Vika Amalia, seorang gadis ceria, giat, tangguh dan juga paling menomor satukan uang di atas segalanya. Keadaan yang membuatnya menjadikan dia matre karena pengalaman buruk keluarganya, Namun, hidup Vika berubah setelah kejadian fatal menimpanya kesalahan yang bukan sengaja terjadi malah jadi cerita baru di hidupnya. Arya Mahesa, adalah seorang Chef terkenal dengan keahlian memasak ala dirinya yang selalu cool terlebih lagi selalu menemukan resep baru di setiap sentuhan masaknya. membuat Arya begitu digemari oleh kaum hawa. dia mencintai Chika (kekasihnya) tapi terjebak dalam kesalahan pada Vika..
cerita menarik untuk mengisi waktu luang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auzora samudra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
rencana pesta
"Terus kamu terima?" Tanya Rara penuh kecewa
"Aku sih belum jawab, tapi nanti terima aja kali"
"Vika kok kamu gitu"
"Nggak apa-apa dong. Kita bisa punya banyak keuntungan dari situ, lagipula pak Nathan juga kaya" jawab nya santai
"Iya, tapi tetep aja aku gak rela. Huh!! Baiklah aku izinin tapi jangan sampai keterusan ya, apalagi kalau nantinya baper dan jadi suka"
"Nggak janji ya" Vika mengejeknya
"Vika!!" Rara merengek
"Haha.. enggak kok aku bercanda"
Kemudian keduanya melanjutkan lagi perjalanan yang tidak tahu arahnya akan kemana, tapi sama-sama dibawa enjoy. Bahkan mereka memutar beberapa lagu pop, yang akhirnya tak terasa waktu sudah menunjukkan dimana harus pergi ke restoran.
Berhubung arah yang ditempuh adalah jalan ke tempat dimana mereka bekerja, jadi tidak perlu pulang ke rumah lagi untuk mengganti pakaian toh nanti juga di restoran pakai seragam
"Dari mana kalian?" Arya menghadang langkah kaki Rara dan Vika setelah sampai dan memasuki restoran Mahesa
"Habis cari Om, agar Vika nggak kesepian lagi" Rara menjawab setengah mengejek namun faktanya memang mencari Om yaitu ayahnya Vika
"Kakak tanya serius, Ra"
"Aku juga serius, iya kan Vi?" Vika sedikit bingung untuk menjawab karena kecanggungan pada Arya akhirnya dia hanya bisa mengangguk saja
"Kamu ikut ke ruangan saya" perintahnya pada Vika Sabil berbalik arah lalu masuk ke ruangannya
"Kamu sih Ra, gimana kalau Chef Arya tanya yang macam-macam, dipikirnya kita memang lagi cari om-om"
"Hahaha.. Kak Arya tuh kelihatan banget kayak orang lagi cemburu"
"Hus, apa sih kamu!, udah ah aku masuk dulu"
"Tunggu sebentar"
"Apa?"
"Nanti kalau diapa-apain sama kak Arya kamu pasrah aja ya" Rara mengejeknya
"Rara" Vika sangat malu dengan kata yang dilontarkan Rara, dia mencubit kecil pinggang sahabatnya karena terus menggoda dirinya setiap kali dekat dengan Arya
"Good luck ya,, haha" Rara menghindar dan pergi jauh dari Vika.. takut gadis itu akan mencubitnya lebih karas lagi
"Dasar" Walaupun menyebalkan namun Vika tetap tersenyum dengan tingkah sahabatnya
***
"Ada yang bisa saya bantu?" Vika langsung to the point
"Jawab jujur. Tadi dari mana?" Arya menatap Vika serius namun masih terlihat biasa
"Keliling-keliling aja, dan makan bakso"
"Kenapa tidak kuliah?"
"Gak ada kelas!"
"Semalam kamu pergi kemana?"
"Hanya makan malam aja"
"Dengan siapa?"
"Maaf Chef, menurut saya itu privasi"
"Jawab Vika"
Ini orang maunya apa shi?
"Sama temen"
"Pria atau wanita?"
"Chef, ini diluar dari pekerjaan saya, dan untuk apa harus bertanya seperti itu"
"Saya hanya ingin mastikan kalau kamu tidak akan membawa pengaruh buruk pada Rara"
Dih gila kali ya, bertahun-tahun temenan sama Rara dia gak se sinting ini
"Maaf, kenapa chef bisa menyimpulkan seolah saya bukan wanita baik-baik"
"Saya hanya bertanya, wajar kan khawatir untuk adik saya?"
Wajar sih wajar, tapi kenapa kaya interogasi koruptor
"Chef tenang aja, saya tidak akan menjerumuskan orang yang saya sayang mengalami apa yang saya rasakan" Vika skak Arya
"Apa maksud kamu?"
"Baiklah karena pembahasan yang menurut ku sudah tidak penting, maka saya permisi"
Arya masih belum puas dengan jawaban Vika, dia pun sigap menghadang dengan berdiri tegak di hadapannya "Dengar, ini peringatan untukmu, jangan melakukan sesuatu yang melebihi batas dengan orang lain"
"Terimakasih untuk nasihatnya, tapi saya sudah tidak perduli apapun yang akan terjadi pada diri saya kedepannya, toh selama ini menjaga tubuh agar tetap sempurna semua sudah sia-sia"
"Kau masih menyesalinya?"
"Tidak" jawabnya singkat
"Baguslah"
Dih ini orang bener-bener ya
"Oh ya.. Minggu depan kamu yang bertanggung jawab mendekor taman di belakang rumah"
Huh dasar, masih butuh aku juga kan?. Makanya jadi orang jangan nyebelin
"Baik, untuk konsepnya?"
"Seperti biasa, tapi untuk kali ini harus lebih mewah karena acara tunangan ku dengan Chika"
"Kenapa harus saya?"
"Karena kamu memang ahli dalam bidang ini"
"Chef kan tau kemampuan saya tidak murah"
"Sudah tau.. makanya saya pilih kamu"
"Baik, kalau sesuai budget"
Vika tidak banyak bicara lagi, karena kali ini Arya suka lebih sering menggodanya, dia tidak mau dirinya malah terbiasa bersama pria yang milik orang lain.
Acara tunangan Arya dan Chika semakin hari semakin dekat. Undangan kini telah tersebar bukan hanya keluarga saja, tapi juga di seluruh sosial media. Vika sangat sibuk mencatat ini dan itu keperluan dekorasinya agar terlihat mewah sesuai harapan mempelai wanita. Bahkan tak tanggung terjun langsung membeli semua perlengkapan, sampai dia lembur, dan juga melewatkan makan siang serta malam demi mendapatkan hasil perfect untuk karyanya.
Berhubung acara akan di adakan di halaman belakang keluarga Mahesa. Maka, ada bagusnya juga, setidaknya dia bisa beristirahat di kamar Rara Tanpa canggung karena sudah terbiasa.
***
Hari ini Sang Surya benar-benar menampakkan kecerahan sinarnya, sampai siapa pun bisa merasakan terik dan menguras keringat juga dahaga yang senantiasa berdiri di bawah pancarannya.
Beberapa hari ini Vika tidak di restoran, melainkan hanya fokus pada tugasnya saja. Namun Rara masih seperti biasa, meskipun menolak karena ingin bersama Vika, tapi sia-sia, karena keputusan Arya tidak ada yang bisa merubahnya
"Nak, kemari!" Nek Rita memanggil Vika yang tengah sibuk memerintahkan pegawai dekorasinya
"Iya Nek" Dia pun menghampiri
"Istirahatlah sejenak, kamu terlihat sangat lelah" Dia meraih tangan Vika agar duduk di sampingnya
"Tidak apa Nek. aku sudah biasa. Lagi pula hanya mengarahkan mereka saja" dengan tutur kata yang sopan, namun Vika tetap duduk disampingnya
"Kamu sakit?" Tiba-tiba
"Hah?.. Gak kok, aku sehat-sehat aja!" Vika menunjukan tubuhnya dalam keadaan baik
"Tapi wajah kamu pucat"
"Oh. mungkin karena aku sibuk sampai tidak sempat make up, Hehe...!"
"Nenek merasa kamu seperti sangat lelah" Belaian lembut tangan Rita menyingkirkan beberapa helai rambut yang ada di wajah Vika
"Sebenarnya tidak begitu lelah. Hanya saja memang sibuk, sampai tidak fokus dengan yang lain"
Saat sedang asik berbicara dengan Nek Rita salah seorang pegawai dekor memanggilnya kembali. Ada beberapa bunga yang harus dipasang sesuai jenisnya saja, untuk itu dia terpaksa harus lanjut agar cepat selesai dan bisa kembali di kehidupan normal
"Oh maaf ya nek, nanti kita lanjutkan kembali," Vika berpamitan lalu ketempat dekorasi itu lagi
"Baik lah" Meskipun begitu Rita masih senantiasa jadi mandor untuk menemaninya di sana
"Ma...!" Nadia menghampiri Rita "Ini jus buah untukmu" di memberikan segelas jus alpukat segar di meja bulat yang berada dekat Nek Rita
"Oh! terima kasih. Memang, panas terik seperti ini sangat nikmat apa lagi jusnya pakai es" canda Rita
"Iya, tapi Mama kan tidak boleh minum es"
"Kamu memang rewel, seperti ibu mertua saja"
"Haha,! Aku akan lebih rewel lagi kalau mama tidak patuh" Nadia kembali lagi ke dalam, karena masih banyak persiapan yang belum selesai juga. Dari mulai Catering, Suvenir, Seragam dan lain-lain, yang membuat dia sendiri tidak sempat merawat Rara