Genre : TimeTravel, Action, Adventure
Mo Lian. Seorang Kultivator terkuat di Alam Semesta.
Saat ia hendak naik ke Alam Selestial, Dao menolaknya karena di dalam hatinya terdapat penyesalan besar. Akhirnya pun Dao mengirimkannya kembali ke masa sekolahnya saat berusia 18 tahun.
"Kali ini aku harus berkultivasi secara perlahan sembari membalaskan semua dendam yang ada! Hingga tidak lagi meninggalkan penyesalan maupun rasa bersalah, yang mana dapat membangun iblis hati!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaKertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 08 : Kultivator Dao
"Kakek!"
Teriak wanita muda dari pintu depan, berlari menuju ruang tengah, yang di mana pada saat itu Mo Lian masih berbicara dengan Qin Zhang dan Qin Tian.
Mo Lian mendongakkan kepalanya saat mendengar teriakan itu. Pandangannya bertemu dengan wanita yang berteriak, kemudian kembali memandang Qin Tian dengan pandangan meminta penjelasan. "Apakah Anda tahu di mana perbatasan-" ucap Mo Lian terhenti karena dipotong oleh ucapan wanita yang tak lain ialah cucu dari Qin Zhang, Qin Nian.
"Kau! Penjual Talisman itu!" Qian Nian menunjuk jarinya mengarah pada wajah Mo Lian dengan ekspresi wajah sedikit terkejut.
Qin Zhang terperangah dengan mulut terbuka lebar, ia memandang Mo Lian dan Qin Nian secara bergantian, kemudian kembali menatap wajah Mo Lian. "Ap- Apakah Anda adalah penjual Talisman dari Jalan Jinli?"
Mo Lian menaikkan sebelah alisnya, kemudian mengangguk kecil sebagai jawaban dari pertanyaan Qin Zhang. "Iya."
"Nian'er. Ap- Apakah benar?" Qin Zhang kembali menanyakan pertanyaan yang sama kepada cucunya untuk memastikan lebih lanjut.
Sama seperti Mo Lian. Qin Nian menganggukkan kepalanya berkali-kali dengan cepat, meyakinkan ketidakpercayaan kakeknya.
"Maaf Tuan. Terimakasih karena telah menjual Talisman itu, karena Talisman yang Tuan jual. Istri saya dapat kembali sadar." Qin Zhang berdiri kemudian membungkuk 45° menghadap Mo Lian.
Qin Tian yang melihat Ayahnya seperti itu juga tidak tinggal diam, ia berdiri dan kemudian membungkuk mengikuti Ayahnya.
Mo Lian berdiri, ia memegang kedua bahu Qin Zhang. "Tolong angkat kepala Anda," pintanya seraya membantu Qin Zhang untuk kembali berdiri tegak.
"Terimakasih," ucap Qin Zhang kemudian kembali duduk bersandar di sofa.
Qin Nian yang masih berdiri juga berjalan menghampiri sofa dan duduk tepat di samping Mo Lian.
"Tuan. Karena Tuan tidak mengetahui perihal Pejuang, lalu mengapa Anda dapat memiliki teknik pernapasan yang sangat kuat, yang mana Anda tunjukkan saat berada di Taman Kota? Bagaimanapun yang saya tahu, teknik itu adalah teknik dari zaman kuno dan milik sekte-sekte tersembunyi." Panggilan Qin Zhang pada Mo Lian kini berubah, ia memanggil Mo Lian dengan sebutan 'Tuan' bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan Mo Lian 'lah alasan dari mengapa istrinya dapat kembali sadar.
Mo Lian mengangkat tangan kanannya dengan memperlihatkan telapak tangannya pada Qin Zhang dan Qin Tian. "Maaf. Tolong jangan panggil Aku 'Tuan', maupun 'Anda'. Karena itu terlalu sopan dan aku tidak terlalu menyukainya."
"Tapi—" Qin Zhian hendak menyanggah permintaan itu namun terhenti saat melihat lambaian tangan Mo Lian. "Baiklah."
"Aku adalah seorang Kultivator Dao, bukan Pejuang seperti yang Senior Qin kira. Kami para Kultivator memupuk kekuatan dengan cara menyerap aura spiritual dari bumi dan langit ... dan yang Senior katakan mengenai Wu-Sheng itu tadi, itu hanyalah tingkatan awal dari beberapa tingkat seorang Kultivator." Mo Lian menjawab pertanyaan Qin Zhang sebelumnya dengan kedua tangan berada di atas lututnya.
Meski mengatakan bahwa ia tidak menyukai sebutan sopan santun, tapi ia tetap memanggil pria tua di depannya dengan sebutan 'Senior'. Hal itu dimaksudkan untuk menghormati seorang sepuh Militer karena telah menjaga kedamaian negara.
Mo Lian kembali menyandarkan tubuhnya di sofa setelah ia selesai menjelaskan. Ia sedikit merasa menyesal karena telah menghancurkan meja kayu di depannya, pasalnya ia sendiri belum meminum teh yang berada di dalam cangkir.
"Dan untuk tingkatan terkuat ... heh ... bahkan orang yang berada di tingkatan itu dapat menghancurkan Matahari hanya dengan tiupan angin dari mulutnya." Mo Lian kembali melanjutkan penjelasannya seraya menggelengkan kepalanya.
Wajah Qin Zhang mengeras, bahkan jika orang mengatakan bahwa dia adalah patung tidak ada salahnya. Bagaimana tidak, Qin Zhang terperangah dengan mata dan mulut yang terbuka lebar tanpa adanya sedikitpun gerakan.
Raut wajah Qin Tian juga tidak jauh berbeda dengan Qin Zhang.
Sedangkan untuk Qin Nian yang duduk di samping Mo Lian, dia hanya memainkan handphone miliknya tanpa memperdulikan pembicaraan dari ketiga orang di sekitarnya.
Selang beberapa detik terdiam, Qin Zhang menyentakkan tubuhnya berdiri bersamaan dengan Qin Tian. "Tolong terima saya menjadi murid Anda!" Seru keduanya bersemangat.
"Uhuk!" Mo Lian tersedak saat mendengar permintaan dari keduanya, ia tak berharap akan dimintai menjadi seorang guru dari orang yang lebih tua darinya. Meski kebenarannya sendiri ia adalah orang tertua di sini.
Qin Nian berdiri saat melihat Kakek dan Ayahnya memberikan penghormatan pada Mo Lian. "Kakek! Ayah! Apa yang kalian lakuka—" ucapnya terpotong karena ditegur oleh Kakeknya.
"Diam!"
Mo Lian mengamati keduanya, meski keduanya telah terlalu tua untuk berkultivasi. Namun ia tidak dapat menyangkal jika keduanya memiliki bakat dalam hal kultivasi, terlebih lagi Qin Nian yang telah terdiam karena ditegur.
"Apa untungnya aku menerima kalian?" tanya Mo Lian dengan nada sedikit merendahkan, baginya sekarang bukanlah saatnya untuk mencari murid. Karena kekuatannya sendiri masih dangkal jika harus memiliki murid dan mengatur pelatihan para muridnya, tentunya Mo Lian tidak ingin melakukannya karena hal itu terlalu merepotkan.
Masih dengan posisi membungkuk memberi hormat, Qin Zhang memberikan jawabannya tanpa berpikir lama, "Keluarga Qin dapat menjamin keselamatan keluargamu!"
Mo Lian terdiam dengan mulut sedikit terbuka, beberapa detik kemudian ia tersenyum lembut. Ia tidak berharap pria tua di depannya ingin menjamin keselamatan keluarganya yang hanya tersisa ibu dan adik, sebagai pertukaran agar ia mau menerima Qin Zhang dan Qin Tian sebagai murid, ia yang sekarang memang membutuhkan latar belakang yang kuat untuk melindungi keluarganya.
Mo Lian menyentuh keningnya seraya menggelengkan kepalanya pelan. Dia mendapatkan ku, batinnya.
"Baiklah!"
Wajah Qin Zhang dan Qin Tian kembali cerah, mereka berdua mendongakkan kepalanya melihat Mo Lian. Mereka hendak berterimakasih, namun baru membuka bibirnya sedikit, Mo Lian kembali berbicara menghentikan ucapan mereka.
"Tapi sebelum itu siapkan kertas dan pulpen," ujar Mo Lian seraya menggerakkan jari-jarinya sebagai tanda bahwa ia membutuhkannya dengan cepat.
"Ah! Baik!" Pengawal berbadan besar segera berlari ke belakang mencari benda yang dipesan Mo Lian setelah ia mendapat perintah dari majikannya.
Sebenarnya pengawal itu sendiri tidak terlalu suka dengan Mo Lian. Pengawal itu berpikiran bahwa Mo Lian hanyalah penipu yang memanfaatkan kebaikan dari majikannya, dan untuk dirinya yang terpental saat berada di Taman Kota. Itu hanyalah suatu kebetulan, begitulah pikirnya untuk membela diri.
Beberapa menit kemudian, pengawal itu kembali membawa secarik kertas dengan pulpen dan menyerahkannya pada Mo Lian.
Mo Lian mengambil kedua alat tulis itu, ia mulai menuliskan nama-nama rempah maupun herbal yang akan digunakannya untuk membuat Pil Pembersih Tubuh.
Seperti yang disebutkan oleh namanya, Pil Pembersih Tubuh adalah pil tingkat dasar bagi para pembudidaya, pil ini berfungsi untuk membersihkan kotoran-kotoran yang berada di dalam tubuh, sehingga memudahkan orang biasa yang ingin menapaki jalan Kultivator Dao.
Karena pil ini akan dibeli oleh Keluarga Qin, tentunya Mo Lian tidak perlu menahan diri. Ia membuat jumlah melebihi dari yang seharusnya, dan menambahkan beberapa rempah yang tidak termasuk dalam ramuan. Bagaimanapun ia juga ingin meningkatkan kekuatannya, namun tidak dapat membeli rempah maupun herbal karena harga yang terbilang sangat mahal.
"Beli semua bahan yang anda di sini, jika sudah ada. Besok kalian bisa menjemput ku di depan SMA 1 Chengdu." Mo Lian menyerahkan secarik kertas, kemudian berdiri hendak meninggalkan tempat pertemuan.
"Tunggu!"
"Apa lagi?" tanya Mo Lian masih dengan posisinya yang berdiri.
"Tolong terima ini." Qin Tian menyerahkan kunci yang sepertinya adalah kunci rumah.
"Untuk apa?" Mo Lian kembali bertanya tanpa mengubah sedikitpun ekspresi di wajahnya.
"Ini adalah kunci vila yang ada di puncak Gunung Emei, anggap saja ini sebagai hadiah karena telah menyembuhkan ibuku dan sebagai permintaan maaf karena meninggalkan ayahmu seorang diri di perbatasan," terang Qin Tian menjelaskan maksud dari menyerahkan kunci.
"Ayah!-" Qin Nian yang hendak mengumpat kesal kembali dihentikan oleh lambaian tangan dari Qin Zhang. Qin Nian yang melihat ini hanya bisa mencengkeram jari-jarinya yang terkepal, dan kemudian kembali duduk di sofa dengan pipi yang menggembung kesal.
Puncak Gunung Emei? Bukankah ini adalah harta karun, Aku ingin memiliki kediaman di sana. Tapi siapa yang sangka akan mendapatkannya dengan mudah seperti ini, sepertinya untuk naik ke Fase Lautan Ilahi tidaklah sulit.
"Terimakasih." Mo Lian mengambil kunci vila yang berada di atas tangan Qin Tian tanpa ragu-ragu. Ia menyimpan kunci itu ke dalam kantung celananya. "Kalau begitu Aku kembali dulu," lanjutnya melangkahkan kaki.
Qin Zhang dan Qin Tian yang melihat Mo Lian tentunya tidak tinggal diam, keduanya berlari menuntun Mo Lian keluar dengan Qin Nian berdiri di belakang mereka berdua.
"Tunggu! Biarkan Cucuku yang mengantarkan Anda," ucap Qin Zhang kembali menghentikan langkah kaki Mo Lian.
"Tidak perlu," balas Mo Lian tanpa membalikkan tubuhnya dan beberapa detik kemudian ia menghilang dari pandangan semua orang.
Dengan kultivasinya yang sekarang, sangat mudah baginya untuk menyingkat jarak 10 meter hanya dalam kedipan mata. Tapi bagi Keluarga Qin, itu adalah teknik berpindah ke tempat lain yang sangat luar biasa di mata mereka.
"Ini ..." Qin Zhang tidak melanjutkan ucapannya, ia sendiri tidak tahu harus berkata apa. Tapi yang pasti dalam hatinya ia merasakan senang, karena ia merupakan murid dari orang hebat itu.
"Sepertinya tidak salah memberikan Tuan Mo Lian vila itu."
...
***
*Bersambung...