penghianatan? kisah perjuangan? rasa sakit dari orang terdekat? seorang pria dari kalangan mahkluk abadi harus membangun kembali tiap menara pencapaiannya dari darah, keringat, dan air mata.
seorang yang dulunya di segani, terjatuh ke titik terendah hidupnya yang di mulai dari penghianatan orang-orang terdekatnya.
akankah long yi-chen melawan mimpi buruknya dan terus maju dengan identitas lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lang-ya 𓆉, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 (keluarga Cemara)
...༻𓆉༺...
lima belas tahun kemudian. keluarga bai hidup dengan tentram tanpa adanya pertikaian. keluarga bai selain di karuniai Bai Yi-Chen sebagai anak pertama, mereka juga melahirkan seorang putra yang merupakan adik Bai Yi-Chen yang di beri nama Bai Qing-He.
selisih usia antara keduanya tidaklah jauh, mereka berbeda usia dengan jarak lima tahun. Bai Yi-Chen telah tumbuh menjadi remaja yang tangguh dan mengambil jalan yang sama seperti ayahnya Bai zi-ling sebagai seorang kultivator.
berbeda halnya dengan Bai Qing-He. Bai Qing-He lebih memilih mengambil jalan seperti ibunya Bai-Ning sebagai seorang alkemis. setiap hari Bai Qing-He selalu berlatih memurnikan pil, selain untuk di gunakannya sendiri namun juga untuk di berikan pada sang kakak untuk membantunya berkultivasi.
kini di sebuah paviliun Bai Yi-Chen sedang berkultivasi di kamarnya yang merupakan rutinitasnya setiap hari. Bai Yi-Chen menyadari sebuah kejanggalan di kamarnya namun berpura-pura seolah tidak tahu apapun.
tepat di saat itu, seseorang berjalan mendekat ke arah Bai Yi-Chen. Bai Yi-Chen yang merasakan adanya gerakan langsung spontan mengarahkan lima pedang ke arah suara itu yang akhirnya menjebak seseorang dengan menjepit pakaiannya ke dinding kayu dengan pedangnya.
tak lama, orang yang berjalan mengendap-endap itu membuka suara. "wwaaa....!!!, kakak ini aku....!!!" tekan sosok itu dengan lantang.
Bai Yi-Chen yang tahu kemudian mendekat dan hendak membebaskan sosok itu. "Bai Qing-He...? apa yang kau lakukan dengan pakaian hitam seperti mata-mata di sini...?" tanya Bai Yi-Chen.
Bai Qing-He kemudian bernapas lega dan merogoh kantong di lengan hanfunya. "huhh..., untung aku tidak mati karena serangan jantung. jika tidak siapa yang akan membuatkan mu pil kultivasi setiap hari ha...?" kata Bai Qing-He dengan rasa bangga.
Bai Yi-Chen hanya bisa menghela nafas. "huh itu..., oh ya kau belum menjawab pertanyaanku..., kenapa kau memakai pakaian hitam ini...?" tanya Bai Yi-Chen sembari menyipitkan mata dengan curiga.
Bai Qing-He yang mendengar pertanyaan itu hanya bisa tertawa kecil sembari menggaruk kepala yang tidak gatal sebelum menjawab. "eh.. hehe... itu.... " tepat sebelum Bai Qing-He menjawab terdengar suara seseorang.
"BAI QING-HE....!!! BERANINYA KAU KABUR LAGI...!!! KAU BILANG INGIN MENJADI ALKEMIS TAPI KAU SENDIRI MALAS BERLATIH.....!!!" sarkas suara wanita yang tak lain adalah ibu mereka Bai-Ning.
Bai-Ning kemudian menjewer kuping anak keduanya itu, bahkan Bai Yi-Chen yang seorang kultivator sampai merinding melihatnya. tak sampai di situ, Bai Qing-He masih berusaha membantah ibunya. "ah ibu...., itu aku tidak kabur. tapi hanya ingin menyerahkan pil kultivasi untuk kakak.... " bantahnya mencoba membela diri.
Bai Yi-Chen yang tahu siasat adiknya hanya bisa berkata. "kau memang memberikanku pil kultivasi ini..., tapi bukankah aku sudah mengambil jatahku sebanyak tujuh pil kemarin untuk satu minggu? jadi kenapa kau memberikanku lagi....?" balas Bai Yi-Chen.
Bai Qing-He hanya bisa tertegun dan berbisik pelan. "kakak tolong aku~". mendengar itu Bai Yi-Chen jadi lebih semangat mengerjai adiknya itu. "apa? minta tolong? memangnya ada apa...?" balas Bai Yi-Chen.
Bai Qing-He hanya bisa menghela nafas. "huh... sudahlah, memang tak ada guna aku minta bantuan dari mu untuk membebaskanku dari mahkluk terkuat di dunia (ibu)... " lirih Bai Qing-He.
Bai-Ning yang tahu jika Bai Qing-He sedang membahas dirinya kemudian langsung mengangkat cubitannya semakin tinggi. "berani sekali membohongi ibu mu..... " ujar Bai-Ning dengan nada datar.
sementara itu, Bai Qing-He hanya bisa berbicara dalam hati. "(habislah aku.... huhu~)" batinnya.
melihat adiknya sudah terdiam kini membuatnya cukup puas. Bai Yi-Chen akhirnya memohon pada ibunya. "ibu..., sudahlah bebaskanlah qing-he... jangan terus terusan memarahinya. walaupun dia nakal tapi dia juga tetap anak mu... " bela Bai yi-chen.
mendengar kakaknya mulai membelanya, Bai Qing-He kemudian berkata. "kakak benar..., ibu tolong ampuni aku aku tidak akan bolos lagi minggu ini... " sahutnya.
mendengar itu, Bai Yi-Chen hanya bisa menatap aneh ke arah sang adik sembari membatin. "(dasar anak bodoh..., aku inisiatif menolongnya tapi dia malah jatuh ke lubang yang ia gali...? sepertinya ibu akan bereaksi lagi... huh...)" batinnya.
"BAI QING-HE...!!! APA MAKSUDMU MINGGU INU...?!! JADI KAU AKAN MENGULANGINYA LAGI HA....?!!" tegas Bai-ning hingga suaranya menggema di paviliun tempat tinggal Bai Yi-Chen.
"(huh... aku harusnya tahu kalau anak ini hanya pintar dalam bidang alkemis bukan untuk membujuk... )" batin Bai Yi-Chen.
Bai Yi-Chen akhirnya kembali memanggil nama ibunya. "ibu.... " panggilnya sembari menggelengkan kepala.
Bai-Ning yang melihat putra pertamanya kemudian melepaskan jewerannya. "huh..., hari ini kau ibu ampuni karena kakak mu. andai dia tidak sayang dan membelamu sudah ku suruh berlutut kau tiga hari di aula leluhur...." ancam Bai-Ning yang membuat dua putranya menelan ludah.
"glekk..."
tak lama setelahnya terdengar suara seorang pria. "ada apa ini..., pagi-pagi sudah membuat ribut. suara kalian terdengar sampai ke seluruh paviliun dalam kediaman Bai... " ujar Bai Zi-Ling.
melihat sang ayah yang datang, dua anak itu menyatukan kedua tangan mereka dan memberi salam. "salam Ayah... " ujar keduanya.
tak berselang lama Bai-Ning mendekat ke arah Bai Zi-Ling dan berkata. "lihatlah..., kalian terlalu memanjakan anak ini. dia bahkan berani kabur saat aku mengajarinya penyulingan pil baru..." tunjuk Bai-Ning pada putra keduanya.
dan yang terjadi adalah, Bai Yi-Chen dan Bai Zi-Ling saling menatap dan membantah perkataan Bai-Ning serempak. "bukan kah kau yang selalu memanjakannya....???" ujar Bai Yi-Chen dan Bai Zi-ling.
༻FLASHBACK ON༺
di suatu pagi Bai Zi-Ling memarahi Bai Qing-He karena berani memanjat pagar dan kabur dari kediaman karena ingin bermain keluar.
"BAI QING-HE...!!! apa yang sedang kau lakukan ha..?!! berani sekali kau memanjat pagar dan ingin kabur.... , jika tidak pasti kau akan hilang seperti gelandangan....!!!" murka Bai Zi-Ling.
Bai-Ning yang tidak tega anak keduanya di marahi kemudian membantah. "apa yang kau lakukan Zi-Ling...!!! dia ini masih kecil dan tidak tahu apa pun...!!!" bela Bai-Ning.
"ning'er..., kau ini jangan terlalu memanjakannya. dia ini sudah besar..., usianya bahkan sudah hampir sepuluh tahun... " ujar Bai Zi-Ling membela diri.
"ah tidak...!!!, di mata ku dia ini masih anak kecil...!!!" bantah Bai-Ning.
༻FLASHBACK OFF༺
Bai-Ning yang mendengarnya kini mencoba membantah lagi. "i.. itu... itu kan dulu waktu belum sepuluh tahun..., sekarang dia sudah sepuluh tahun kan...?" ujarnya.
Bai Yi-Chen kemudian berkata. "apakah ibu yakin...?" tanyanya dengan mengangkat satu alis.
༻FLASHBACK ON༺
satu minggu yang lalu Bai Yi-Chen tengah berlatih seni bela diri. namun tiba-tiba terdengar sebuah suara.
"jebyur....!!!"
terdengar suara benda jatuh di kolam ikan depan aula kediaman Bai. Bai Yi-Chen yang penasaran kemudian menghampiri asal suara itu. dan alangkah terkejutnya dia melihat sesuatu.
"Qing-He....?!! apa yang kau lakukan di kolam ini...?!!" kejut Bai Yi-Chen.
Bai Qing-He yang pada saat itu berenang renang di kolam dangkal kemudian berkata tanpa rasa bersalah. "tentu saja berenang..., kakak apa kau tidak mau mencobanya...?" jawab Bai Qing-He dengan senyum tanpa dosa.
Bai Zi-Ling yang kebetulan lewat kemudian bertanya pada Bai Yi-Chen. "Yi-Chen....!!!, apa ini? kenapa adikmu di kolam ikan....?!!" tanya Bai Zi-Ling selaku ayah.
Bai Yi-Chen hanya bisa menghela nafas dan berkata. "huh... ayah, kenapa kau tidak tanya langsung pada putra keduamu..." ujar Bai Yi-Chen dengan nada datar dan mata yang menatap adiknya.
Bai Zi-Ling yang tahu kalau hal itu adalah ulah Bai Qing-He sendiri kemudian bertanya. "Qing-He..., apa yang kau lakukan...?" tanya Bai Zi-Ling.
Bai Qing-He kembali menjawab. "ibu sedang menyuling pil pesanan seseorang untuk di lelang..., katanya aku boleh bermain sesuka hati asal tidak melukai diri sendiri..." jawabnya.
dan itu adalah jawaban yang langsung membuat Bai Zi-Ling dan Bai Yi-Chen tertegun dan terdiam kaku di tempat.
༻FLASHBACK OFF༺
"jadi apa masih kurang bukti....?" tanya ayah dan itu serempak yang adalah Bai Yi-Chen dan Bai Zi-Ling.
sementara itu, Bai Qing-He sedang mengendap-endap keluar dari kamar Bai Yi-Chen. namun dengan cepat Bai Yi-Chen meraih kerak hanfu adiknya dan menahannya agar tidak keluar.
"eh.. itu... eh... anu..., eeh sudah lah itu sudah berlalu. kenapa kalian mengungkitnya lagi....?" ujar Bai-Ning kewalahan.
Bai Yi-Chen dan Bai Zi-Ling saling menatap kembali dan berkata. "bukankah kau yang memulai dengan bilang jika kami memanjakan rubah kecil ini...?" ujar mereka serempak.
Bai-Ning kemudian menyerah. "huh..., baiklah itu salah ku. tapi siapa tahu jika dia juga akan kabur saat belajar membuat pil dengan ku... " sesal Bai-Ning.
"jadi boleh kah kalian melepaskan ku...?" tanya Bai Qing-He dengan wajah berlagak polos.
"Tidak...!!!" jawab Bai Zi-Ling, Bai-Ning, dan Bai Yi-Chen.
kini mereka berkumpul di taman kediaman Bai untuk membahas sesuatu.
"Tuanku..., berapa pengeluaran kita bulan ini...?" tanya Bai-Ning.
Bai Zi-Ling kemudian membuka catatan pengeluaran. "pengeluaran kita bulan ini adalah... bahan penyulingan pil seharga seratus tiga puluh lima koin emas..., lalu ada bahan pangan kita untuk kebutuhan satu bulan lebih seharga enam puluh koin emas..., dan gaji tiap pelayan empat ratus koin emas untuk satu bulan dan kita punya dua puluh pelayan di sini...." jelas Bai Zi-Ling panjang lebar.
Bai-Ning kemudian menyipitkan mata dan mengelus dagunya dengan jari karena tengah berfikir. "baiklah... Yi-Chen..., berapa pemasukan kita bulan ini...?" tanya Bai-Ning pada putra pertamanya.
"aku dan ayah berhasil menjual habis kain..., tusuk konde..., dan juga perhiasan lainnya. kain biasa di jual dengan harga tujuh koin emas..., kain sutra kami jual seharga lima belas koin emas...., untuk tusuk konde kayu persatuan kami jual seharga lima puluh koin perak..., untuk tusuk konde emas kami jual seharga dua koin emas ke atas begi tu pula dengan perhiasan lainnya..... " jelas Bai Yi-Chen panjang lebar yang makin membuat Bai-Ning berfikir keras.
"baiklah..., kalau begitu jika di total maka keuntungan kita mencapai ribuan koin emas tiap bulannya. lalu bagaimana dengan penjualan pil...?" tanya Bai-Ning yang seharusnya di tunjukan pada Bai Qing-He.
namun, tak ada respon sedikitpun dari Bai Qing-He yang asik mengejar kupu-kupu di taman itu. yah tentu saja Bai Zi-Ling dan Bai Yi-Chen hanya bisa terdiam.
Bai-Ning yang tak mendengar suara putra keduanya itu dengan mata tertutup kemudian memanggil lagi. "Bai Qing-He...? Bai Qing-He....?" panggilnya namun tak ada respon.
karena tak ada respon, akhirnya Bai-Ning membuka mara dan berjalan ke arah Bai Qing-He. "Qing-He..., ibu sedang bertanya padamu.... " ujar Bai-Ning dengan nada datar.
Bai Qing-He yang baru sadar kemudian hanya bisa berbalik badan dan menelan ludah. "eh ibu..., ada apa memanggilku....?" tanyanya dengan senyum tanpa dosa.
Bai-Ning yang tak tahan langsung menggandeng tangan putra keduanya duduk di samping nya berkumpul bersama suami dan anak pertamanya. "aku bertanya berapa pemasukan kita dari pelelangan pil...?" tanya Bai-Ning mengulang.
"oh..., pil kultivasi kelas satu berisi tujuh biji dalam satu kantong di jual lima puluh koin emas..., pil kultivasi kelas dua berisi tujuh biji dalam satu kantong di jual seratus koin emas. begitu pula dengan pil tingkat tinggi lainnya semakin tinggi levelnya harganya naik lima puluh koin. sementara untuk pil pemurnian yang biasa di lelang..., kita selalu mendapat puluhan ribu sekalu lelang. tapi sayangnya ibu hanya bisa membuatnya satu tahun sekalu karena bahan yang susah di cari.... " jelas Bai Qing-He panjang lebar kali tinggi.
Bai-Ning kemudian berdiri dari tempat duduknya dan menatap Bai Yi-Chen putra pertamanya. "oh ya Yi-Chen...., bagaimana kultivasimu akhir-akhir ini...?" tanya Bai-Ning.
keren!