Novel ini lanjutan dari novel "TOUCH YOUR HEART" jadi jika ingin nyambung, bisa mampir dulu ke novel Author yang itu.
Nizar adalah seorang pilot muda yang tampan, kehidupan Nizar seakan kiamat kala melihat kedua orang tuanya meninggal secara bersamaan. Hidup Nizar seakan hampa bahkan sifat Nizar pun berubah menjadi dingin, cuek, dan juga galak.
Nizar dan adiknya Haidar harus melanjutkan hidup meskipun terasa sangat sulit tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Hingga pada akhirnya, seorang wanita cantik tiba-tiba hadir di kehidupan Nizar dan memporak-porandakan perasaan Nizar.
Siapakah wanita cantik itu? apakah wanita itu mampu mengembalikan semangat hidup Nizar atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4 Pengkhianatan
Binar sampai di rumahnya, dan tidak lama kemudian mobil pengawalnya pun tiba. "Kalian dari tadi mengikuti aku?" tanya Binar.
"Iya, Nona," sahut Pak Suga.
Binar menghembuskan napasnya, dia sedang malas berdebat dengan pengawalnya itu dan memilih untuk masuk ke dalam rumah. Kondisi rumah sudah sangat sepi memang itu sudah tengah malam dan semuanya mungkin sudah tidur. Binar masuk ke dalam kamarnya, pada saat Binar menyalakan lampu berapa terkejutnya dia saat melihat Virlo sudah berada di dalam kamarnya.
"Sedang apa kamu di sini?" geram Binar.
"Jangan galak-galak cantik, aku tahu kamu butuh teman makanya aku mau menemani kamu malam ini," ucap Virlo dengan senyumannya.
"Kamu sudah gila ya, keluar dari kamarku!" bentak Binar.
Virlo menghampiri Binar dan mengelus pipi Binar, namun Binar dengan cepat menghempaskan tangan Virlo. "Jangan sentuh aku, dasar manusia tidak tahu diri!" geram Binar.
"Jangan sok jual mahal, aku tahu tadi kamu pergi ke bar 'kan? dan wanita yang suka pergi ke tempat seperti itu, bukan wanita baik-baik. Jadi daripada kamu melayani para pria hidung belang, mending kamu melayani aku," ucap Virlo tidak tahu malu.
"Kurang ajar, keluar kamu dari kamar aku!" Lagi-lagi Binar membentak Virlo.
Virlo yang tidak Terima dibentak, akhirnya menghampiri Binar dan mencoba memaksa Binar untuk melayaninya. "Lepaskan brengsek, kalian memang keluarga tidak tahu malu!" bentak Binar dengan terus berontak melepaskan diri.
Virlo terus saja memaksa Binar, hingga Binar pun menendang benda sensitif milik Virlo membuat Virlo seketika melepaskan Binar dan meringis kesakitan. "Dasar wanita kurang ajar," geram Virlo sembari meringis kesakitan.
Binar sudah sangat muak dengan kelakuan Virlo, menghampiri Virlo lalu menampar Virlo dengan emosi yang memuncak. "Keluar dari kamarku, atau aku akan laporkan perbuatanmu kepada Papa!" geram Binar.
"Papa tidak akan pernah percaya dengan ucapanmu, lagipula Papa tadi sudah berangkat ke Australia karena urusan mendadak di sana," sahut Virlo dengan tatapan yang menyiratkan kemarahan.
Binar semakin geram, dia pun mendorong tubuh Virlo dengan kasar untuk keluar dari kamarnya. Setelah keluar, Binar membanting pintu kamarnya dan menguncinya. Binar berlari dan menangis sejadi-jadinya di atas tempat tidurnya.
"Keluarga sialan!" teriak Binar.
Suga yang sedang ngopi dengan pengawal yang lainnya merasa kaget mendengar teriakan Binar. "Nona kenapa?" tanya Pak Heru.
Suga mendongakkan kepalanya lalu melihat ke arah kamar Binar. Suga langsung menghubungi ponsel Binar, dan Binar tidak mengangkatnya justru Binar mengirimkan pesan kepada Suga jika saat ini dia baik-baik saja dan itu membuat Suga tenang.
***
Keesokan harinya....
Binar sudah siap dengan setelan ke kantor, dia menuruni anak tangga dengan terburu-buru dan sama sekali tidak memperdulikan manusia yang sedang sarapan. "Kak Binar, sini sarapan dulu," seru Veronika.
"Gak sudi aku makan bareng kalian, lebih baik aku mati kelaparan daripada harus makan satu meja dengan keluarga penjilat seperti kalian," sinis Binar.
"Binar, jaga ucapan kamu!" bentak Mama Dona.
"Kamu siapa bentak-bentak aku? kamu itu hanya pelakor yang bermimpi jadi ratu di rumah ini, tapi sayang aku tidak akan membiarkan kalian menguasai kekayaan Papa karena aku bisa jamin jika kalian tidak akan mendapatkan apa-apa," geram Binar.
"Berani kamu membentak mamaku!" teriak Virlo.
Virlo bangkit dari duduknya dan menghampiri Binar hendak menampar Binar, namun tangannya tertahan oleh Suga.
"Maaf Tuan, saya tidak akan membiarkan anda berbuat kasar kepada Nona Binar," ucap Pak Suga.
Virlo geram, dia menghempaskan tangan Suga. "Berani sekali kamu, kamu di sini hanya sebatas pengawal dan tidak berhak ikut campur urusan keluarga ini!" sentak Virlo.
"Saya memang seorang pengawal, tapi saya sudah diamanatkan oleh Tuan Dewa dan Nyonya Marisa untuk menjaga Nona Binar. Jadi, tidak boleh ada yang menyakiti bahkan menyentuh Nona Binar sedikit pun!" tegas Suga.
"Kurang ajar," geram Virlo.
"Sudahlah Pak, kita berangkat sekarang," ucap Binar.
"Baik, Nona."
Suga pun segera mengikuti langkah Binar dari belakang dan itu membuat Virlo dan Dona merasa sangat marah kecuali Veronika yang hanya bisa terdiam tidak mau ikut campur urusan keluarganya.
"Nona, apa mau saya belikan sarapan dulu untuk Nona?" tawar Pak Suga.
"Boleh."
Suga pun menghentikan mobilnya di sebuah restoran yang biasa didatangi Binar. Suga dengan cepat keluar dari dalam mobilnya dan membelikan sebuah pancake kesukaan Binar. Suga memang sudah hapal apa kesukaan Binar, Suga sudah menganggap Binar seperti anaknya sendiri dan dia sangat menyayangi Binar.
Setelah mendapatkan pancakenya, Suga pun kembali masuk ke dalam mobil. "Ini pancakenya, Nona makan sekarang mumpung masih hangat," ucap Pak Suga.
"Terima kasih Pak, nanti aku transfer uang untuk mengganti uang bapak," sahut Binar.
"Tidak apa-apa Nona, harganya tidak seberapa," ucap Pak Suga.
"Tidak bisa begitu, pokoknya nanti aku ganti kalau sudah sampai kantor," kekeh Binar.
"Baik, Nona. Terserah Nona saja," sahut Pak Suga.
Suga pun mulai melajukan kembali mobilnya, Binar memakan pancake itu dengan lahap membuat Suga menyunggingkan senyumannya. Suga tahu kekejaman dan kelicikan mama dan saudara tiri Binar, maka dari itu Suga tidak akan membiarkan Binar menderita. Suga tahu, dibalik sikap ceria Binar, tersimpan perasaan sedih yang mendalam.
***
Binar melihat jam yang melingkar di tangannya. "Sebentar lagi jam makan siang, aku mau ke rumah sakit menemui Atta rasanya aku sudah rindu dengannya," gumam Binar dengan senyumannya.
Binar pun segera merapikan meja kerjanya dan segera keluar dari ruangannya. "Pak, antar aku ke rumah sakit Atta," ucap Binar.
"Baik, Nona," sahut Suga.
Di tengah perjalanan, Binar mampir dulu ke sebuah restoran untuk membeli makanan kesukaan Atta. Dia berencana ingin makan siang bersama di rumah sakit karena dia yakin Atta tidak akan bisa keluar. Setelah membeli makanan, dia pun kembali masuk ke dalam mobil dengan senyumannya yang mengembang.
Tidak membutuhkan waktu lama dia pun sampai di rumah sakit. "Bapak tunggu saja di sini," ucap Binar.
"Iya, Nona."
Dengan wajah sumringah, Binar pun segera menuju ruangan Atta. Setelah sampai di depan ruangannya, Binar langsung membuka pintu ruangan Atta. "Halo sayang!" teriak Binar.
Namun Binar mengerutkan keningnya karena Atta tidak ada di dalam ruangannya. "Loh, Atta ke mana? ini 'kan sudah waktunya jam makan siang," gumam Binar.
Binar pun keluar dan melihat suster. "Sus, maaf mau tanya, apa anda melihat Atta?" tanya Binar.
"Oh, Dr.Atta pasti masih berada di ruangan pasien. Nona, dari sini jalan saja lurus lalu belok kiri nanti Nona akan menemukan kamar melati kamar no dua," sahut Suster.
"Oh oke, Terima kasih, sus."
"Sama-sama."
Binar memutuskan menyimpan makanan yang dia bawa di atas meja Atta dan dia akan menyusul Atta ke ruangan pasien yang disebutkan oleh suster. Dia pun mencari ruangan itu, hingga tidak lama kemudian dia pun menemukannya.
"Nah, itu ruangannya," ucap Binar dengan senyuman yang mengembang.
Binar hendak membuka pintu itu, namun dia terperangah saat melihat Atta dan si pasien di dalam ruangan itu. Atta sedang makan siang bersama dan Atta tampak menyuapi si pasien dengan sangat mesra. Mata Binar mulai berkaca-kaca, dia tahu jika itu bukan hal yang wajar dan perlakuan Atta tidak seperti seorang dokter kepada pasiennya.
"Apakah ini alasan kamu tidak pernah mau bertemu denganku?" batin Binar.
Binar segera menghapus air matanya dan pergi dari sana. "Pak, kita kembali ke kantor," ucap Binar.
Suga tidak banyak bicara, dia bisa lihat dari mata Binar kalau Binar sudah menangis. Suga pun segera melajukan mobilnya menuju kantor.