Lorong tak berujung
Kisah ini menceritakan tentang perjalanan ke lima sahabat yang ingin mencari popularitas di dunia Chanel YouTube.
Keinginan yang tinggi ini, membuat mereka nekad masuk ke dalam lorong yang disebut angker dan konon tidak berujung.
"Nekad yang berujung maut",
Simak dan baca kisahnya di karya ku yang berjudul:
"Lorong tak berujung"
karya putri cobain
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pencarian Luna
Desa Muara gempar dengan kabar hilangnya Luna, apa lagi dengan ibu Luna yang langsung pingsan saat mendengar berita tentang anak nya yang hilang terbawa arus sungai.
"Ibu yang sabar, saat ini Luna sedang di cari oleh warga desa."
kata-kata Firman yang berusaha untuk menguatkan hati ibu Luna.
"Bagaimana tidak sabar, ayahnya saja sampai saat ini juga hilang dan tidak pernah kembali lagi."
Jawaban ibu Luna dengan air matanya yang mengalir di pipi nya.
"Ini semua salah aku bu, aku tidak sengaja mendorong tubuh Luna hingga terjatuh ke dalam sungai."
Ucap Aska yang mengakui kesalahannya.
"Iya, ini semua salah kamu, aku sudah bilang dari awal, jangan bertengkar dengan Luna, tapi kamu justru ingin memukul nya."
Sahut Reno yang langsung marah pada Aska.
"Jadi kamu penyebab nya, Aska!."
Teriak ibu Luna yang kaget saat mengetahui penyebab hanyut nya Luna.
"Aku tidak sengaja, bahkan aku lupa jika kita sedang ada di pinggiran sungai."
Jawab Aska yang menjelaskan tentang kejadian itu.
"Percuma juga kamu minta maaf, sekarang bagaimana dengan Luna, apa lagi semalam hujan turun deras, apa kamu bisa jamin keselamatan nya!."
Tanya Reno yang sudah dipenuhi dengan amarah nya.
"Astaghfirullah, kita sedang terkena musibah, sebaiknya kita berdoa pada Allah, agar Luna masih bisa kita temukan dalam keadaan selamat."
Tutur Firman yang mencoba menenangkan mereka.
"Konyol, bagaimana dengan malam Jum'at ketiga, bagaimana kita bisa datang tanpa Luna."
Ucap Reno yang ingat dengan perjanjian nya di lorong itu.
"Malam Jum'at apa lagi Reno, kenapa Luna bisa ikut serta, sebenarnya apa yang sedang kalian lakukan?."
Tanya ibu Luna yang memang tidak tahu jika Luna dan ke empat teman nya sedang menjalani perjanjian.
"Cerita nya panjang bu, dan ibu tidak akan paham jika dijelaskan."
Sahut Firman yang tidak ingin ibu Luna semakin cemas.
"Aaaaa, kenapa harus anak ku, aku sudah tersiksa dengan kehilangan suamiku, sekarang aku harus hidup tanpa Luna."
Tangis histeris dengan kata-kata yang terdengar sangat memilukan dari hati seorang wanita.
"Sabar bu, istighfar, jangan sampai ibu terbawa dengan suasana ini."
Ucapan Firman yang masih terus mencoba menenangkan hati ibu Luna.
"Tenang!, kamu masih bisa tenang, bagaiman jika posisi ini ada pada kalian, apa kalian masih bisa bilang tenang!."
Jawab ibu Luna yang semakin sulit untuk dikendalikan.
"Kita akan kesana bu, kita juga harus mengontrol emosi Reno dan Aska, jangan sampai kejadian ini kembali terulang di antara keduanya."
Ujar Firman yang melihat wajah Aska dan Reno yang saling bertatapan.
Hari menjelang sore, warga pun kembali ke desa Muara dengan tangan kosong.
"Tidak, aku tidak percaya, aku akan mencari nya sendiri, aku tidak butuh kalian semua!."
Teriak Reno yang melihat warga nya yang datang tanpa membawa Luna kembali.
"Reno, cari Luna, dia tidak bisa berenang, ibu takut terjadi apa-apa pada nya."
Ucap ibu Luna yang terlihat sangat lelah.
"Iya bu, Reno janji, Reno akan bawa kembali Luna pada ibu."
Jawab Reno yang langsung berjalan ke arah sungai.
Melihat Reno akan pergi ke sungai, Aska dan Firman dan beberapa warga pun ikut membantu Reno, mereka juga tidak tega jika melihat Reno yang hanya seorang diri pergi ke sungai.
Ditengah perjalanan, tidak ada suara yang keluar dari mulut Reno dan Aska, mereka masih memendam amarah nya.
Waktu pun terus berjalan, Luna yang di cari tak kunjung ketemu, membuat hati mereka semakin kacau.
Tiba-tiba, angin berhembus kencang, aneh nya, hanya tubuh Reno dan Aska yang terjatuh karena angin kencang itu.
"Astaghfirullah, angin apa ini."
Ucap Firman yang kaget saat itu.
Sementara warga desa, justru memilih untuk kabur dan berlari meninggalkan Reno, Aska dan Firman.
Kini tinggal mereka bertiga, antara melanjutkan perjalanan atau kembali pulang, hanya saja, Reno pun teringat pada ucapan pak Sastro, yang menyuruh nya untuk bergegas ke desa Angka.
"Perjanjian ini tidak bisa di tunda, mereka tidak peduli kita sedang dalam posisi seperti ini."
Ucap Reno yang langsung memberitahu pada Aska.
"Jadi kita harus ke desa Angka?, tapi bagaimana dengan Luna?."
Tanya Aska yang melihat ke sekeliling nya.
"Sebaiknya kalian berdua pergi, jangan sampai perjanjian ini batal dan nyawa Aldi dan Adi yang akan hilang."
Saran Firman yang memiliki firasat tentang keberadaan Luna.
"Tapi bagaimana bisa kita pergi berdua?."
Tanya Reno dan Aska yang bersamaan.
"Justru itu, kalian bisa bertanya pada Luna, karena saat itu, jiwa Luna yang akan datang, bukan raganya, sama seperti kalian."
Jawab Firman yang sedikit membuat hati Aska dan Luna sedikit ada harapan.
"Kalau begitu, kita pergi sekarang."
Ajak Reno yang langsung berjalan menuju desa Angka.
Sesampainya di tempat biasa, Reno dan Aska pun duduk bersila, di belakang nya sudah ada Firman yang akan menjaga tubuh mereka dari hewan buas yang bisa saja menyerang tubuh mereka.
Malam Jum'at ke tiga pun di laksanakan.
Didepan lorong, sudah berdiri pak Sastro, dan tidak lama kemudian, Luna pun datang dalam wujud seperti saat mereka terakhir bertemu.
"Luna, apa kamu baik-baik saja?."
Tanya Reno yang langsung memeluk tubuh Luna.
Luna terdiam, matanya pun terlihat kosong, bahkan tubuh nya pun terasa dingin saat di peluk oleh Reno.
"Guru, Luna hanyut di sungai, dan sekarang tubuhnya sangat dingin, bahkan dia tidak mau berbicara dengan ku."
Ucap Reno yang mengadu pada pak Sastro.
"Bahaya jika sampai Luna tiada, perjanjian akan batal dengan sendirinya."
Jawab pak Sastro yang langsung memegang kening Luna.
"Guru, apa luna masih hidup?."
Tanya Aska yang langsung mendekati pak Sastro.
"Untuk saat ini dia masih hidup, entah jika nanti kalian berdua kembali, apa mungkin dia bisa bertahan di sana, itu tergantung pada kondisi Luna."
Jawab pak Sastro yang membuat Reno dan Aska saling bertatapan mata.
Mereka pun melupakan kejadian Luna untuk sementara waktu, dan langsung berjalan menuju lorong dimana Adi di sekap.
"Aska, Reno, aku sangat kesepian sini, aku tidak mau disini terus menerus."
Ucap Adi yang mengeluh kan keadaan nya.
"Sabar Adi, kita sedang berusaha untuk menjemput kamu dan Aldi."
Jawab Reno pada Adi.
"Luna, kamu kenapa?, apa kamu sakit?."
Tanya Adi yang tak tahu jika Luna bukanlah Luna yang sebenarnya.
Luna masih saja diam, tak satupun suara yang keluar dari mulut nya, wajahnya pucat dan bajunya pun terlihat basah.
Gangguan pun mulai muncul, mereka harus berhadapan dengan penghuni lorong itu, membuat Reno yang tidak fokus pun terluka oleh serangan itu.
Sementara itu, dialam nyata, Firman berusaha menahan tubuh Reno agar tidak jatuh ke tanah, karena jika itu sampai terjadi, Reno pun akan tertinggal bersama dengan Adi.
"Bismillah, tidak ada kekuatan terbesar kecuali kekuatan Allah."
Ucap Firman yang memberi energi pada Reno.
Disaat itu lah, pak Sastro mulai merasakan ada getaran yang merambat dari tubuh Reno, getaran itu bisa dia rasakan.
Hingga akhirnya, mereka pun bisa mengalahkan gangguan yang silih berganti datang dan menyerang mereka.
Malam Jum'at ketiga pun selesai.
"Reno, ajian apa yang kamu pakai tadi?."
Tanya pak Sastro pada Reno.
"Bukan ajian, tapi seperti energi yang seperti mengalir dengan sendirinya."
Jawab Reno yang juga bingung dengan dirinya sendiri.
"Pasti Firman yang membantu kita."
Sahut Aska yang berpikir jika Firman yang telah membantu Reno.
Seperti terbangun dari tidurnya, Luna pun akhirnya berbicara.
"Guru, Firman ingin sekali bertemu dengan guru, Firman juga ingin ikut serta kesini."
Ujar Luna yang masih melihat dengan tatapan mata yang kosong.
"Firman siapa?, aku tidak mengenal nama itu."
Jawab pak Sastro yang memang tidak mengenal nama Firman.
"Bukannya Firman adalah anak guru?."
Tanya Reno yang mendengar jika Firman menyebut nama Sastro sebagai ayahnya.
"Anakku bukan Firman, mungkin kalian salah orang."
Jawab pak Sastro yang langsung menyuruh mereka untuk kembali ke dunia nyata.
"Tapi pak, Firman ingin sekali bertemu dengan Nyi Mas."
Ucap Luna yang mencoba untuk mengingat kan kembali pak Sastro pada Firman.
"Aku tidak mengenal nya, jika dia anak ku, seharusnya bukan nama itu yang dia punya, sebaiknya kalian pulang sebelum terlambat."
Jawab pak Sastro yang menyuruh mereka untuk kembali pulang ke desa Angka.
Akhirnya, mereka pun kembali ke dunia nyata, namun sayang, disaat mereka kembali, Aska dan Reno kembali kehilangan Luna.
lanjut kak
semangat terus
merinding