Alya, seorang sekretaris dengan kepribadian "ngegas" dan penuh percaya diri, melamar pekerjaan sebagai sekretaris pribadi di "Albert & Co.", perusahaan permata terbesar di kota. Ia tak menyangka akan berhadapan dengan David Albert, CEO tampan namun dingin yang menyimpan luka masa lalu. Kehadiran Alya yang ceria dan konyol secara tak terduga mencairkan hati David, yang akhirnya jatuh cinta pada sekretarisnya yang unik dan penuh semangat. Kisah mereka berlanjut dari kantor hingga ke pelaminan, diwarnai oleh momen-momen lucu, romantis, dan dramatis, termasuk masa kehamilan Alya yang penuh kejutan.
[REVISI]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaraaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Gaun Pengantin Impian
David dan Alya melanjutkan perbincangan mereka di mobil sepulang dari villa pantai. Udara sore Jakarta terasa sejuk, dan jalanan relatif lengang.
"David," kata Alya sambil menatap ke luar jendela, "rasanya seperti mimpi. Semua persiapan berjalan lancar. Aku masih tak percaya kita akan menikah dalam beberapa minggu lagi."
David tersenyum, tangannya dengan lembut menggenggam tangan Alya. "Ini bukan mimpi, Alya. Ini kenyataan, dan aku senang bisa melewati semua ini bersamamu."
Alya menatapnya dengan lembut. "Terima kasih sudah selalu sabar menghadapi aku. Aku tahu aku sering terlalu perfeksionis, terutama soal dekorasi pernikahan."
David tertawa kecil. "Itu karena kau ingin semuanya sempurna. Dan aku tahu hasil akhirnya akan luar biasa. Selain itu, aku suka melihat kau semangat seperti ini."
Alya tersenyum. "Semangat? Kau yakin itu tidak mengganggu?"
"Kalau itu tentang kamu, tidak ada yang mengganggu," jawab David dengan nada bercanda, namun serius. "Lagipula, aku suka ketika kau bicara panjang lebar tentang warna bunga atau konsep meja tamu."
Mereka tertawa bersama, suasana hati terasa ringan. Alya merasa bersyukur memiliki pasangan yang mendukungnya tanpa syarat.
---
Malam itu, mereka bertemu dengan keluarga Alya di restoran favorit mereka. Ruang makan yang hangat dihiasi lampu-lampu gantung, menciptakan suasana intim. Alya sedikit gelisah, sementara David terlihat tenang seperti biasanya.
"Ibu, Ayah," kata Alya setelah mereka selesai memesan makanan. "Ada sesuatu yang ingin kami bicarakan."
Ibu Alya menatapnya dengan penuh perhatian. "Ada apa, Nak? Kau terlihat gugup."
Alya mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Kami sudah menetapkan tanggal pernikahan kami. Sabtu, tanggal 7 Juli."
Ayah Alya menyandarkan tubuhnya ke kursi, tersenyum lebar. "Akhirnya! Itu kabar yang luar biasa."
David mengangguk, mencoba mengimbangi kegembiraan Ayah Alya. "Kami sangat berharap Bapak dan Ibu bisa hadir di momen penting kami."
"Tentu saja," jawab Ibu Alya dengan cepat. "Kami akan memastikan semua rencana kami disesuaikan. Bagaimana dengan persiapannya? Apakah kami bisa membantu?"
"Kebanyakan sudah kami siapkan," kata Alya. "Tapi mungkin Ibu bisa membantu mengurus daftar tamu untuk keluarga kita."
"Tentu, Nak," jawab Ibu Alya. "Aku akan memastikan semuanya beres."
---
Setelah makan malam selesai, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak di taman dekat restoran. Angin malam yang lembut membuat suasana semakin nyaman.
"Alya," kata David sambil menggenggam tangannya, "aku sangat menghargai dukungan keluargamu. Mereka sangat hangat dan menerima."
"Ayah dan Ibu selalu seperti itu," jawab Alya. "Mereka hanya ingin yang terbaik untuk aku. Dan aku tahu mereka juga menyukaimu."
David tersenyum, sedikit malu. "Aku hanya ingin memastikan aku bisa menjadi pasangan yang baik untukmu. Kau layak mendapatkan yang terbaik."
---
Keesokan harinya, Alya dan David melanjutkan persiapan dengan bertemu dekorator pernikahan. Mereka duduk bersama di ruang pamer yang penuh dengan katalog dan contoh dekorasi.
"Aku ingin dekorasi yang sederhana tapi elegan," kata Alya sambil menunjukkan beberapa foto di ponselnya. "Tidak terlalu banyak bunga, tapi harus ada aksen putih dan emas."
"Setuju," kata David sambil mengangguk. "Dan jangan lupa, kita juga ingin ada elemen pantai seperti kerang atau pasir."
Dekorator itu mencatat semua permintaan mereka dengan teliti. "Baik, kami akan membuat konsep sesuai keinginan kalian. Kalian tidak perlu khawatir."
"Terima kasih," kata Alya dengan nada lega. "Aku tahu kami memilih tim yang tepat."
---
Malam itu, setelah hari yang melelahkan, mereka berbincang santai di ruang tamu apartemen David. Sebuah album foto pernikahan teman mereka tergeletak di meja.
"Aku tidak sabar untuk melihat foto pernikahan kita nanti," kata Alya sambil membuka album itu. "Aku harap hasilnya sebagus ini."
"Lebih bagus," jawab David. "Karena kamu yang akan ada di setiap fotonya."
Alya tertawa kecil, wajahnya memerah. "Kau selalu tahu cara membuat aku merasa istimewa."
"Itu memang tugasku," balas David dengan nada serius. "Dan aku tidak pernah bosan melakukannya."
Alya menatap David dengan rasa cinta yang mendalam. Ia tahu, apa pun yang terjadi, mereka akan menghadapi semuanya bersama-sama.
---
Beberapa hari kemudian, mereka menghadiri sesi pemotretan prewedding di pantai pilihan mereka. Langit biru cerah dan angin yang sejuk menjadi latar sempurna untuk foto mereka.
"Alya," kata fotografer sambil memberi arahan. "Coba tatap David seolah-olah dia adalah dunia bagimu."
Alya tertawa kecil, menatap David dengan senyum yang lembut. "Itu tidak sulit," katanya. "Karena dia memang duniamu."
David hanya bisa tersenyum, menatap Alya dengan penuh kasih. "Kau terlalu baik padaku," katanya pelan.
Pemotretan itu berlangsung lancar, penuh tawa dan canda. Mereka merasa hari itu adalah momen yang akan selalu mereka kenang.
"Alya," kata David saat mereka berjalan di tepi pantai setelah sesi selesai. "Aku yakin kita akan memiliki banyak kenangan indah seperti ini."
"Aku juga," jawab Alya sambil menggenggam tangannya. "Aku tidak sabar untuk memulai hidup baru bersamamu."
Dengan langkah yang mantap, mereka melangkah ke masa depan, yakin bahwa kebahagiaan selalu menanti di depan.