Elara Estelle putri seorang pengusaha yang terabaikan dipaksa menikah dengan Alistair Magnusson seorang tuan muda lumpuh di tengah ejekan keluarganya elara menyembunyikan identitasnya sebagai dokter terkenal ketika rahasia masa lalu terungkap elara merencanakan balas dendam sambil belajar arti cinta dan penerimaan dalam pernikahan yang tak terduga.
penasaran?? yuuk lanjut bacanya ➡️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bellis_perennis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Sekembalinya dari luar alistair mendapati bahwa sebastian masih berjaga di rumah sakit enggan pergi namun, alistair segera meminta adiknya itu untuk pulang tanpa memberi ruang untuk menolak bukan karena dia tidak berterima kasih tetapi malam ini dia ingin menikmati waktu tanpa gangguan bersama elara yang sudah resmi menjadi pusat hidupnya.
Hanya dengan memeluknya, Alistair merasa bisa meredakan amarahnya terhadap keluarga Dominic dan Robert.
"Ayolah... kak kau benar-benar tidak berperasaan!" keluh Sebastian mengerucutkan bibirnya sambil pura-pura kesal "aku akan memberitahu Ibu kalau kau mengintimidasi ku lihat saja, ibu pasti akan menarik telingamu seperti waktu dulu" lanjut Sebastian sambil tersenyum licik mengingat momen masa kecil yang tak pernah dilupakannya.
Kata-kata Sebastian membangkitkan ingatan lama alistair saat mereka masih remaja dia kerap mengganggu Sebastian yang masih kecil bahkan sampai membuatnya menangis dan kebingungan di rumah namun, ada harga yang harus dibayar untuk keisengan itu evelyn, ibu mereka yang tegas dan adil selalu memberi hukuman bagi alistair setiap kali dia membuat adiknya menangis sekarang, momen itu teringat jelas di pikirannya sebagai kenangan yang justru indah alistair bukanlah tipe pria yang mengeluh atas hukuman ibunya sebaliknya, masa kecilnya yang berkesan itu dia kenang dengan senyum kecil yang terselip di sudut bibirnya.
"Marcus antar adikku ini ke rumah dengan selamat Pastikan tak ada lecet sedikit pun padanya" perintah alistair memutus keluhan Sebastian yang terus menerus.
"Baik... tuan" jawab Marcus patuh, lalu mengisyaratkan agar Sebastian ikut dengannya.
Sebastian menoleh ke arah kakaknya sambil mengangkat alis wajahnya penuh keluhan yang pura-pura "kita lihat saja nanti kak aku akan memberitahu kakak ipar kalau kau mengintimidasi ku mungkin kali ini dia yang akan menarik telingamu" ancamnya mengira-ngira reaksi elara.
Alistair terkekeh kecil "laporkan saja...sebebas mu aku malah penasaran melihat bagaimana elara membelamu tapi untuk sekarang, pergilah aku butuh istirahat".
Sebastian yang sudah dewasa tentu paham arti tersirat dari perkataan kakaknya dia tahu betul apa yang diinginkan alistair malam ini dan dengan setengah bercanda dia pergi sambil menghentakkan kaki seperti anak kecil yang menggerutu beberapa petugas keamanan yang melihatnya menahan tawa seolah-olah tidak percaya bahwa Sebastian yang tampak manja itu adalah adik kandung alistair si Raja Neraka yang terkenal.
Saat ruangan sudah sunyi, Alistair segera menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri setelah itu dia merebahkan diri perlahan di samping elara yang masih tertidur lelap tanpa sadar kehangatan tubuh istrinya memberikan kenyamanan luar biasa meski kini harus terbaring dengan kondisi lumpuh alistair merasa tenang.
Namun rasa tenang itu diiringi keinginan kuat untuk segera sembuh dalam hati dia mulai bertekad akan menemukan dokter terbaik yang bisa menyembuhkan kondisinya alistair tak mau terus-terusan duduk di kursi roda dia ingin mengajak elara menikmati momen bersama seperti pasangan lainnya berjalan bergandengan tangan, atau bahkan menggendongnya saat mereka menikmati suasana kota bayangan dirinya menggendong elara di punggung sambil bercanda ringan membuat semangat untuk sembuh semakin besar dalam dirinya.
"Selamat malam, cinta ku " Bisiknya lembut sambil mengecup kening elara perlahan dia melingkarkan lengan di sekeliling tubuhnya dan memeluk erat.
Dalam kehangatan itu, keduanya tenggelam dalam mimpi alistair merasa lebih damai dari sebelumnya seolah beban yang selama ini dia pikul hilang untuk sementara malam itu keheningan terasa begitu menenangkan dan kebersamaan mereka menjadi obat paling mujarab bagi segala kecemasan yang menghinggapi hati alistair.
*
*
KEesokan paginya alistair terbangun lebih awal dan dia tersenyum hangat ketika melihat elara mulai membuka matanya "selamat pagi.. sayang" bisiknya lembut dengan senyum yang memperlihatkan rasa kasih yang tulus.
Mata elara bertemu pandang dengannya dan dia membalas dengan suara kecil yang masih mengantuk. "Pagi..." suaranya terdengar manis meski ada sedikit gugup.
Alistair, penuh perhatian, menatap elara dengan lembut "apa tanganmu masih sakit?".
Elara ingin tersenyum mendengarnya meski merasa lucu karena sebagai seorang dokter dia tahu kondisinya sudah membaik namun dia tak ingin mengecilkan perhatian suaminya itu yang tampak khawatir pada luka kecilnya.
"Tidak bisakah kita pulang?" tanya elara berharap bisa segera kembali ke rumah.
"Nanti setelah dokter memastikan tanganmu bisa menjalani rawat jalan" jawab alistair lembut namun tegas meskipun elara tahu dirinya baik-baik saja dia tidak tega menolak perhatian itu "baiklah.." jawabnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Saat itu alistair tampak ragu sesaat tetapi tiba-tiba saja dia mengambil inisiatif mencium elara awalnya hanya kecupan lembut di bibir namun perlahan alistair merasa dirinya terbawa suasana keinginannya semakin mendalam dan kecupan yang ringan itu berubah menjadi lebih dalam dia tidak ingin menahan rasa cintanya yang semakin menggebu.
Elara membiarkan ciuman itu meski hatinya belum sepenuhnya menyatu dengan cinta dia bisa merasakan ketulusan alistair dia tahu alistair benar-benar mencintainya dan tidak pernah hanya sekadar berkata-kata namun, karena belum terbiasa elara masih bingung bagaimana harus merespons alistair tampaknya mengerti dia dengan lembut mengelus kepala elara membuatnya merasa lebih nyaman.
Ciuman mereka semakin dalam dan alistair mulai menjelajahi bibir dan mulut istrinya dengan rasa rindu yang tak tertahan tak ada sedikit pun rasa jijik meski mereka baru saja terbangun dan belum menyegarkan diri namun dia segera menyadari napas elara mulai tersengal dengan perlahan dia menghentikan ciuman itu.
Alistair tersenyum geli, menatap Elara yang kini wajahnya sedikit memerah "jangan lupa bernapas, sayang aku tidak mau jadi duda hanya karena istriku lupa caranya bernafas saat berciuman".
Mendengar lelucon itu elara merasa malu dan menyembunyikan wajahnya di dada Alistair meski sedikit tersipu dia merasa nyaman dalam pelukan pria itu kenyamanan yang entah bagaimana tumbuh sejak mereka menikah dia tahu, meski tanpa cinta yang penuh rasa aman yang alistair berikan sudah cukup baginya dia menyadari bahwa Alistair adalah satu-satunya pria yang akan selalu berada di sisinya meski dunia memusuhinya.
"Kau menjengkelkan.." gumam elara pelan membuat Alistair tersenyum senang baginya, menghabiskan waktu bersama elara adalah kebahagiaan bahkan jika hanya sekadar berada dalam pelukan seperti ini dia dengan lembut mengelus punggung elara dan mencium rambutnya semuanya terasa manis dan menenangkan.
Tiba-tiba elara mengangkat kepala dan menatap Alistair. "Kalau aku mati apa kau akan mencari penggantiku?".
Pertanyaan itu membuat Alistair terdiam matanya sedikit terbelalak tak percaya elara bertanya seperti itu baginya, pertanyaan itu terdengar begitu menyakitkan "tidak akan ada yang mati sayang kau akan tetap hidup dan kita akan menua bersama". jawab alistair dengan nada serius dia tak bisa tenang membayangkan hidup tanpa elara.
"Tapi jawab pertanyaanku..." ujar elara kali ini dengan nada sedikit lebih tegas.
"Aku sudah menjawabnya.." balas alistair mencoba menghindari pikiran tentang hal yang tak diinginkannya namun Elara mendesaknya.
"Jawabanmu bukan itu!" protes elara dengan suara sedikit meninggi.
Alistair menghela napas, lalu mengusap lembut pipi Elara "kau keras kepala.." gumamnya namun nadanya penuh kasih dia menatap dalam mata Elara dan berkata dengan jujur "aku tidak akan pernah mencari pengganti jika kau pergi aku mungkin tidak akan bisa bertahan aku bahkan mungkin akan menyusul mu".
Elara terdiam mendengarnya merasa takjub dengan ketulusan alistair setelah bertahun-tahun merasa diabaikan oleh keluarganya kata-kata alistair seakan menjadi penawar luka di hatinya sekilas mata elara tampak berkaca-kaca belum sempat dia menanggapi alistair berbicara lagi.
"Lalu, kalau aku tidak bisa memberimu anak atau bahkan berubah menjadi jelek apa kau juga akan mencari penggantiku?" tanya elara dengan suara ragu dia takut mendengar jawabannya tapi keingintahuannya lebih besar.
Alistair menghela napas panjang, lalu menatap Elara dalam-dalam "itu tidak akan pernah terjadi setelah aku bersumpah di hadapan tuhan aku tidak akan pernah menyakitimu dengan alasan konyol apa pun yang terjadi kita akan menghadapinya bersama tidak peduli bagaimana dunia memperlakukanmu aku akan memastikan kau merasa adil meski harus menentang dunia".
Perkataannya begitu dalam, membuat elara semakin yakin bahwa cinta alistair adalah cinta yang tulus senyum tipis merekah di bibirnya dan Alistair membalas senyum itu dengan lembut di saat itu elara merasa bahwa alistair benar-benar adalah pria yang baik dan penuh cinta yang tak pernah dia temui sebelumnya.
"Kau seperti pria yang sering jatuh cinta..." ujar Elara setengah bercanda mencoba menyembunyikan rasa bahagianya.
"Tentu saja.." jawab Alistair sambil tersenyum lebar "kau cinta pertamaku dan cinta terakhirku dan apa pun yang orang katakan kau selalu pantas untuk mendapatkan yang terbaik".
Dengan penuh kasih alistair kembali merengkuh Elara dalam pelukan hangatnya membisikkan janji untuk terus berada di sampingnya, apapun yang terjadi elara pun memejamkan mata merasa bahagia dan nyaman dalam dekapannya baginya, tak ada lagi keraguan tentang perasaannya terhadap pria ini.