***++ Harus bijak memilih bacaan ya guys...
Malam panas satu malam ku dengan lelaki asing membuatku tidak bisa lepas dari lelaki itu. Belakang aku tahu ia adalah Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah sakit Mamaku dan kebetulan lelaki itu adalah Dokter yang merawat mamaku. Ia srorang duda yang haus akan hubungan panas di atas ranjang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qolbie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 FOTO PERNIKAHANKAH?
Aku terdiam begitu saja sedikit mendengarkan apa yang ia katakan barusan seolah aku sudah tersisir oleh semua ucapannya. aku baru menyadari jika kekuatan uang memang luar biasa. ternyata dia bisa melihat jika saat itu aku hanya tertegun di tempatku.
"kau tenang saja uang yang ada di dalam ATM itu semuanya cukup untuk kau belanja dan juga merias diri."
karena aku tidak memiliki pilihan lain, aku lalu mengangguk dan mengiyakannya saja.
"kalau begitu istirahatlah malam ini aku masih ada pekerjaan yang aku kerjakan, besok pagi aku akan meminta asistenku untuk membawakan pakaian ganti untukmu,"
"Hah," tanpa sadar aku sudah mengangguk ketika aku mendengar semua itu. aku begitu terkejut karena ternyata malam panas yang mungkin bisa menyakitkan itu tidak terjadi malam ini dan ternyata keterkejutanku itu menyita perhatian lelaki yang ada di sampingku ia menoleh dan menatapku dengan tajam.
"kenapa aku merasa kau begitu kecewa saat tahu bahwa malam ini kita tidak akan tidur bersama,"
aku langsung mengangkat kedua tanganku membuka telapak tanganku dengan lebar lalu menggerakkannya menghadap ke arah lelaki itu berada sembari menggelengkan kepala dengan cepat.
"tentu saja tidak apa-apa aku malah merasa bersyukur karena malam ini aku bisa tidur dengan nyenyak,"
Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh lelaki itu tetapi yang pasti aku benar-benar merasa begitu lega karena aku tidak harus melewati malam panas sampai 5 kali permainan seperti beberapa waktu yang lalu dan aku harus berakhir paginya pergi ke rumah sakit karena aku merasakan nyeri di bagian bawah pusatku dan juga rasa perih tepat di area inti kewanitaanku. dan itu tidak langsung sembuh. butuh waktu 2 sampai 3 hari lamanya baru benar-benar rasa perih dan nyeri itu berkurang.
aku melihatnya tersenyum dengan lembut lalu mengangkat salah satu tangannya kemudian menepuk puncak kepalaku beberapa kali tepukan.
"aku tahu apa yang kamu alami beberapa hari yang lalu karena baru saja aku mendapatkan kabar dari temanku yang memeriksa mu karena robekan itu lumayan menyakitkan untukmu, jadi aku memutuskan untuk malam ini melepaskanmu begitu saja sampai kau benar-benar siap menerimaku dan aku tidak memaksamu. Aku tidak menyangka setelah aku hidup sendiri selama 7 tahun lamanya aku bisa sampai seliar dan segila itu untuk berhubungan panas diatas ranjang." Rafandra bergumam dalam hati.
akhirnya aku pun segera beranjak dari tempatku sembari membawa ATM itu bersama denganku Aku lalu berjalan pergi meninggalkan lelaki itu menuju ke lantai 2 rumah tersebut di mana kamar lelaki itu berada.
Baru saja aku merebahkan tubuhku di atas ranjang dan lelaki itu masuk ke dalam kamar. aku tersentak terkejut begitu saja karena aku kira lelaki itu tidak akan ikut tidur di atas ranjang di sampingku Tapi ternyata lelaki itu masuk begitu saja. aku terduduk diatas ranjang tersebut dengan kedua tanganku yang memegangi selimut yang saat itu aku pegang dengan begitu erat karena aku baru saja masuk ke dalam selimut itu dan merebahkan tubuhku tapi nyatanya aku dikejutkan dengan kedatangan lelaki itu yang tiba-tiba.
"Oles ini di area kewanitaanmu kalau kau masih merasakan nyeri di sana,"
aku melihat lelaki itu mengulurkan salah satu tangannya sembari memegangi salep di sana. aku begitu terkejut karena merasa jika lelaki itu tahu apa yang sedang aku rasakan tapi untungnya rasa itu sudah hilang beberapa hari yang lalu. akhirnya aku hanya pura-pura mengiyakannya saja lalu menerima obat itu dari tangannya.
malam itu aku melewatinya sendirian di dalam kamar yang harusnya ia tempati juga tetapi saat itu ia tidak ada di sana Aku juga tidak penasaran ia tidur di mana. hingga pagi tiba.
"tok tok tok,"
aku mendengar suara ketukan dari luar pintu kamarku Aku hanya bisa segera membuka mata begitu saja pertama yang aku lihat adalah langit-langit kamar yang ada di atasku aku tampak begitu asing dengan ruangan itu tapi aku segera sadar jika saat itu aku Tengah berada di dalam ruang kamar dokter Rafandra. aku mendengar lagi suara itu berulang suara ketukan dari luar pintu kamar.
sebelum mempersilahkan seseorang yang ada di luar itu masuk ke dalam aku segera membenahi posisiku dan juga selimut yang menutupi tubuhku memastikannya rapi dan tertutup. aku tahu jika saat itu yang tengah mengetuk pintu kamarku bukanlah dokter Rafandra karena aku tahu jika lelaki itu ingin masuk ke dalam kamarnya pastinya ia akan langsung masuk begitu saja seperti semalam tidak harus mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Masuk,"
aku mempersilahkan seseorang yang ada di luar untuk masuk ke dalam dan sesaat kemudian terlihat pintu ruang kamar itu pun terbuka. tampak bibi asisten rumah tangga yang berjalan masuk ke dalam ruangan itu.
"Bi... bibi,"
nada suaraku terbata-bata dan hampir bergetar ketika aku mengetahui bibir asisten Rumah tangga masuk ke dalam dengan membawa sebuah tas yang ada di salah satu tangannya. bukannya aku takut tapi aku merasa begitu malu pada bibi asisten rumah tangga tersebut karena semalam Aku baru saja datang ke rumah itu untuk bertamu tetapi nyatanya aku malah berakhir menginap di rumah itu dan langsung tidur di atas ranjang si pemilik rumah.
"Selamat pagi Nona maafkan bibi yang sudah membangunkan Nona ya, bibi diminta oleh Tuan untuk menyerahkan ini pada Nona pagi-pagi sekali karena Nona harus masuk kuliah katanya,"
"Astaga bibi Kenapa aku tidak ingat sama sekali Kalau hari ini harusnya memang aku masuk kuliah!"
aku melonjak dari atas ranjangku begitu saja ketika aku menyadari bahwa aku harus bangun dan segera bersiap-siap untuk masuk kuliah tidak lupa aku berterima kasih pada bibi asisten rumah tangga tersebut karena sudah memberiku titipan dari dokter Rafandra. setelah aku menyelesaikan aktivitas mandiku aku pun segera melihat apa yang ada di dalam tas tersebut dan ternyata itu adalah sebuah pakaian yang sangat sopan bisa untuk dipakai untuk kuliah dan juga bersantai ataupun resmi. aku pun memakai pakaian itu begitu saja dan ternyata pakaian itu sudah sangat pas melekat di tubuhku aku pun langsung teringat akan apa yang lelaki itu lakukan semalam dengan jemari tangan yang melingkari pinggangku bahkan meratakan telapak tangan melebarkannya tepat di bagian perutku seolah tengah mengukur sesuatu di sana. aku baru menyadari jika ternyata lelaki itu Tengah mengukur ukuran yang pas untuk tubuhku.
"astaga apa yang sedang aku pikirkan kenapa pagi-pagi seperti ini pikiranku sudah sangat erotis sekali,"
dengan wajah memerah aku pun segera membuka laci yang ada di meja depanku untuk menyimpan tas pakaian itu di sana namun saat itu aku melihat ada sebuah foto yang seolah sengaja disimpan di sana dalam keadaan tengkurap atau terbalik. aku merasa begitu penasaran dengan foto tersebut Sampai akhirnya aku mengambil foto itu dan melihatnya.
kedua mataku membelalak lebar begitu saja ketika aku melihat ternyata foto itu adalah foto dokter Rafandra bersama dengan seorang wanita dengan memakai pakaian pengantin.
pikiranku melayang begitu saja ketika aku menatap foto itu bahkan foto itu hampir terjatuh dari tanganku namun buru-buru aku langsung mengambilnya kembali memeganginya dengan erat dan meletakkan foto itu kembali ke dalam laci tidak lupa aku menutup laci itu lagi.
"Apakah ternyata dokter Rafandra sudah menikah? apakah aku adalah orang ketiga dalam pernikahannya?"