Sebuah cerita horor yang mengikuti petualangan tiga orang sahabat sejati Maxim, Alexa Dan Leo yang tinggal diDESA BATU CHADAS yang terletak diHOLLAND TENGAH. Pada malam Halloween tiba mereka memutuskan untuk menyelidiki sebuah Rumah Tua yang terkenal angker dan dihuni oleh penyihir yang bernama Hiltja.
Ketiga nya terdorong rasa ingin tahu untuk menemukan bukti yang katanya dirumah tua itu terdapat sebuah kutukan yang berhubungan dengan dunia kegelapan.
Setelah mereka berhasil mengungkapkan misteri rumah tua itu. Mereka menyadari bahwa rumah tua bukan hanya berhantu saja.
Melainkan bisa menghubungkan dunia lain, yaitu dunia manusia dan roh. yang memprediksi tentang kebangkitan roh roh jahat yang bisa membuat manusia diambang kehancuran antara hidup dan mati.
Bagaimana kah kelanjutan kisah ini. Mampukah mereka melindungi manusia dari kehancuran???
Yukk kita baca sama sama dijamin seru...
Pesan moral yang bisa ambil. Dengan ketulusan dalam persahabatan bisa mengalahkan semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29. PERJALANAN YANG PANJANG
Malam pertama dalam perjalanan menuju lembah tampak langit yang tadinya cerah berubah kelam. Awan gelap menggantung berat, mengancam dengan petir samar di kejauhan.
Di bawah sinar rembulan yang nyaris tertutup, hanya langkah kaki mereka di atas dedaunan basah yang memecah keheningan.
Leo berhenti mendadak, membuat Maxim dan Alexa menghentikan langkah. Ia mengamati hutan di sekeliling mereka dengan waspada.
"Apa kalian merasa ini jebakan?" tanyanya, suaranya rendah namun penuh kecemasan.
Maxim menjawab, "Mungkin saja. Tapi kalaupun benar, kita tidak punya pilihan lain." Matanya yang tajam melirik Alexa yang memegang batu Velka erat di tangannya.
Alexa tetap diam. Batu kecil di genggamannya, yang biasanya bersinar terang, kini hanya berkilau redup. Ia berharap keajaiban kecil dari batu itu cukup untuk menguatkan mereka bertahan.
Saat matahari mulai menembus kabut pagi, mereka tiba di mulut Lembah Terlupakan. Jurang lebar menganga di depan mereka, kabut tebal menutupi dasarnya seperti tirai rahasia.
Di kejauhan, di sisi lain lembah, kuil kuno berdiri dalam kehancuran. Dindingnya yang retak memancarkan aura yang tak bisa dijelaskan kuno, kuat, dan berbahaya.
Jalan setapak sempit mengular di sepanjang jurang, tampak licin dan rapuh. Maxim menghela napas panjang.
"Kita harus sangat hati-hati. Salah melangkah saja kita bisa tidak akan kembali lagi. " ucap Maxim memberi warning.
Ketika mereka bertiga memulai perjalanan untuk melintasi jalan setapak, Tiba-tiba kabut di bawah mereka bergerak. Leo dapat merasakan nya. Perasaan nya tak keruan jantung nya berdetak kencang.
"Ada sesuatu di bawah sana," bisik Leo kita harus berhati hati.
Bayangan gelap mulai terlihat di dalam kabut. Tanpa peringatan, salah satu dari bayangan itu melompat keluar, berubah menjadi makhluk hitam tanpa wajah dengan cakar panjang yang berkilauan seperti belati. Ia menyerang dengan gerakan gesit, memaksa mereka berpencar.
"Awas!" Maxim berteriak sambil menghunus pedangnya, mencoba menahan makhluk itu.
Makhluk-makhluk lain mulai bermunculan dari kabut, menyerang tanpa henti. Batu Velka di tangan Alexa hanya memancarkan kilauan redup, tidak cukup kuat untuk melawan mereka.
"Mereka terlalu banyak!" seru Leo panik, hampir terjatuh ketika salah satu makhluk mencakar punggungnya.
Alexa menggertakkan giginya. "Kita tidak bisa melawan mereka! Kita harus sampai ke kuil!"
Dengan tekad mereka yang kuat mereka pun berlari kencang di jalan setapak itu. untuk menghindari cakar cakar tajam yang terus mengejar mereka.
Dan akhirnya mereka pun sampai di pintu kuil, tampak cahaya terang terlihat dari dalam. Yang membuat makhluk makhluk itu takut Dan berusaha untuk mundur.
Mereka bertiga terengah-engah, bersandar pada dinding kuil.
"Apa tadi itu?" tanya Leo dengan napas tersengal.
Alexa menatap pintu kuil yang kini bersinar lembut. "Kuil ini... sepertinya punya perlindungan sendiri. Kita aman untuk sementara."
Saat mereka melangkah masuk, kehangatan lembut menyambut mereka. Ukiran kuno memenuhi dinding-dinding batu, menggambarkan kisah dunia yang telah lama terlupakan.
Di tengah aula utama, sebuah altar berdiri dikelilingi cahaya keemasan. Di atasnya, sebuah batu Velka besar bersinar terang, jauh lebih kuat dibandingkan yang dimiliki Alexa.
"Itu pasti batu Velka yang asli," ujar Maxim, hampir berbisik. "Kekuatan itu bisa mengubah segalanya."
Ketika mereka melangkah mendekat, suara menggema dari dalam kuil.
"Hanya yang layak yang dapat membawa batu ini. Buktikan kemurnian hatimu, atau terimalah hukuman."
Tanah di bawah mereka retak, dan mereka terjatuh ke dalam kegelapan yang tak berujung. Mereka terbangun di ruangan hitam tanpa batas. Bayangan dari masa lalu mereka muncul, yang menghadirkan perasaan takut pada mereka.
Alexa melihat diri nya sebagai seorang anak kecil yang menangis disamping ibunya saat meninggal.
"Kau selalu gagal melindungi orang orang yang kau cintai dan sayangi. " suara itu berbisik dikepalanya.
Maxim menyaksikan diri nya saat ia meninggalkan rekan rekan nya dimedan perang. "kau pengecut dengan suara mengejek.
Leo melihat desa yang terbakar, dengan penduduk yang menudingnya sebagai pembawa malapetaka. "Kau hanya membawa kehancuran," suara itu menuduh.
Masing-masing harus menghadapi bayangan itu sendiri. Alexa memejamkan mata, mengingat perjuangan mereka. "Aku mungkin pernah gagal, tapi aku tidak akan berhenti mencoba."
Maxim mengepalkan tinjunya. "Aku tidak akan lari lagi."
Leo menggenggam belatinya erat. "Aku ada di sini untuk memperbaiki segalanya."
Ketika mereka melawan ketakutan mereka dengan keyakinan, bayangan itu memudar.
Mereka kembali ke aula kuil, kini dipenuhi cahaya terang. Batu Velka di altar bersinar lebih cerah, seolah menyetujui keberanian mereka.
Dengan hati-hati, Alexa mengambil batu itu. Energi hangat mengalir melalui tubuh mereka, memberikan kekuatan baru.
"Kita berhasil," bisik Alexa, suaranya penuh emosi.
Namun, di kejauhan, kabut hitam mulai bergerak, mempersiapkan serangan terakhir. Mereka tahu, perjalanan mereka masih jauh dari selesai.
Namun, kabut hitam di luar mulai bergerak. Kegelapan, seperti memiliki kesadaran, bersiap menghadang mereka di ujung perjalanan. "Ini belum selesai," gumam Maxim, menatap bayangan di kejauhan.
Perjalanan terakhir menuju gunung kini menjadi medan pertempuran yang menanti. Kegelapan belum menyerah, dan mereka juga tidak akan.
Saat mereka melangkah keluar dari kuil udara terasa berat. Kabut hitam yang melingkupi lembah bergerak cepat seperti gelombang yang siap menghantam.
Bayangan bayangan gelap sebelumnya hnya mengintai dari kejauhan yang kemudian membentuk makhluk yang mengerikan yang berdiri tegak menghalangi Gunung.
"Kita tidak bisa tinggal disini terlalu lama, ini sangat berbahaya. Kerena kegelapan tahu kita mempunyai batu Velka. Mereka pasti akan datang menyeranag kita. " ucap Maxim tegas.
Alexa mengangguk, meski hatinya tahu bahwa langkah ke depan penuh dengan bahaya. “Kita harus segera menuju gunung. Batu Velka ini tidak akan bertahan lama jika terus dikepung.”
Leo yang memegangi luka dipunggung nya. Yang berusaha mencoba untuk berdiri tegak dengan raut wajahnya menahan sakit.
"Kalau begitu kita harus bergerak sekarang. Lebih cepat lebih baik. " ucapnya.
Mereka mulai berjalan perlahan menyusuri jalan setapak yang licin. Tetapi kabut itu tidak akan diam. Makhluk makhluk gelap akan terus menyerang mereka dari berbagai arah.
Tetapi setiap mereka terdesak mereka memiliki batu Velka yang akan memancarkan kilauan cahaya yang dapat melindungi mereka sementara.
Ketika akhirnya tiba di kaki gunung, malam sudah sepenuhnya menyelimuti langit. Awan gelap menutup cahaya bulan, membuat mereka hanya bergantung pada kilauan batu Velka sebagai penerangan.
“Kita hampir sampai,” ujar Maxim dengan napas berat, matanya menatap puncak gunung yang menjulang. “Ini tempat terakhir untuk memperkuat segel. Jika kita gagal di sini, semuanya akan berakhir.”
Sebelum mereka bertiga melangkah selanjutnya, Tampak sebuah bayangan besar bagai raksasa dengan sosok seperti manusia menghadang mereka
dengan tiba-tiba.
Dengan memiliki sayap yang menyerupai seperti gagak. Matanya sangat tajam merah menyala menatap penuh amarah dan benci.
"Beraninya kalian membawa cahaya kewilayahan ku. " Sosok itu bersiara nyaring menguncang udara disekitar. "ucapnya.
"Aku adalah makhluk penjaga kegelapan dan aku tidak akan membiarkan kalian berhasil dan menghentikan niat kami untuk menghancurkan dunia ini. Kalian harus mati. " ucapnya lagi dengan tawa.
Hihihiiiii....
Hihihiiiii...
Hihihiiiiii.... (suara tawa)
Tanpa peringatan, mahkluk itu melancarkan serangan cepat. Maxim maju dengan sigap, mengangkat pedangnya untuk menangkis. Namun, kekuatan makluk itu hampir membuatnya terjatuh.
(Pertarungan mereka semakin memanas. dapat kah mereka bertahan???)
BERSAMBUNG...