Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Drrt....Drrt....
HP Ibrahim terus-menerus berbunyi, karena lelah mendengar HP-nya terus berbunyi dengan malas Ibrahim menerima sambungan telepon.
"Hallo"
"Hallo, Mas Ibrahim. Ternyata benar ini nomor, Mas. Aku kira Mas Ibrahim ganti nomor, ternyata masih pake nomor lama"
Kening Ibrahim mengerut, terdengar suara wanita di seberang telepon.
"Siapa?" tanya Ibrahim karena tak mengenal pemilik suara yang meneleponnya
"Mas gak hapal dengan suaraku?"
Kini Ibrahim tau siapa pemilik suara itu setelah mendengar suaranya yang sengaja mendayu, Ibrahim hanya memutar bola matanya dengan malas mengapa wanita itu kembali mengganggunya.
"Kalau gak penting, saya akhiri" ujar Ibrahim tanpa meladeni ucapan wanita itu
"Aissh, kok Mas gitu sih. Ini aku Dela, aku bahkan sengaja menghubungi Mas malam-malam biar istri Mas gak tahu" kata Dela dengan suara masih mendayu
"OH"
Ibrahim menjawab dengan singkat lalu mematikan sambungan telepon, Ibrahim hanya ingin menjaga perasaan istrinya. Apalagi saat ini istrinya sedang tidak baik-baik saja, Ibrahim tidak mau membuat istrinya menjadi stres dan membahayakan kondisi janin yang di kandungnya saat ini.
Tapi ternyata HP-nya kembali berdering, membuat Ibrahim berdecak kesal. Karena sepertinya Dela tak akan berhenti mengganggunya dan akan terus menghubunginya, jadi Ibrahim memilih mematikan HP-nya agar wanita itu tak lagi mengganggunya atau pun menghubunginya.
Keesokan harinya.....
Ibrahim sudah bersiap akan pergi ke sawah miliknya, Ibrahim masih sibuk mengecek hasil panennya. Arumi juga berniat untuk ikut, awalnya Ibrahim tak mengizinkan tapi Arumi terus merengek seperti anak kecil.
"Kamu yakin, sayang? Di sana panas loh, berbeda dengan di kebun" ini sudah pertanyaan kelima kalinya yang di tanyakan Ibrahim pada istrinya, Arumi mengangguk.
"Yakin, Mas. Arumi bosan di rumah terus"
"Baiklah tapi kamu janji di sana kamu tidak boleh ngapa-ngapain, cukup duduk manis saja" ujar Ibrahim
"Iya cintaku, Arumi akan jadi anak baik kok" sahut Arumi tersenyum manis
Sebenarnya Arumi tidak ingin ikut, tapi entah kenapa perasaannya dari tadi tidak enak seperti ada sesuatu yang berat ketika melihat suaminya hendak pergi. Itu alasan Arumi mengapa ingin ikut, Arumi dan Ibrahim bersiap untuk pergi ke sawah karena matahari mulai naik.
Biasanya Ibrahim berjalan kaki menuju sawah miliknya tapi karena istrinya ikut, jadi Ibrahim membawa motor soalnya tak ingin istrinya kelelahan apalagi saat ini dalam kondisi hamil. Motor yang di kendarai Ibrahim perlahan mulai meninggalkan halaman rumah mereka, hingga mereka pun sampai di sawah.
"Kamu duduk disini saja ya, Mas mau mengecek hasil panen dulu" ujar Ibrahim pada istrinya
"Iya Mas, Arumi duduk disini saja"
Ibrahim tersenyum sembari mencubit pipi istrinya dengan gemas, kemudian Ibrahim pergi meninggalkan Arumi di sebuah pondok. Ibrahim menghampiri para pekerja dengan ramah bertanya satu persatu pada para pekerja, tentu para pekerja semakin nyaman bekerja di bos baik dan ramah.
Sudah dua jam Arumi menunggu, sebenernya Arumi bosan tapi hati Arumi enggan untuk pulang. Untuk membuang rasa bosannya, Arumi memilih membaca novel author hafizoh di HP yang cukup menarik menurutnya hingga akhirnya ada seorang wanita menghampiri suaminya.
"Ck, wanita itu lagi. Mau apa dia?" Arumi langsung melangkah ke arah suaminya
"Hemm...."
Arumi berdehem, Ibrahim langsung tersenyum melihat kehadiran istrinya bahkan Ibrahim segera menarik lengan istrinya agar berdiri di sampingnya lalu Ibrahim memeluk mesra pinggang istrinya yang semakin berisi itu.
"Ada perlu apa kamu kesini?" tanya Ibrahim dengan datar pada wanita di hadapannya
"Aku cuma mau mengantarkan makan siang buat Mas" jawab Wanita itu sembari menyodorkan rantang yang di pegangnya, jangan di lupakan dengan suara mendayu nya
"Ck, perhatian sekali dengan suami orang. Apa tidak punya pekerjaan lain?" ujar Arumi dengan wajah kesal, Dela menatap Arumi dengan kesal lalu tersenyum licik.
"Aku kesini cuma mau mengantarkan makanan ini buat Mas Ibrahim, sekalian mau bertanya kenapa semalam Mas Ibrahim mematikan panggilan telepon dariku?"
Dela kembali membahas masalah semalam yang tak penting sama tapi cukup membuat Ibrahim gelagapan apalagi ketika Ibrahim melihat wajah istrinya yang sepertinya menahan amarah, sementara Dela tertawa puas dalam hati melihat wajah Arumi memerah menahan amarah.
"Buat apa saya meladeni wanita seperti kamu, kamu itu mengganggu waktu saya dengan istri saya saja. Saya yakin, panggilan kamu itu tidak penting" jawab Ibrahim dingin, Arumi tersenyum mengejek.
"Kamu dengar, kamu itu tidak penting. Jadi buat apa suami saya meladeni kamu, lagian kamu ada urusan apa sih menghubungi suami saya? Kamu suka sama suami orang? Apa kamu tidak laku sampai harus mengejar suami orang?"
Arumi sengaja bertanya dengan suara sangat keras bahkan dengan kata-kata yang menohok karena ingin mempermalukan Dela, benar saja semua yang ada disitu langsung memandang ke arah Dela dan mula berbisik-bisik. Dela mengepalkan tangannya dengan kuat, Dela merasa terhina akan perkataan Arumi.
"Memangnya salah? Aku mengirim makanan buat teman dekatku?" tanya Dela masih berusaha memasang wajah angkuhnya, Arumi tertawa keras.
"Memang tidak salah, yang salah disini tuh karena teman dekat yang kamu anggap itu sudah memiliki istri. Kamu pikir suami saya tidak saya perhatikan hingga kamu sibuk memperhatikan suami saya sampai repot-repot mengirim makanan" Arumi tidak habis pikir dengan kelakuan Dela
"Sudahlah, pergi kamu dari sini. Aku tak akan mau menerima apapun darimu, istri saya sudah sangat perhatian sama saya" ucap Ibrahim jengah lalu menarik lengan istrinya untuk pergi dari situ, Dela terlihat marah saat Ibrahim menolaknya.
"Lihat saja nanti, aku akan buat kamu bertekuk lutut padaku" Dela memutuskan untuk pulang, sia-sia dari pagi sudah sibuk memasak buat Ibrahim namun di tolak mentah-mentah.
"Lepas"
Setelah Dela tak terlihat lagi, Arumi melepaskan pegangan tangan suaminya dari lengannya. Ibrahim tersenyum, soalnya sudah paham kalau saat ini mode cemburu keluar.
"Apa senyum-senyum, senang ya habis di samperin wanita gatal itu?" tanya Arumi memang wajah kesal, apalagi melihat suaminya terus tersenyum.
"Tidak sayang, Mas hanya senang melihat wajahmu ini" ujar Ibrahim mencubit pipi istrinya
"Ck, apaan sih. Kenapa tidak cerita kalau semalam si ulet bulu itu menelepon Mas?" tanya Arumi yang tidak tahu kalau Dela menghubungi suaminya semalam, karena Arumi tidur lebih awal.
"Karena gak penting, makanya Mas gak cerita. Lagian Mas gak meladeninya kok, langsung Mas matiin sambungan telepon ketika tahu ternyata dia yang menghubungi Mas bahkan HP Mas juga Mas matiin"
Ibrahim memperlihatkan HP-nya yang masih dalam keadaan mati, Arumi langsung mengambil HP milik suaminya.
#
#Jangan Lupa Follow Ya
FB: Marisa Hafizoh
IG: hafizoh_17
happy ending juga....
cerita yg bagus