang perempuan duduk di halte sendirian, Ia pun mehentikan motornya di sana.

"Cewek lo kenal Kalista gak?"

Se random itu Albara memang .meskipun bang Jali terus terusan menyebutnya mitos ,sampai sekarang Avin tetap optimis bahwa dirinya bisa menemukan Kalista meski tidak tau dengan cara apa .

"Nggak ,nggak kenal" jawab perempuan itu seraya menguap santai .

Albara pun kembali melajukan motornya. Ia tidak merasa kecewa kok,toh niatnya memang hanya iseng. Masih mending perempuan tadi menanggapinya dengan santai,bukannya marah-marah apalagi menganggapnya aneh.

Dipikir-pikir kasihan juga perempuan itu duduk sendirian di halte, apalagi suasana sudah mulai gelap begini.Mungkin Albara kasih tahu saja perempuan kalau mau menunggu jemputan lebih baik di dalam sekolah,karena daerah ini cukup rawan jika sudah mulai gelap.

Albara melirik spion, Ia langsung mematikan motornya begitu melihat preman menghampiri perempuan itu.Ia berdecak baru saja ia pikirkan,sudah ada saja preman itu.

Albara turun dari motor dan berjalan mendekat.Belum sempat ia melakukan sesuatu, tubuhnya dibuat mematung oleh perkataan perempuan itu.

"Saya temennya Kalista,bang."

Kalista?

Albara yakin tadi ia tidak salah dengar, perempuan itu menyebut nama Kalista,tapi kenapa saat ia tanya tadi gadis itu bilang tidak mengenalnya?

Yang makin membuat Albara terkejut adalah ketika preman yang menghampiri perempuan itu langsung pergi dengan gestur seakan dia merasa takut.

Heh? Semudah itu?

____

Albara merebahkan tubuhnya pada kasur. Sebelah tangannya terlipat dijadikan sebagai bantal sementara pandangan nya nyalang pada langit langit.

Albara sudah akan mengintrogasi cewe di halte itu,tapi tiba tiba Larisa menelepon dan berkata jika ada ular di rumah . Gavin pun terburu buru pulang, karena bagaimana pun ingat keluarga lebih penting.

Cewek tadi jelas mengatakan teman Kalista.Nama Kalista memang banyak, tapi preman yang tiba-tiba pergi karena kalimat sederhana itu membuat ia yakin seratus persen,jika Kalista yang dimaksud adalah gadis yang ia cari selama ini.

"Meskipun nggak ada yang tahu keberadaan dia, Kalista masih punya pengaruh luar biasa seperti itu."

"Kemana lagi gue harus nyarinya ya?"

Ketika pikiran Albara tengah berkelana, tiba-tiba kakaknya membuka pintu kamarnya dengan gerakan yang terburu-buru. Pintunya bahkan berbunyi nyaring ketika ia menutupnya lagi. Kakaknya terlihat heboh dengan wajah yang panik.

"Kenapa? Ular itu muncul lagi?"

Larisa menggeleng, wajahnya nampak serius. "Ini lebih berbahaya daripada ular," terangnya dengan mata yang terbuka lebar, penuh ketakutan.

Albara mengerutkan dahi, bingung dan penasaran. "Kenapa sih?"

"Siska datang!" seru kakaknya itu dengan nada kesal, menghentakkan kakinya karena Albara tidak cepat tanggap.

"Bar, lo harus segera bangun dan pergi! Gue yakin Siska pasti mau mengajak lo nongkrong, nonton atau apalah. Pokoknya, jangan biarin dia menghabiskan waktu di sini. Gue bosan melihatnya!"

Albara mendengkus kecil. Jadi, ini tentang Siska.

"Bar, cepatan ih!" Larisa menarik tangan Albara agar segera bangkit dari ranjang.

"Lo bisa kan bilang kalau gue lagi sakit dan gak bisa diganggu."

"Ah, justru itu yang jadi masalah!" sergah Larisa. "Siska pasti akan berusaha menunjukkan perhatiannya, bahkan sampai merawat Lo sepanjang malam. Lo mau itu terjadi? Apalagi Mama pasti nggak akan menolak atau mengusirnya."

"Bar.."

Larisa memejamkan mata begitu suara Clara terdengar diikuti ketukkan pintu ,seolah baru saja mendengar sapaan malaikat kematian. Larisa mencebik lalu memberi tatapan protes karena tadi Albara tidak mau bergerak cepat . sekarang jelas Albara tidak bisa melarikan diri ,karena jendela kaca kamarnya di pasang permanen.

" Oh! Aldara !" Jola mengacungkan telunjuk pertanda mendapat ide. Ia segera meraih ponsel adiknya mencari nomer Aldara lalu kemudian menelponnya.

"Ayo akting!!" Larisa memberikan ponsel itu pada Albara sementara dirinya segera berlari kearah kamar mandi di an bersembunyi di sana.

Albara menghela napas seraya layar ponselnya yang masih bertuliskan berdering.Ia menempelkan ponselnya ke telinga, setelah itu ia berjalan ke arah pintu kamarnya  yang masih setia dekat-dekat dari luar.

"Hai,Bara," sapa Siska yang menampilkan senyuman lebar.Seperti yang dikatakan kakaknya,gadis itu memakai pakaian rapi,sudah sangat siap untuk jalan.Dia ini,kenapa tidak menyerah juga? Padahal selama ini dirinya tidak pernah merespon gadis itu.

"Ada apa,Bar?"  Tanya Aldara dari sebrang sana.

Albara terdiam sejenak,suara gadis itu terdengar berbeda jika di dengar melalui telepon,di sebrang sana suara gadis itu terdengar lebih lembut.

"Aku cuma mau bilang kalau aku mungkin akan telat jemput kamu.Barusan ada ular di rumah,jadi aku usir ularnya dulu.Aku baru mau siap-siap,gak apa-apa kan?", ucap Albara yang cukup luwes membuat skenario instan.

Senyum cerah Siska tentu saja luntur ketika mendengar itu. Albara semakin menambah rasa kesal Siska dengan memasang wajah cuek,seolah dia mengabaikan Siska dan hanya fokus pada teleponnya.

"Oh,gitu gak apa-apa.Lagipula aku juga bingung mau pilih baju yang mana," ujar Aldara diakhiri dengan kekehan kecil.

Tanpa sadar sudut bibir Albara tertarik mendengar kekehan kecil Aldara Dari sebrang sana.Sepertinya fokus Albara memang benar-benar fokus pada Aldara.

"Padahal pakai apapun akan tetap keliatan cantik seperti biasa. "

"Apaan si kamu,gombal banget."

"Emm,yaudah deh aku tutup teleponnya ya.Sampai jumpa nanti."

"Iya,bye."

Setelah sambungan telepon terputus, Albara menurunkan ponselnya dan menatap Siska dengan tatapan tajam, tidak menunjukkan rasa bersalah sedikit pun. Padahal, jelas Siska terlihat seperti kobaran api cemburu yang siap meluluhlantakkan semuanya.

"Kenapa?" tanya Albara, seraya memperhatikan air muka gadis itu.

"Lo mau keluar ya?" desak Siska, suaranya lirih, seolah-olah perasaannya hampir tersambar badai kekecewaan.

"Iya," jawab Albara dengan ekspresi datar yang semakin membuat Siska tercabik-cabik dalam kemarahan.

Merasa dipermainkan, Siska menggigit bibirnya sambil menahan amarah. Tangannya meremas tas yang ia kenakan, pertanda bahwa emosi yang berkobar-kobar di dalam dirinya sulit dikendalikan.

"Gak ada yang penting kan? Gue mau mandi," ucapnya tegas.

1
Alex
lanjut Thor seru bgtsss ceritanya
Muanisah Jariyah
ceritanya seru,sayang typonya kebanyakan
choco eskrim
Ceritanya cukup menari, tapi ada beberapa kata yang typo.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!