Tipe pria idaman Ara adalah om-om kaya dan tampan. Di luar dugaannya, dia tiba-tiba diajak tunangan oleh pria idamannya tersebut. Pria asing yang pernah dia tolong, ternyata malah melamarnya.
"Bertunangan dengan saya. Maka kamu akan mendapatkan semuanya. Semuanya. Apapun yang kamu mau, Arabella..."
"Pak, saya itu mau nyari kerja, bukan nyari jodoh."
"Yes or yes?"
"Pilihan macam apa itu? Yes or yes? Kayak lagu aja!"
"Jadi?"
Apakah yang akan dilakukan Ara selanjutnya? Menerima tawaran menggiurkan itu atau menolaknya?
***
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Gevan menggenggam tangan Ara dengan erat, seolah menenangkan gadis itu agar tidak gugup berlebihan.
Saat mereka masuk ke dalam rumah mewah itu, Ara langsung terpana. Benar-benar mewah. Bahkan rumahnya kalah mewah. Ternyata Gevan benar-benar kaya, pikirnya.
"Di mana Mommy?" tanya Gevan pada salah satu pelayan di sana.
"Nyonya ada di taman belakang, Tuan," jawab si pelayan dengan sopan.
Gevan pun menarik tangan Ara menuju taman mini yang ada di belakang rumahnya.
"Kak, aku mau pulang," rengek Ara berbisik. Dari kejauhan dia bisa melihat Mommy Gevan tengah asik minum teh di sebuah gazebo.
"Tetap menurut. Nanti saya kabulkan semua permintaan kamu," ucap Gevan.
Mendengar itu, mata Ara seketika berbinar. Dia yang memang pecinta gratisan pun otomatis menurut saat mendengar ucapan Gevan.
Melihat gadis di sampingnya sudah anteng, Gevan tersenyum tipis. Dia suka jika Ara jadi penurut seperti ini. Karena pada dasarnya ia bukanlah orang yang sabar, jadi cukup kesulitan menghadapi sifat keras kepala Ara.
"Mom," panggil Gevan.
Mom Bella langsung menoleh mendengar suara anaknya yang jarang pulang itu.
"Gevan?!" kagetnya. Dia beralih menatap seorang gadis di samping anaknya, lalu menatap tangan Gevan yang menggenggam tangan si gadis.
Mom Bella beranjak dari duduknya, ia menghampiri anaknya dan menatap heran gadis asing tersebut.
"Ada apa gerangan kamu tiba-tiba datang? Dan... Siapa gadis yang kamu bawa ini?" tanya Mom Bella. Dia memasang raut wajah curiga.
Ara menggigit bibir bawahnya sambil menunduk. Dari nada suara wanita di hadapannya itu, Ara yakin jika mommynya Gevan tak menyukainya.
"Bukannya Mommy yang menyuruhku untuk memperkenalkan kekasihku?" Gevan mengangkat sebelah alisnya.
"Iya, betul... Tapi..." Mom Bella menatap penuh penilaian ke arah Ara. Dia melihat tubuh mungil Ara dari atas sampai bawah, dan hal itu membuat Ara risih, reflek tangannya meremas tangan Gevan.
"Jangan menatapnya seperti itu, Mom," tegur Gevan.
Mom Belle menghela nafas. Dia penasaran dengan gadis yang dibawa anaknya itu.
"Apa kamu masih sekolah?" tanya Mom Bella pada Ara.
Ara tersentak, dia mendongak menatap wanita itu dan Gevan secara bergantian. Gevan mengangguk, menyuruh Ara menjawab.
"I-iya, Tante..." jawab Ara.
Lagi-lagi Mom Bella menghela nafas. Dia beralih menatap sang anak.
"Kenapa tipe mu seperti bocah, Gevan? Tidak adakah gadis yang seumuran denganmu?" tanya Mom Bella membuat Ara menundukkan kepalanya lagi. Dia merapatkan tubuhnya pada Gevan.
Gevan berdecak. "Itu tidak penting, Mom. Yang penting dialah gadis yang ku cintai."
Hati Ara berdesir mendengar ucapan Gevan. Meskipun dia tau bahwa Gevan hanya pura-pura, tapi entah kenapa dia selalu baper dengan ucapan pria itu.
"Tentu penting, Gevan! Kalau dia masih sekolah, kapan kalian menikah? Belum lagi setelah lulus sekolah dia pasti akan kuliah, iya, kan?" ucap Mom Bella panjang lebar.
Bagaimanapun juga, Gevan memang harus mencari istri yang umurnya tak beda jauh dengannya.
"Aku yang menjalani, bukan Mommy!" ketus Gevan.
"Mommy sudah janji jika aku membawa calon istriku ke rumah, maka Mommy akan menghentikan rencana perjodohan konyol itu. Dan sekarang apa? Mommy ingkar!" lanjut Gevan. Sungguh, sifat mommynya ini membuatnya frustasi.
Mom Bella mendengus. Dia menata kesal ke arah Ara.
"Pasti kamu yang sudah meracuni otak anak saya, kan? Gevan jadi makin berani dengan mommynya sendiri!" tuding Mom Bella pada Ara.
"Mom! Cukup!" sentak Gevan. Rahangnya mengeras saking kesal dan marahnya dia.
"Lihat, kamu sudah berani bentak Mommy!" Mata Mom Bella berkaca-kaca. Selama ini, Gevan tak pernah membentaknya seperti itu.
Gevan mengusap wajahnya dengan kasar. Salah lagi dia. Tapi, Mom Bella sendiri yang membuat Gevan seperti itu.
Ara juga tersentak mendengar bentakan Gevan. Tak terlalu keras memang, tapi cukup membuatnya takut juga.
"K-kak Gevan, aku ke depan aja," ucap Ara dengan pelan. Dia pun langsung pergi dari sana tanpa mendengar balasan Gevan lebih dulu.
"Ara!" panggil Gevan, namun gadis itu tak menghiraukannya.
"Maaf. Bukan maksud aku membentak Mommy. Tapi, Mommy yang membuatku seperti ini. Tolong jangan campuri urusanku, Mom. Sekarang tepati ucapan Mommy kemarin. Jangan menjodohkan ku dengan siapapun, karena aku punya pilihan sendiri," ucap Gevan. Setelah itu dia pergi menyusul Ara.
"Lihat, kamu lebih milih gadis itu daripada Mommy!" seru Mom Bella. Namun, Gevan tak menghiraukannya.
"Kurang ajar! Ini semua gara-gara gadis asing itu!" geram Mom Bella.
Gevan membuka pintu mobilnya. Di dalam ada Ara yang sedang memainkan ponselnya. Ara tetap acuh meskipun Gevan sudah masuk ke mobil.
"Maaf. Kamu pasti kurang nyaman tadi," ucap Gevan sambil memasangkan sabuk pengaman untuk Ara, dan gadis itu masih acuh meskipun jantungnya berdebar.
"Bukan kurang nyaman, tapi sangat tidak nyaman," koreksi Ara blak-blakan.
Gevan mengangguk paham. Dia tak terkejut lagi mendengar ucapan Ara yang to the point. Justru Gevan suka jika Ara langsung mengungkapkan seperti itu.
Karena keadaan yang tak memungkinkan untuk kembali ke dalam rumah, Gevan pun melajukan mobilnya menuju daerah yang menjual perjajanan di pinggir jalan. Tempat kesukaan Ara.
"Kamu marah?" tanya Gevan memecah keheningan.
"Menurut Kak Gevan?" Ara balik bertanya.
Jika perempuan balik bertanya seperti itu, artinya dia marah. Pikir Gevan.
"Kamu boleh jajan sepuasnya," ucap Gevan.
Mereka sudah sampai di tempat itu. Gevan memarkirkan mobilnya sebelum turun bersama Ara.
"Bener, kan?" tanya Ara memastikan dan Gevan pun mengangguk. Sedetik kemudian Ara langsung berjalan mendahuluinya. Gadis itu sudah menargetkan sesuatu ternyata.
Gevan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ara yang seperti anak kecil, tapi dia suka.
"Kebab nya 1, Kak!" ucap Ara pada si penjual. Dia menatap Gevan yang masih berjalan ke arahnya.
"Lelet banget," gumam Ara.
"Ini, Kak." Penjual kebab itu memberikan plastik berisi pesanan Ara.
"Kak, bayar!" ucap Ara pada Gevan.
Tanpa membalasnya, Gevan pun mengeluarkan dompet tebalnya dan membayar makanan Ara.
Di sana Ara membeli banyak makanan, dan ujung-ujungnya Gevan yang membawakan semuanya.
Sekarang mereka berada di sebuah danau buatan yang tak jauh dari lokasi tadi. Di sana Ara memakan semua jajanan yang dia beli tadi.
"Aaa..." Ara menyodorkan siomay ke arah Gevan, tanpa membantah, Gevan pun membuka mulutnya dan menerima suapan dari Ara.
"Enak, kan?" tanya Ara. Gevan mengangguk.
"Aku tebak, pasti Kak Gevan gak pernah makan makanan ini," ucap Ara sambil menunjuk jajanan yang dia beli.
"Saya pernah makan kebab," ucap Gevan tak terima dengan tuduhan Ara.
"Kebab doang, kan?"
Gevan mengangguk. Ara mendengus keras.
"Sudah ku duga. Sekarang, Kakak harus cobain ini semua satu satu," ucap Ara. Dia akan memperkenalkan semua jajanan yang belum pernah Gevan makan.
Dan Gevan pun tak ada pilihan lain selain menurut.
***
LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE
indah banget, ga neko2
like
sub
give
komen
iklan
bunga
kopi
vote
fillow
bintang
paket lengkap sukak bgt, byk pikin baper😘😍😘😍😘😍😘😍😘