Tsania Zoun adalah anak yang terlahir dari rahim seorang wanita penghibur bernama Laura Zoun.
Lahir dengan status tidak memiliki sosok ayah, Tsania selalu tersisihkan, ia sering diberi julukan sebagai anak haram.
Ibunya, Laura Zoun juga selalu diterpa cercaan karena pekerjaannya yang menjadi wanita malam. Kehidupan sulit keduanya lalui hanya berdua hingga saat Tsania dewasa.
Tsania yang memiliki tekad untuk membahagiakan ibunnya memilih untuk menempuh pendidikan tinggi di kota. Akan tetapi di sana lah identitas aslinya mulai terkuak.
Penasaran bagaimana kisah hidup Tsania dan ibunya; Laura? Ayo! Langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tsania Laura 31.
"Ibu keluar dari club, Pak."
"Bersama dengan pria yang mencari masalah denganku kemarin?"
"Bukan. Ibu pergi dengan anggota Ibu sendiri, Pak," beri tahu sopir pribadi Galang saat ia melihat Laura yang keluar dari club dan masuk ke dalam mobil.
Setelah kejadian adu jotos dirinya dengan Ardi Lim, Galang tetap berusaha menemui Laura. Tapi keinginannya itu selalu dihalangi oleh para penjaga club.
"Ikuti! Cari tahu ke mana dia pergi!"
Supir pribadi Galang segera melakukan apa yang diperintahkan. Setelah panggilan terputus, ia mengikuti mobil yang Laura tumpangi. Dan langsung mengirimkan pesan pada Galang saat melihat mobil itu yang ternyata mengarah ke kota.
Galang sendiri saat menerima pesan dari supir pribadinya itu sempat berpikir untuk apa Laura ke kota? Apakah untuk menemui putri mereka? Malam-malam begini? Galang mencoba menerka-nerka, hingga akhirnya ia tetap meminta pak supir untuk terus mencari tahu kemana sebenarnya tujuan Laura.
Sedangkan Laura yang saat ini berada di dalam mobil sudah beberapa kali mencoba menghubungi nomor yang memberikan kabar tentang Tsania kepadanya.
"Kenapa tidak dijawab?" gerutu Laura, karena orang tersebut sama sekali tidak menjawab panggilan darinya.
Laura terlihat semakin cemas, pikiran tentang putrinya yang sudah mengalami hal buruk memenuhi isi kepala wanita itu. Tangannya mencengkram kuat ponsel, rasanya Laura ingin sekali cepat tiba di rumah sakit. Bayangan putri kecilnya di masa lalu yang pernah terbaring di atas ranjang pasien terlintas di benak Laura.
"Hallo? Bagaimana keadaan Tsania? Apa yang terjadi padanya?"
"Hei! Tenanglah! Ini aku."
Laura terkesiap mendengar suara itu. Ia segera memeriksa layar ponsel dan tertera jelas nama Ardi Lim di sana. Laura sontak saja menghela napas dan mengusap wajahnya dengan kasar. Ia begitu panik hingga tak lagi memastikan siapa si penghubung, langsung menerima panggilan dan mengira itu adalah orang yang sebelumnya memberikan kabar tentang Tsania.
"Aku sedang menyusulmu jadi jangan cemas. Tsania akan baik-baik saja." Laura yang kembali mendengarkan suara Ardi Lim itu mengangguk tanpa mengeluarkan suara. Ia menggigit kecil kuku-kukunya dengan siku yang bertumpu pada sisi jendela mobil. "Kamu mendengarku, Laura?"
"Ya. Aku...mendengarnya."
Ardi Lim menutup mata saat bisa merasakan nada suara Laura yang berbeda. Wanita itu pasti tengah menahan diri. Ardi sempat kembali menenangkan Laura sebelum ia mengakhiri sambungan telepon dan mempercepat laju mobil agar bisa tiba di rumah sakit tidak jauh dari kedatangan Laura.
Dan saat Ardi Lim sudah tiba di rumah sakit. Ia langsung mencari keberadaan Laura.
"Laura!" Ardi Lim sedikit mengeraskan suara saat dari jauh ia bisa melihat wanita itu. Dengan cepat Ardi Lim mendekat pada Laura yang tengah berbicara pada suster jaga.
"Tidak ada pasien atas nama tersebut, Nyonya."
Jawaban yang diberikan suster jaga itu tidak hanya membuat Laura kaget, Ardi Lim bahkan tercengang mendengarnya.
"Apa maksudnya tidak ada?" tanya Ardi Lim ingin memastikan.
"Dari data pasien yang masuk hari ini tidak ada yang bernama Tsania Zoun, Tuan."
"Periksa sekali lagi, Suster! Kami baru saja mendapatkan kabar jika putri kami dirawat di rumah sakit ini."
Suster jaga itu memenuhi permintaan Ardi Lim. Sekali lagi ia memeriksa data pasien yang masuk hari ini. Dan hasilnya tetap sama, tidak ada tertera nama Tsania Zoun di sana. Suster itu juga memperlihatkan langsung layar komputer pada Laura dan Ardi Lim.
"Mungkin putri Tuan dan Nyonya dilarikan ke rumah sakit lain." Suster itu mencoba memberikan kemungkinan yang bisa terjadi pada Laura dan Ardi Lim.
"Atas nama Tsania Zoun."
Ardi Lim dan Laura dengan cepat menoleh saat mendengar suara yang menyebutkan nama lengkap Tsania. Mereka melihat seorang pemuda yang berdiri tidak jauh dari mereka, tengah berbicara dengan suster jaga yang lain.
"Berikan ruangan VVIP." Pemuda itu menyerahkan sebuah kartu pada suster jaga. Ia sedang mendaftarkan ruang perawatan untuk kekasihnya.
"Permisi." Teo menoleh ke samping saat Ardi Lim dan Laura mendekat padanya. "Nama siapa yang baru saja kamu sebutkan?"
Teo sempat kaget diberi pertanyaan seperti itu oleh Ardi Lim. Namun ia tetap menjawabnya.
"Kekasihku."
"Kekasih?" Teo mengangguk mantap, meski merasa heran dengan dua orang dewasa yang ada di depannya saat ini. "Apa Tsania yang kamu maksud berkuliah di universitas GG?"
Lagi Teo memberikan anggukan dan membuat Laura seketika bisa bernapas lega. Ia akhirnya menemukan putrinya.
"Dimana putriku dirawat? Beri tahu aku ruangannya?" pinta Laura cepat dan berhasil membuat Teo terkesiap.
"Dia ibunya Tsania," kata Ardi Lim.
Teo mengerjap, dengan pelan netranya mengarah pada Laura. Dan Teo baru menyadari jika wajah itu begitu mirip dengan Tsania, hanya saja dengan versi yang lebih dewasa.
"Maafkan saya, Nyonya! Saya tidak mengenali Anda!"
"Tidak apa-apa. Bisakah kamu memberi tahuku dimana Tsania sekarang?"
Teo langsung mengangguk, ia mengambil kartunya yang sudah diletakkan oleh suster jaga setelah mendapatkan kamar rawat terbaik untuk Tsania.
Memasuki ruangan yang begitu luas dengan fasilitas yang lengkap, Ardi Lim sudah mendapati ada dua pemuda lain yang ada di sana. Sedangkan Laura, ia hanya fokus pada ranjang pasien yang menjadi tempat berbaringnya sang putri.
"Mama!" kaget Tsania saat Laura sudah memeluknya.
"Apa yang terjadi padamu? Kenapa sampai bisa masuk rumah sakit?"
"Jangan menodongnya dengan banyak pertanyaan. Ingat, putrimu sedang sakit."
Tsania sedikit tersenyum mendengar perkataan Ardi Lim. Ia meraih tangan pria dewasa yang selalu bersama ibunya itu dan mencium takzim.
Teo, Junot dan Ronald yang melihat semua itu hanya diam. Teo sebenarnya sedikit merasa canggung, terlebih saat ia mengingat dirinya yang sudah dengan percaya diri mengatakan jika Tsania adalah kekasihnya di depan ibu dari gadis itu.
"Aku baik-baik saja, Ma. Tidak perlu cemas."
"Ya. Om juga mengatakan hal yang sama, tidak mungkin putri kuat Om ini tumbang karena sesuatu, kan?"
"Jangan mengajarkan dia untuk menyembunyikan sesuatu dariku!" Netra Laura memicing pada Ardi Lim yang berdiri bersebrangan dengannya. Sedangkan Ardi Lim yang mendapatkan peringatan itu hanya tersenyum seraya menggeleng. Ia sangat tahu jika Laura akan mudah merasa kesal jika putrinya memiliki rahasia.
"Aku hanya sempat terkena hipotermia, Ma. Dan sekarang sudah baik-baik saja. Aku sudah merasa hangat."
"Hipotermia? Kenapa bisa? Kamu tidak pernah mengalaminya."
Tsania menatap ibunya yang memberikan banyak pertanyaan. Ia juga melirik pada Ardi Lim dan berakhir pada Teo. Tsania tidak ingin berbohong pada Laura, tapi untuk mengatakan semuanya juga terlalu berat. Tsania tidak ingin masalah ia yang mengalami efek obat perangsang akan menjadi perkara panjang.
"Aaa...kita melupakan tiga jagoan yang sudah menyelamatkan putri cantik kita," suara Ardi Lim membuat Laura menoleh. Pria berstatus duda itu memang sengaja mengalihkan perhatian Laura yang memberikan Tsania begitu banyak pertanyaan.
Ardi Lim membawa langkah mendekat pada Teo dan teman-temannya dan langsung disambut oleh mereka dengan berjabat tangan.
"Terimakasih karena telah membawa Tsania ke rumah sakit. Kalian pasti teman satu kampus Tsania?"
Junot dan Ronald kompak mengangguk, tapi tidak dengan Teo. Hal itu membuat Ardi Lim memusatkan perhatian pada sosoknya.
"Dan kamu bukan teman...tapi kekasihnya?" Meski rasanya tidak sopan, Teo tetap memilih untuk mengangguk. Entah mengapa rasanya ia tidak terima jika hanya dikatakan sebagai teman Tsania. "Kamu tidak ingin mengenal calon menantu kita, Laura?"
Ardi Lim menoleh pada Laura yang sudah beranjak untuk bergabung dengannya. Wanita cantik itu mendengus pada Ardi Lim sebelum akhirnya menyapa Teo dan teman-temannya.
"Laura-Ibu Tsania." Laura memperkenalkan dirinya pada tiga pemuda yang baru ia sadari sosoknya ada di kamar ruang perawatan Tsania. "Terimakasih karena sudah membantu Tsania dan menjaganya. Kalian teman yang baik."
"Dia bukan teman Tsania tapi kekasih putrimu."
"Berhenti bermain-main, Ardi!"
Ardi Lim tertawa mendengar ancaman itu. Tsania yang melihatnya juga tersenyum. Ibunya itu kini tidak lagi mencerca dirinya dengan banyak pertanyaan. Mereka semua menemani Tsania di dalam ruang perawatan dengan cerita-cerita kecil yang tidak berkaitan dengan apa yang sudah Tsania alami.
Sebelum waktu semakin malam, Junot dan Ronald sudah lebih dulu pamit meninggalkan ruang perawatan Tsania. Tidak demikian dengan Teo. Pemuda itu memilih untuk tetap tinggal.
Mereka saat ini duduk di sofa sedangkan Tsania sudah larut dalam tidurnya. Laura juga membahas biaya yang sudah Teo keluarkan untuk perawatan Tsania. Ibu dari kekasihnya itu ingin mengganti semuanya, dan Teo jelas menolak. Tapi pemuda itu tidak bisa berkutik saat melihat tatapan dingin Laura, hingga akhirnya ia menyebutkan nomor rekening miliknya.
"Dan aku ingin mengetahui apa yang terjadi dengan Tsania." Laura meletakkan ponsel setelah berhasil mentransfer sejumlah uang ke rekening Teo. "Semuanya. Aku tahu kamu pasti mengetahui apa yang dialami putriku."
Teo melirik Ardi Lim yang duduk di samping Laura seraya memberikan anggukan padanya. Saat ini Teo seperti tengah menghadapi ujian menjadi calon menantu.
seenaknya aja mentang2 punya duit
Makanya jadi anak jangan jahat.
keren nih ortu Theo...
Ardi Lim ini tulus banget... sweet banget...
Kali ini sudah keterlaluan banget sih Anggi nya😤😤😤