Mengkisahkan seorang wanita yang menikah dengan seorang laki-laki buta karena perjodohan, ia harus menjalani hidup berumah tangga dengan laki-laki buta yang tempramen dan menyebalkan bagi nya.
penilaian laki-laki itu tentang diri nya yang di anggap hanya menginginkan harta nya, membuat ia berkomitmen membuktikan kalau ia gadis baik-baik.
Akan kah ia bisa menaklukan hati laki-laki itu?. Yuk Simak cerita nya. semoga suka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shanti san, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31
"Tuan, Apa anda lupa, kalau anda masih pura-pura buta?." Batin Ken yang agak cemas. Namun Bos nya itu telah berlalu pergi.
•••
Bagas menyetir sembari memikirkan untuk apa ia begitu buru-buru menemui Naira, tanpa ingat kalau ia masih berpura-pura buta. Namun ia teringat sesuatu, ia tidak tahu dimana Letak Toko Naira berada. Lekas ia menelepon Ken.
Ken yang melihat Bos nya menghubungi nya pun tersenyum lega.
"Bos."
"kata kan dimana alamat Naira?."Tanya Bagas.
"Jl Swiss nomor 2 Bos, Toko Milik Naira." Jawab Ken.
"Oh Begitu."
"Tapi Bos."
"Sudah, nanti saja bicara nya, aku akan kesana." Ucap Bagas tanpa mendengar Ken yang ingin mengatakan Kalau Bagas masih pura-pura buta di depan Naira.
Setelah mematikan sambungan telefon, Bagas pun memacu mobil nya kesana.
Hingga mobil nya sampai di toko Naira, ia tak lansung turun, ia melihat wanita itu tampak sedang melayani pembeli.
"Kecil sekali toko nya, apa dia tidak memiliki karyawan?." Gumam Bagas yang melihat Naira tampak sibuk sendiri melayani pembeli. Naira yang tengah melayani pembeli melihat mobil suami nya terparkir di depan.
"Terima kasih." Ucap Naira setelah memberikan belanjaan orang.
Naira lalu berjalan untuk menghampiri Bagas. Bagas melihat Naira akan menghampiri nya, lalu bermaksud akan turun dari mobil, namun, ia baru teringat kalau kini Naira tahu nya ia masih buta.
"Astaga, kau terlalu bersemangat dan melupakan ini." ucap Bagas yang bingung ia harus bagaimana.
Tok
Tok
Tok
Naira mengetuk kaca pintu mobil Bagas, Bagas segera Menganti posisi duduk nya dan duduk di samping tempat duduk supir. Untuk kaca Mobil Bagas hitam dan tak bisa di lihat dari luar.
Bagas menurun kan kaca mobil nya.
"Mas Bagas sedang apa disini?." Tanya Naira dengan heran.
"Mengajak mu pulang." Ucap Bagas.
Naira melihat Bagas sendiri, dan tak tampak sekertaris Ken di tempat duduk pengemudi yang kosong.
"Mana sekertaris Ken?." Tanya Naira. Bagas pun bingung harus menjawab apa, sejenak ia terdiam.
"Saya Disini Nona." Ucap Sekertaris Ken yang sudah berdiri di belakang Naira.
"Astaga, kau mengagetkan ku sekertaris Ken."
"Maaf Nona." Balas Ken, sembari melihat Bagas.
Melihat Ken datang, Bagas tersenyum lega. "Kau memang selalu bisa di andalkan Ken." Batin Bagas.
"Ayo pulang." Ajak Bagas.
"Aku sedang buka toko, aku tak mungkin tutup lagi." Ucap Naira.
"Kau bisa buka lagi setelah ini." Ucap Bagas.
Meski Naira masih kesal dengan Bagas, namun ia tidak melawan ucapan Bagas, entah apa yang Bagas ingin kan mengajak nya pulang, Naira tidak ingin bertanya, di sepanjang perjalanan pun Naira memilih untuk diam saja, sembari kedua mata nya menyusuri setiap jalan yang ia lewati.
Hingga mobil sampai di halaman rumah dan memasuki rumah, Naira baru membuka mulut untuk bertanya.
"Kita pulang untuk apa Mas?." Tanya Naira heran, karena ia tak mendapati siapa pun ada di rumah kecuali pembantu rumah tangga. Seorang pembantu muda rumah tangga datang menghampiri Kedua nya sebelum sempat Naira mendapatkan jawaban.
Banyak nya pembantu rumah tangga di rumah, membuat Naira belum sempat mengenal mereka, tapi hanya mengenali wajah saja.
"Tuan, Nona, saya pikir kalian tidak pulang, mau makan siang di rumah?." Tanya Asisten rumah tangga.
"Iya, Tapi Istri ku yang akan memasak." Jawab Bagas.
Mendengar Kata Istri, tentu saja Naira terkejut, antara senang dan Juga kesal. karena ia di ajak pulang hanya untuk memasak.
"Jadi kita pulang untuk memasak?." Tanya Naira. Bagas Mengangguk.
"Kenapa tidak makan di luar saja?." Tanya Naira lagi di ikuti Helaan nafas membuat kekesalan.
"Tidak." Jawab Bagas.
Naira pun dengan kesal berjalan ke arah dapur, dan Bagas tersenyum kecil melihat nya.
Bagas duduk di meja makan, dan mata nya melihat ke arah Naira yang memasak, meski Naira kesal di ajak pulang hanya untuk memasak, tapi ia tetap melakukan nya dengan sepenuh hati.
bukan pak Cipto