Kinanti, seorang gadis sederhana dari desa kecil, hidup dalam kesederhanaan bersama keluarganya. Dia bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup.
Kehidupannya yang biasa mulai berubah ketika rencana pernikahannya dengan Fabio, seorang pria kota, hancur berantakan.
Fabio, yang sebelumnya mencintai Kinanti, tergoda oleh mantan kekasihnya dan memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka. Pengkhianatan itu membuat Kinanti terluka dan merasa dirinya tidak berharga.
Suatu hari, ayah Kinanti menemukan sebuah cermin tua di bawah pohon besar saat sedang bekerja di ladang. Cermin itu dibawa pulang dan diletakkan di rumah mereka. Awalnya, keluarga Kinanti menganggapnya hanya sebagai benda tua biasa.Namun cermin itu ternyata bisa membuat Kinanti terlihat cantik dan menarik .
Kinanti akhirnya bertemu laki-laki yang ternyata merupakan pengusaha kaya yaitu pemilik pabrik tempat dia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Calon Istri?
Tidak mungkin dia ... memiliki perasaan padaku, aku hanya gadis miskin,"gumam Kinanti .
"Kau sangat cantik dan luar bisa Kinan. "Suara yang keluar dari sebuah cermin.
"Hahhhh suara itu lagi?"Kinanti terkejut, padahal dia sudah pernah mendengar suara itu."
Malam itu, Kinanti duduk di depan meja rias kecil di kamarnya. Matanya sembab karena tangisan yang tak henti setelah hinaan dan perlakuan menyakitkan dari Ratna dan Citra, istri Fabio. Perkataan mereka seolah terus terngiang di kepalanya, menggoreskan luka di hati yang sulit ia abaikan.
Namun, di tengah sunyi malam, pandangan Kinanti tertuju pada cermin di hadapannya. Bayangannya sendiri terlihat samar-samar diterangi lampu redup. Tiba-tiba, seolah cermin itu hidup, ia mendengar suara lirih, menggema, namun penuh kepastian.
"Kenapa kamu menangis, Kinanti? Apakah mereka lebih baik darimu?"
Kinanti terkejut. Ia menggeleng, mencoba mengabaikan suara itu, berpikir mungkin hanya halusinasinya akibat kelelahan. Namun suara itu kembali terdengar, lebih kuat.
"Mereka merendahkanmu karena mereka tahu kamu lebih baik. Fabio masih terobsesi denganmu, dan itu membuat Citra takut. Kamu punya kekuatan untuk membuktikan mereka salah, untuk menunjukkan bahwa kamu bukan orang yang bisa mereka injak-injak!"
Kinanti menunduk, kedua tangannya menggenggam kuat tepian meja. Dalam hatinya, ia merasa goyah. Suara itu seolah mengungkapkan sesuatu yang diam-diam ia rasakan, meskipun ia mencoba menahannya.
"Buktikan pada mereka, Kinanti. Jangan biarkan air mata ini menjadi sia-sia. Berdirilah lebih tinggi dari mereka, buat mereka menyesal pernah merendahkanmu."
Kinanti mengangkat kepalanya, menatap pantulan dirinya di cermin. Matanya yang tadi sembab kini menyiratkan tekad yang berbeda. Ia menghapus air matanya dengan punggung tangan, menarik napas panjang, dan mengangguk pada bayangannya sendiri.
"Aku akan buktikan mereka salah," bisiknya pada dirinya sendiri.
Kini, Kinanti merasa semangat baru mengalir dalam dirinya. Ia memutuskan untuk tidak lagi terpuruk oleh hinaan atau perlakuan keluarga Citra. Ia akan fokus pada pekerjaannya, membangun kehidupannya yang lebih baik, dan membuktikan bahwa dirinya mampu bangkit tanpa bantuan atau belas kasihan siapa pun.
Cermin di hadapannya memantulkan senyum tipisnya, seolah menguatkan tekadnya yang baru. Di balik luka yang ia rasakan, ia menemukan kekuatan untuk melangkah lebih jauh.
Pagi itu, Kinan merasa berbeda dari biasanya. Wajahnya yang bercahaya setelah bercermin membuat kepercayaan dirinya semakin meningkat. Dengan senyum tipis di wajahnya, Kinan berangkat ke pabrik tempatnya bekerja seperti biasa. Sesampainya di pabrik, dia bertemu dengan Tiara, temannya yang bekerja di bagian packing.
"Pagi, Kinan! Kok semangat banget hari ini?" tanya Tiara sambil tersenyum.
"Pagi juga, Tiara. Nggak tahu, rasanya hari ini aku lebih percaya diri aja," jawab Kinan santai.
Namun, suasana berubah ketika Kinan melihat sosok yang tak asing baginya di ruang HR. Citra, yang dulu pernah membuat hidup Kinan sulit, ternyata kini menjadi HR di pabrik milik Zayn. Lebih mengejutkan lagi, Fabio, yang dikenal memiliki hubungan spesial dengan Citra, kini menjadi pemborong produk di pabrik tersebut.
Saat istirahat, Kinan dipanggil ke ruang HR oleh Citra. Dengan nada dingin, Citra berkata, "Mulai besok, kamu dipindahkan ke bagian gudang. Saya pikir itu lebih cocok untuk kamu."
Kinan terkejut mendengar keputusan itu. "Kenapa saya dipindahkan, Bu? Selama ini saya bekerja baik-baik saja di bagian produksi," tanyanya, berusaha tetap tenang.
Citra tersenyum sinis. "Ini keputusan manajemen. Saya harap kamu bisa menerimanya tanpa banyak bertanya."
Meski merasa kesal, Kinan memilih untuk tidak melawan. Dia tahu, ada alasan tersembunyi di balik keputusan ini, dan mungkin, Citra sengaja ingin membuatnya kesulitan.
Tiara yang mendengar kabar tersebut merasa tak terima. "Kinan, aku yakin ini ulah Citra. Dia pasti punya masalah pribadi sama kamu," kata Tiara saat mereka berbicara di ruang makan siang.
Kinan hanya tersenyum kecil. "Nggak apa-apa, Tiara. Aku anggap ini tantangan baru. Yang penting aku tetap bekerja dengan baik."
Namun di dalam hatinya, Kinan bertekad untuk membuktikan bahwa dirinya mampu, meski ditempatkan di bagian mana pun. Dia yakin, suatu saat kebenaran akan terungkap, dan kerja kerasnya tidak akan sia-sia.
Kinan hanya bisa menghela napas panjang saat memulai pekerjaannya di bagian gudang. Gudang yang penuh dengan barang dan terasa pengap menjadi tempat barunya bekerja. Dengan segala keterbatasan, Kinan tetap berusaha menjalani tugasnya dengan baik.
Dia teringat masa kecilnya dengan Citra. Mereka adalah sepupu yang dulu sering bermain bersama. Tapi setelah dewasa, sikap Citra berubah total.
"Kenapa kamu berubah, Tata, kita dulu sering main bersama, dan tumbuh bersama."gumam Kinan sambil menyebutkan nama kecilnya Citra.
Kini Citra selalu bersikap dingin, bahkan cenderung jahat kepada Kinan. Kinan tak tahu pasti alasan perubahan itu, tetapi dia menduga mungkin rasa iri atau persaingan yang tak pernah dia pahami.
Saat istirahat makan siang, Tiara menemui Kinan di gudang. "Kinan, kamu serius mau terus di sini? Padahal kamu punya hak buat mengajukan keberatan," kata Tiara dengan nada prihatin.
"Aku tahu, Tiara. Tapi dia atasan sekarang. Kalau aku melawan, aku yang bakal dapat masalah. Lagipula, aku nggak mau bikin suasana makin buruk," jawab Kinan sambil tersenyum lelah.
Namun, hati Kinan tidak bisa membohongi rasa sakitnya. Bagaimana mungkin seseorang yang memiliki hubungan darah dengannya bisa tega memperlakukannya seperti ini?
Pada suatu malam, saat Kinan pulang kerja, dia mendapati ibunya sedang berbicara dengan seseorang di telepon. Dari pembicaraan itu, Kinan mendengar sesuatu yang mengejutkan. Rupanya, sejak kecil Citra selalu merasa dibanding-bandingkan dengan Kinan oleh keluarga besar mereka. Itu membuat Citra tumbuh dengan perasaan iri dan dendam yang mendalam.
Malam itu, Kinan termenung di kamarnya. "Jadi ini semua karena rasa iri? Aku nggak pernah minta dibandingkan, dan aku juga nggak pernah mau bersaing. Kenapa dia nggak bisa melihat aku sebagai saudara?" pikirnya dengan mata berkaca-kaca.
Meski terluka, Kinan memutuskan untuk tetap bersikap profesional di tempat kerja. "Aku akan membuktikan bahwa aku bisa sukses tanpa harus membalas perlakuan buruk Citra," gumamnya dengan penuh tekad.
Namun, di dalam hatinya, Kinan masih berharap suatu saat hubungan mereka sebagai sepupu bisa diperbaiki. Bagaimanapun juga, keluarga adalah keluarga.
Fabio bekerja sama dengan Zayn dalam penyediaan bahan baku produksi di pabrik Zayn. PT. Wiratama grup.Sehingga dia akan terus memantau dan sering datang ke untuk mengurus kerja samanya dengan Zayn.
Hari itu, suasana pabrik terlihat seperti biasa hingga kedatangan tamu istimewa, Nenek Parwati. Sosok anggun dengan pakaian elegan itu langsung menarik perhatian semua karyawan. Mereka tidak menyangka seorang wanita tua, berwibawa, dan jelas terpandang, masuk ke area pabrik tanpa banyak pengawalan.
Nenek Parwati berjalan dengan tatapan penuh tekad, ditemani salah seorang staf yang tergagap mencoba menjelaskan bahwa ia sedang mencari Kinanti. Ketika sampai di ruang inspeksi, ia terkejut mendapati Kinan tidak berada di sana.
"Mana Kinanti? Bukannya dia bilang dia bekerja di sini?" suara Nenek Parwati tegas, membuat semua orang di ruangan itu terdiam.
Setelah bertanya pada beberapa orang, Nenek Parwati akhirnya mendapat informasi bahwa Kinan sedang membantu di gudang. Mendengar hal itu, wajah Nenek Parwati berubah marah.
"Di gudang? Apa maksudnya? Anak sebaik dia ditempatkan di gudang?" katanya dengan nada tinggi. Ia langsung meminta diarahkan ke sana tanpa menunggu jawaban.
Ketika sampai di gudang, Nenek Parwati melihat Kinanti yang sedang memindahkan dokumen ke rak. Pemandangan itu membuat darahnya mendidih.
"Kinanti! Apa-apaan ini? Kenapa kamu ada di tempat seperti ini?" tanya Nenek Parwati dengan nada tidak terima.
Kinanti yang terkejut segera menghentikan pekerjaannya dan menghampiri sang nenek. "Nenek, ini hanya sementara. Tidak apa-apa, saya bisa mengerjakannya," jawab Kinan dengan nada menenangkan.
Namun, Nenek Parwati tidak bisa ditenangkan. Ia langsung berbicara keras kepada supervisor yang ada di sana, membuat semua orang di area gudang terkejut. "Ini penghinaan! Tidak seharusnya calon istri dari pemilik pabrik ini diperlakukan seperti ini!"
Kata-kata itu bagaikan bom yang meledak di tengah pabrik. Semua orang langsung tercengang, termasuk Kinanti yang terlihat pucat mendengar pernyataan sang nenek.
Sementara itu, di ruang inspeksi, Citra yang kebetulan sedang ada di sana mendengar kabar tentang pengumuman tersebut. Wajahnya langsung memucat, tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Calon istri pemilik pabrik? Tidak mungkin... Kinan?!" gumam Citra dengan nada terkejut.
Kabar itu segera menyebar ke seluruh pabrik. Para karyawan mulai berbisik-bisik, mencoba mencerna fakta bahwa Kinanti, gadis sederhana yang mereka kenal, ternyata memiliki hubungan dengan Zayn Wiratama, pemilik pabrik.
Tidak lama setelah itu, Zayn datang ke gudang setelah mendengar keributan. Ia melihat Nenek Parwati berdiri dengan penuh wibawa, sementara Kinan menunduk malu di sampingnya.
"Nenek, ada apa ini?" tanya Zayn.
"Saya tidak bisa diam saja melihat calon istrimu diperlakukan seperti ini! Kamu harus memberikan penjelasan!" ujar Nenek Parwati tegas.
"Apa? Ttttapi nek."Zayn tercekat mendengar pengakuan sang nenek.
Zayn menghela napas panjang sambil melirik Kinan yang masih terlihat canggung. Ia tahu situasi ini akan menjadi lebih rumit, tetapi melihat bagaimana neneknya melindungi Kinanti, ia merasa bahwa ia tidak punya pilihan selain menerima keadaan ini.
"Baiklah, Nek. Saya akan segera menyelesaikan ini," jawab Zayn akhirnya, sambil melirik Kinan dengan pandangan yang sulit diartikan.
Kini, semua orang di pabrik menyadari bahwa hubungan antara Zayn dan Kinanti jauh lebih dalam dari yang mereka duga. Bagi Kinanti, situasi ini membawa perasaan campur aduk antara malu, bingung, dan sedikit lega karena ada seseorang yang dengan tegas berdiri di sisinya.
"Calon istri? Kinan kuharap kau tidak menganggap serius ucapan nenek."bisik Zayn.
"Mulai sekarang, Kinan adalah tunanganmu, dan bulan depan kalian akan bertunangan!"
"Apa?".
bersambung...
di awal minggu depan mulai pindah ke kantor pusat... ternyata mbulettt
di awal nenek lastri.. sekarang nenek parwati.. 😇😇😇
nyong mandan bingung kiye...