Berawal dari permintaan sahabatnya untuk berpura-pura menjadi dirinya dan menemui pria yang akan di jodohkan kepada sahabatnya, Liviana Aurora terpaksa harus menikah dengan pria yang akan di jodohkan dengan sahabatnya itu. bukan karena pria itu tak tahu jika ia ternyata bukan calon istrinya yang asli, justru karena ia mengetahuinya sampai pria itu mengancam akan memenjarakan dirinya dengan tuduhan penipuan.
Jika di pikir-pikir Livia begitu biasa ia di sapa, bisa menepis tudingan tersebut namun rasa traumanya dengan jeruji besi mampu membuat otak cerdas Livia tak berfungsi dengan baik, hingga terpaksa ia menerima pria yang jelas-jelas tidak mencintainya dan begitu pun sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemandangan menyayat hati.
Sore harinya, di gedung Sanjaya Group.
"Sepertinya Nona Thalia tetap kekeh ingin bertemu dengan anda, tuan." lapor asisten Purba.
Sejak pagi tadi Thalia mendatangi gedung Sanjaya Group demi bertemu dengan Abimana, namun dengan tegas Abimana menolak untuk bertemu dengan alasan sibuk. Tapi sayangnya alasan tersebut tak membuat mantan kekasihnya itu pergi, Thalia justru memutuskan untuk menunggu hingga jam kerja usai. wanita yang sangat menyebalkan sekaligus tidak tahu malu, begitulah pandangan asisten Purba terhadap Thalia, sudah jelas-jelas kedatangannya di tolak malah dengan tidak tahu malunya menunggu di depan meja kerja sekretaris Nikita.
Abimana tak langsung merespon, pria itu terlihat menghela napas panjang dan menghembusnya perlahan. sepertinya ia harus lebih tegas pada mantan kekasihnya tersebut agar kedepannya Thalia tak lagi mengganggu ketenangan hidupnya.
"Suruh dia masuk!!!."
"Baik, tuan."
Asisten Purba kembali meninggalkan ruangan Abimana dan tak lama berselang pria itu pun kembali bersama dengan Thalia.
Baru saja menginjakkan kaki di ruangan itu, Thalia langsung melangkah mendekati Abimana, dengan tidak tahu malunya ia memeluk tubuh pria yang sudah beristri.
Abimana masih diam saja, tak menolak ataupun membalas pelukan dari wanita yang pernah begitu dicintainya tersebut.
"Aku tahu kamu pasti masih mencintaiku, Abi." dengan penuh percaya diri, Thalia mengutarakan kalimat tersebut setelah melerai pelukannya.
Abimana menarik sudut bibirnya ke samping hingga menciptakan senyuman tipis di sana. Abimana menepis tangan wanita itu dari lengannya. Meskipun Abimana tidak melakukannya dengan kasar, tapi tindakan abimana tersebut mampu merobek hati Thalia.
"Kamu salah Thalia, aku membiarkanmu melakukannya karena aku hanya ingin memastikan perasaanku padamu, dan kini aku semakin yakin bahwa rasa cintaku padamu sudah tidak ada lagi, Thalia. Kurasa semua sudah sangat jelas Thalia, aku sudah menikah dan sekarang aku tidak lagi menginginkan wanita lain, termasuk dirimu. Jadi, sebaiknya setelah ini kamu jangan lagi datang menemui ku!!!."
"Kamu pasti bercanda, Iya kan, Abi...." masih belum percaya dengan pengakuan Abimana, meski semalam kalimat bermakna serupa telah terucap dari mulut Abimana.
"Apa sebelumnya aku pernah bercanda, jika sedang membahas tentang hubungan kita???." bukannya menjawab, Abimana justru balik bertanya.
"Tapi, Abi...."
Sadar jika semua perkataan Abimana bukanlah sebuah candaan, Thalia pun tak bisa mengontrol perasaannya, hendak kembali memeluk tubuh tegap Abimana. namun sayangnya kali ini Abimana menghindarinya seraya berkata. "Don't touch me!!"
Abimana memutuskan berlalu, meninggalkan Thalia dengan seribu sesal dihati. menyesal telah pergi meninggalkan sang kekasih tanpa mengungkapkan alasan sebenarnya, dan juga menyesal karena terlalu yakin dan percaya diri bahwa setelah ia kembali semua akan baik-baik saja, Abimana akan tetap menerima dirinya kembali.
Di saat melintas di depan meja kerja sekretarisnya, Abimana tak sengaja melihat aksesoris wanita tercecer di lantai. Untuk pertama kalinya, Abimana melakukan sesuatu yang menurutnya sangat tidak penting, memungut benda tersebut dari lantai.
"Ini pasti milikmu." meletakkan jepitan rambut tersebut di atas meja kerja Nikita.
"Bukan, itu bukan milik saya, tuan."
Seakan tak peduli dengan jawaban Nikita, Abimana kembali mengayunkan langkahnya.
Nikita meraih jepitan rambut tersebut, mencoba menerka siapa pemiliknya. "Sepertinya benda ini milik Nona Livia."
Tanpa di sadari oleh Nikita gumamnya masih terdengar oleh Abimana, pria itu sontak menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sekretarisnya. "Kau bilang apa barusan??."
"Sepertinya benda ini milik istri anda, tuan." jawab Nikita, teringat akan kedatangan Livia beberapa saat yang lalu. Namun sepersekian detik kemudian, Nikita baru menyadari terjadi kejanggalan mengingat raut wajah Abimana terkejut mendengar pengakuan darinya.
Asisten Purba yang tidak sengaja mendengar obrolan sekretaris Nikita dan Abimana, sontak melayangkan tatapan mematikan ke arah wanita itu, seakan ingin menelan Nikita hidup-hidup atas kelalaiannya. seharusnya Nikita menghubungi dirinya untuk menyampaikan kedatangan istri bos mereka tersebut, namun bodohnya wanita itu tidak melakukannya.
"Ayo Purba....Sepertinya Livia melihat apa yang dilakukan Thalia padaku!!." Abimana berlalu begitu saja dan disusul oleh asisten Purba.
Deg
Mati aku..... Nikita.
Jantung Nikita seperti mau melompat dari rongganya.
Setelah kedatangan Stela di gedung Galaxy Group pagi tadi, Livia berniat menemui suaminya sepulang kerja sore nanti untuk menjelaskan tentang apa yang pernah di antara ia dan Stella di masa lalu, dan ia juga ingin menyampaikan pada suaminya itu bahwasannya ia telah memaafkan Stela, dengan begitu ia berharap Abimana tidak lagi mempermasalahkannya, namun kedatangannya sore itu justru disambut oleh pemandangan yang mampu menyayat hati.
*
Di dalam taksi online, Livia nampak melamun. bayangan kala Thalia memeluk suaminya masih menari-nari di otaknya. Meskipun masih terlihat jelas olehnya di mana Abimana sama sekali tidak membalas pelukan wanita itu, namun tetap saja Livia merasa kesal sekaligus sakit hati karena Abimana terlihat diam saja, tak menunjukkan penolakan sehingga Livia memilih mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Abimana.
Memangnya apa yang kau harapkan Livia.... berharap tuan Abimana menolak pelukan hangat dari kekasih yang dicintainya????. Livia.
Livia tersenyum kecut. kini ia nekat untuk pulang ke rumah orang tuanya. dalam suasana hati yang tak menentu seperti saat ini Livia tak lagi peduli sekalipun nanti ia mendapat hukuman dari Abimana karena pergi tanpa meminta izin.
"Assalamualaikum."
"Waallaikumsalam."
Kedatangan putri sulungnya itu cukup mengejutkan kedua orang tua Livia. Keduanya sontak memandang ke arah datangnya Livia, mencari keberadaan menantunya, namun hingga beberapa saat berlalu, Abimana tetap tidak menampakkan batang hidungnya dan itu artinya Livia datang sendirian tanpa Abimana.
"Apa kamu ke sini sudah pamit dulu sama suami kamu, Nak???." ayah yang bertanya.
Livia terpaksa berdusta. "Iya, ayah."
"Baguslah kalau begitu, karena sekarang kamu bukan lagi anak gadis Livia, kemana-mana kamu harus meminta izin dulu sama suami kamu, nak." sambung ayah.
Livia menghambur ke dalam pelukan ibunya. "Aku merindukan masakan ibu." Livia tidak sepenuhnya berdusta karena kenyataannya selain kesal dengan Abimana, ia pun merindukan masakan ibunya.
"Iya..iya... nanti ibu masakin makanan kerusakan kamu." balas ibu sambil mengelus punggung putrinya.
Tak berselang lama, terdengar suara deru mesin mobil yang baru saja memasuki pekarangan rumah.
"Sepertinya ada tamu, yah." ujar ibu.
Ayah beranjak keluar untuk memastikan siapa tamu yang datang.
"Nak Abi ..." mendengar nama yang baru saja di sebutkan ayahnya, berhasil membuat Livia penasaran dan ikut menyusul ke depan. Benar saja, setibanya di teras depan, Livia melihat keberadaan suaminya yang masih mengenakan pakaian kerjanya. Untuk Asisten Purba sendiri, jangan ditanya karena pria itu tetap setia mendampingi tuannya bak prangko.
"Iya ayah. maaf karena tadi tidak sempat mengantar Livia karena masih ada pekerjaan di kantor dan Livia sudah tidak sabar ingin berkunjung ke sini."
Wah ....wah .....pandai sekali anda bersandiwara tuan....Livia.
Ingin sekali Livia memberi tepuk tangan atas sandiwara yang baru saja di mainkan Abimana di depan ayahnya, terlebih ayahnya terlihat percaya begitu saja pada ucapan suaminya itu.
"Ayo masuk, nak Abi!!!."
Abimana mengangguk mengiyakan.
Asisten Purba nampak mengulum senyum melihat sikap tuannya yang terlihat begitu patuh pada ayah mertuanya. Sikap yang belum pernah di tunjukkan Abimana pada siapapun, kecuali pada ayah kandungnya.
mulut mu itu pernah ngomong apa ke Livia,coba ingat2 dulu...
😒😒😒😒
blom lagi liat mertua Livia...
istri ngambek itu bahaya lho...
ntar kamu gak dapat jatah ronda lagi 😂😂😂😂
kamu harus tegas,jangan mau di stir Abi...👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻