Kehidupan manusia berubah ubah, seiring dengan berjalannya waktu, begitupun dengan kehidupan Hasan selama ini
Dulu ia seorang pemuda gagah,tampan , pemberani dan perkasa, punya istri berparas cantik.Namun semuanya itu tidak berlangsung lama dan abadi baginya.
Hasan harus jatuh ke titik yang terendah yaitu kepada kesengsaraan dan kesusahan setelah ia di tinggal istrinya.
Ia sering di hina, di caci maki, bahkan terkadang ia sering di buli oleh orang terdekatnya, baik itu laki laki maupun perempuan.
Di dalam kehidupan yang penuh dengan kesepian akhirnya Hasan pun bertekad untuk mengisi kehidupannya dengan penuh gairah.
Gairah kehidupannya di tuangkan ke berbagai perempuan yang dekat dengannya.
Roda berputar seiringnya waktu akhirnya Hasan pun sadar pada dirinya dengan bantuan seseorang yang dia kenal.
Di akhir cerita akhirnya Hasan pun bertaubat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alek Yuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 28
Mobil melaju kencang Hasan dengan cekatan mengemudikannya. Terlihat linangan air mata di pipi Elis setelah mendengar berita dari saudaranya lewat HP bahwa anaknya masuk ruang ICU di rumah sakit. melihat itu semua lalu Hasan pun berucap untuk menenangkannya " sudah kamu yang sabar aja, sebab kalau aku melihat dirimu menangis aku jadi nggak fokus nih menyetir mobilnya". Elis pun diam dan mengusap pipinya dengan tisu.
Hasan sengaja mengambil jalan jalur cepat, sesekali ia melihat Google map untuk memeriksa jalan yang tidak macet untuk mereka lewati. selama perjalanan tidak ada obrolan yang begitu berarti, namun Hasan melarang Elis tidur walaupun dia mengantuk sebab kalau Elis tertidur, Hasan pun akan ikut ngantuk.
Akhirnya Mereka pun tiba ke tujuan sebelum subuh. setelah turun dari mobil Elis disambut oleh keluarganya dengan linangan air mata menandakan ada sesuatu yang telah terjadi. kemudian Elis pun diboyong untuk masuk rumah sedangkan Hasan mengikuti di belakangnya.
Di dalam rumah orang sedang berkumpul, ternyata anak Elis sudah meninggal dunia sekitar 1 jam yang lalu. Elis pun menangis meronta-ronta. iya merasa sedih bercampur penyesalan karena tidak bisa mengurus anaknya. melihat kenyataan yang terjadi di depannya Hasan pun ikut bersedih ia teringat kepada istrinya seraya berkata dalam hatinya " melihat ini terjadi pada temanku aku sudah sedih sekali bagaimana kalau ini terjadi pada istri dan anakku oh Tuhan betapa durhakanya diriku" tak terasa genangan air mata pun jatuh dari pipi Hasan.
setelah selesai acara penguburan Hasan pun mohon pamit, sedangkan Elis ditinggal di rumahnya.
Di tengah perjalanan Hasan teringat pada Herna, ia pun membatalkan untuk berangkat ke Jakarta، di pertigaan Hasan berbelok ke kiri dan langsung menuju kampung halamannya. akhirnya Hasan pun tiba di tujuan, suasana pada waktu itu agak sepi karena orang-orang sedang melaksanakan salat magrib. Hasan langsung menuju ke rumah istrinya.
Semua anggota keluarga merasa kaget, karena ada sebuah mobil yang berhenti di depan rumahnya. ibu Hasan dengan penasaran melihat ke ke halaman rumahnya ternyata ia melihat Hasan turun dari mobilnya dan langsung menghampiri mertuanya. ibu Herna merasa kaget ia hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Hasan pun menyapanya "ibu apa kabar di mana herna?" dengan gugup ibu mertuanya menjawab " ada di rumah.
Hasan pun melangkah menuju ke dalam rumah setelah ia masuk ia pun kaget karena di samping Herna telah ada seorang bayi kecil yang mungil.
Perasaan Hasan tak karuan, rasa senang rasa sedih bercampur penyesalan. kemudian Hasan mengajak herna bersalaman pada mulanya herna menolak karena kecewa dengan kelakuan Hasan namun lama-kelamaan Herna pun menyadari kalau anaknya membutuhkan seorang bapak akhirnya ia pun menerimanya.
Sebagai awal pembicaraan Hasan berkata "her maafkan aa ya selama ini aa telah hilap, dan kurang bertanggung jawab, makanya jarang pulang, itu karena faktor pekerjaan yang mungkin tidak bisa ditinggalkan dan itu aku lakukan demi masa depan keluarga kita, sekarang lihatlah aku datang ke sini dengan membawa mobil milik kita". mendingan ucapan tersebut perasaan Herna yang tadinya menyimpan rasa marah sekarang berubah menjadi terharu bagaikan kerupuk yang disiram air sambal langsung meleleh. kemudian Herna berkata "ya udah nggak apa-apa aa, jika itu kenyataannya, namun terus terang saya kecewa dengan sikap yang selama ini tidak bertanggung jawab. aa tidak pernah mengasih kabar kepada keluarga itu yang bikin saya kecewa,". Hasan pun diam mematung menyadari kesalahannya. lalu ia berkata "siapa nama bayi kita apakah dia udah dikasih nama atau belum? , lalu herna pun menjawab, belum aa kita kan nunggu aa pulang". Hasan pun menjadi termenung ia teringat akan kelakuan buruknya tempo hari di Jakarta. ia teringat akan Elis yang baru saja kehilangan anaknya. namun di hati kecilnya Ia pun masih teringat dengan keindahan tubuh wanita-wanita yang pernah dia gauli.
Setelah beberapa saat kemudian Hasan pun beristirahat di karenakan besok ia akan berangkat lagi ke Jakarta.