"Kak, ayo menikah?" Vivi yang masih memakai seragam putih merah itu tiba-tiba mengajak Reynan menikah. Reynan yang sudah SMA itu hanya tersenyum dan menganggapnya bercanda.
Tapi setelah hari itu, Reynan sibuk kuliah di luar negri hingga S2, membuatnya tidak pernah bertemu lagi dengan Vivi.
Hingga 10 tahun telah berlalu, Vivi masih saja mengejar Reynan, bahkan dia rela menjadi sekretaris di perusahaan Reynan. Akankah dia bisa menaklukkan hati Reynan di saat Reynan sudah memiliki calon istri?
~~~
"Suatu saat nanti, kamu pasti akan merindukan masa kecil kamu, saat kamu terluka karena cinta..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
"Rain, tolong aku. Aku akan diterkam kakak kamu." Vivi menghempaskan tubuhnya di samping Raina yang sedang tengkurap sambil melihat ponselnya.
"Hah? Diterkam gimana? Ih, kayak kamu gak mengharap terkaman Kak Rey aja." Raina justru menertawakan Vivi karena dia tahu persis kalau Vivi cinta mati dengan kakaknya itu
"Sekarang beda, aku lagi kesel sama Kak Rey." Vivi mengambil guling dan memeluknya.
"Tapi aku lihat-lihat Kak Rey udah jatuh cinta sama kamu. Sebentar lagi pasti nyusulin kamu ke sini."
Baru saja Raina berhenti berbicara, Reynan sudah mengetuk pintu itu dengan keras. "Vi, keluar. Kalau tidak mau keluar, aku dobrak pintu ini!"
Vivi menahan lengan Raina yang akan beranjak dari tempatnya. "Rain, jangan! Please. Biarkan aku tidur di sini ya."
"Eh, dosa loh pisah ranjang sama suami. Lagian kenapa sih? Kak Rey juga udah minta maaf."
"Ya, aku masih kesal dan aku juga mau beri pelajaran sama Kak Rey."
"Nanti kalau Kak Rey kembali dingin lagi kamu nyesel loh." Raina melepas tangan Vivi karena Reynan semakin menggedor pintu itu dengan keras.
"Rain, buka pintunya! Kalau tidak, aku dobrak pintu ini!" teriak Reynan lagi dari balik pintu itu.
"Iya." Raina akhirnya membuka pintu itu, karena dia sudah sangat capek dengan rutinitasnya. Dia tidak mau melihat drama rumah tangga kakak dan sahabatnya itu lebih lama lagi.
Setelah pintu itu dibuka, Reynan masuk dan mendekati Vivi. "Vivi, ayo kembali ke kamar."
"Nggak mau! Aku mau tidur di sini."
"Ya udah, kalau begitu aku juga tidur di sini juga." Reynan merebahkan dirinya di samping Vivi yang membuat Raina melebarkan matanya.
"Kalian berdua ini, aku capek mau istirahat. Keluar dari kamar aku! Enak aja mau tidur di sini semuanya. Ranjang aku masih suci, bersih, tanpa noda."
Akhirnya Reynan bangun dan mengangkat tubuh Vivi. "Kita tidur di kamar kita saja."
"Kak Rey, turunin!" Vivi tidak bisa memberontak dari dekapan tangan kekar Reynan. "Kak Rey!"
Raina bernapas lega setelah sepasang suami istri itu akhirnya keluar dari kamarnya. Lalu dia menutup pintu dan menguncinya agar tidak ada lagi gangguan yang masuk.
Setelah sampai di kamar, Reynan mengunci pintu kamarnya lalu menurunkan tubuh Vivi di atas ranjang.
"Kak Rey. Ih, pokoknya malam ini jangan ganggu aku." Vivi menggeser dirinya ke tepi ranjang lalu menarik selimut hingga menutupi tubuhnya.
Reynan hanya tersenyum kecil. Jika biasanya dia mengusir Vivi saat berganti baju di kamar itu, kini Reynan yang melakukannya. Dia mengambil piyamanya dan melepas pakaiannya begitu saja.
Vivi semakin memunggungi Reynan. Dia juga menutup wajahnya. "Kak Rey, kalau ganti baju di kamar mandi. Aku saja gak boleh ganti baju sembarangan."
"Kalau sekarang, kamu boleh ganti baju dimanapun, apalagi di depan aku."
"Gak akan!" Vivi sama sekali tidak menatap Reynan. Dia semakin memeluk gulingnya.
"Kamu gak ganti piyama?"
"Nggak! Ini sudah nyaman." Jujur saja detak jantung Vivi berdegup dengan kencang. Dia sudah biasa menghadapi Reynan yang berhati batu, lalu sekarang tiba-tiba Reynan berubah seperti dirinya yang pandai merayu. Dia belum siap menghadapi sikap Reynan yang seperti ini.
Tiba-tiba saja punggung Vivi terasa hangat dan satu tangan Reynan memeluk perut Vivi. Tubuh Vivi bagai tersengat listrik merasakan pelukan Reynan seperti ini.
"Vivi, kamu gak pakai gaun transparan kamu yang merah itu? Aku suka loh."
Vivi hanya berdengus kesal. Kemarin-kemarin saja saat dia menggoda Reynan dengan gaun malam itu, Reynan sama sekali tidak meresponnya. Sekarang dia bilang kalau suka. Dia tidak akan melakukannya lagi.
"Tubuh kamu sangat sexy." Perlahan tangan Reynan naik ke atas dan menekan salah satu dada Vivi dengan jarinya. "Apalagi ini, selalu terlihat saat kamu tidur pakai gaun itu."
"Kak Rey!" Vivi menepis tangan Reynan. Sekarang dia baru tahu sisi lain dari Reynan, ternyata dia juga mesum sama seperti pria lainnya. Diam-diam Reynan sudah menikmati tubuhnya. "Jangan sentuh!"
"Kenapa? Kan aku sudah jadi suami kamu. Biasanya juga kamu sentuhin ke aku tiap malam."
"Biasanya Kak Rey tidak merespon. Sudah tidak ada peluang lagi."
"Nih, sekarang aku sudah merespon."
Vivi kembali menepis tangan Reynan saat akan menyentuh dadanya lagi. "Sana, ih!"
"Ya sudah, kamu tidur saja. Mulai malam ini dan seterusnya, aku akan terus memeluk kamu." Tangan itu kembali ke perut Vivi.
Reynan sudah menguap beberapa kali karena dia sangat mengantuk. Setelah melalui berbagai masalah besar kemarin dia belum tidur nyenyak sama sekali.
Vivi hanya terdiam dengan detak jantung yang tak beraturan. Kini sudah tidak ada pergerakan dari Reynan. Sepertinya Reynan sudah tertidur. Vivi berusaha menyingkirkan tangan yang berada di perutnya tapi sangat berat. Hingga akhirnya dia pasrah begitu saja dengan pelukan Reynan. Meski dia akui, pelukan itu terasa sangat nyaman dan mampu membawanya terbang ke alam mimpi.
Saat hari semakin larut, Vivi memutar tubuhnya tanpa sadar, lalu memeluk Reynan. Mereka kini saling berpelukan hingga malam berganti pagi.
Reynan membuka kedua matanya dan dia menatap Vivi yang masih memejamkan kedua matanya dalam dekapannya. Terasa sangat nyaman saat tubuh mereka saling memeluk dan memberi kehangatan.
Biasanya Vivi bangun terlebih dahulu, membuka tirai lalu membuatkan susu hangat untuknya. Ingin Reynan melakukan hal itu tapi pelukan hangat itu sayang sekali untuk dia lepas.
Reynan tersenyum kecil lalu mendekatkan wajahnya dan mengecup singkat bibir Vivi. Karena masih tidak ada pergerakan sama sekali, Reynan kembali mendekatkan wajahnya. Kali ini dia tahan tengkuk leher Vivi agar tidak menghindar.
Merasakan bibirnya yang hangat dan basah, membuat Vivi membuka kedua matanya. Dia ingin berteriak tapi pagutan lembut itu membuatnya terbuai di pagi hari. Satu tangan yang akan mendorong Reynan pun melemas. Dia justru menikmati setiap pagutan yang diberikan Reynan.
Vivi, sadar, benteng pertahanan tidak boleh roboh dulu. Baru juga sehari kamu membangunnya.
Vivi mengembalikan kesadarannya lalu dia mendorong Reynan dengan keras. "Kak Rey! Cari kesempatan waktu aku masih tidur."
"Semalam kamu yang putar tubuh kamu sendiri dan peluk aku." Reynan masih menahan tubuh Vivi agar tidak lepas dari pelukannya.
"Aku gak sadar." Vivi berusaha melepas pelukan Reynan tapi tubuh bagian bawahnya justru semakin menggesek sesuatu yang sangat keras yang sudah meronta ingin keluar.
"Ah, Vivi semakin kamu bergerak dan semakin kamu menggeseknya, maka semakin ingin aku melakukannya."
Akhirnya Vivi terdiam dan mencari celah untuk lepas. Setelah Reynan merenggangkan dekapannya, Vivi mendorongnya dengan keras lalu turun dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi.
"Uh, kamu menantang sekali. Vivi, aku pasti bisa menaklukkan kamu lagi."
💞💞💞
Like dan komen ya...
dari dimanfaatin aldi & sekarang masih aja betah jadi artis
udah resiko kalau ada adegan gitu , jadi jangan sok nangis