"Bagaimana cara mendapatkan mu?"
Yigon yang didesak ayahnya untuk segera menikah pun merasa kebingungan. Tak lama kemudian, dia jatuh cinta dengan seorang gadis SMA yang baru pertama kali di temuinya. Berawal dari rasa penasaran, lama-lama berubah menjadi sebuah obsesi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Sakit gara-gara ditolak
Di rumah keluarga Ester.
Semua orang sedang riuh, mereka sangat sibuk mengurus Keiya yang sedang mengalami demam. Sejak Rimon menyuruh Keiya berhenti mendatanginya dua hari yang lalu, Keira terus menangis dan kini tubuhnya menjadi sangat panas karena demam.
Apalagi saat itu Kaizen Ester sedang tidak ada di rumah. Saking panasnya, tubuh Keiya hingga mengalami kejang-kejang. Ami dan Xiaodi sangat panik, begitu juga dengan para pekerja di rumah itu, mereka tidak tau harus membantu apa agar Keiya kembali membaik.
"Yang mulia! Tolong jangan begini! Xiaodii!! Lakukan sesuatu!!" Ami berteriak disaat kejang Keiya semakin keras.
Dengan cepat Xiaodi datang ke kamar Keiya, membungkusnya dengan selimut, dan kemudian merangkulnya ke rumah sakit. Pak supir sudah menyiapkan mobil untuk mengantar Keiya.
Xiaodi masuk ke mobil sambil membaringkan tubuh Keiya di sofa, dia menggunakan pahanya sebagai bantal di kepala Keiya. Tangannya terus mengelus-elus rambut panjang Keiya yang sangat hitam dan lebat.
"Xiaodi..." Keiya merintih.
"Iya Nona? Apa anda merasa tidak nyaman?" tanya Xiaodi cemas.
"Kepalaku pusing," sahut Keiya pelan.
"Mungkin posisi ini membuat anda merasa pusing dan mual. Sebaiknya anda menggunakan saya sebagai bantal," Xiaodi mengangkat tubuh Keiya lalu memeluknya seperti bayi.
Kejang Keiya kini sudah berkurang, tapi kini tubuhnya berubah menjadi menggigil seperti orang yang kedinginan. Cukup lama perjalanan menuju rumah sakit, karena saat itu hari masih sangat pagi. Banyak orang yang bekerja dan melakukan aktivitas lainnya, sehingga menyebabkan jalanan saat itu menjadi lumayan macet.
...----------------...
Sesampainya di rumah sakit, Keiya langsung dibawa ke UGD. Dokter langsung menangani Keiya yang panasnya berlebih hingga menyebabkan kejang-kejang.
Setelah panas Keiya lumayan menurun, Keiya mulai sadar. Dia melihat Xiaodi dan Ami disampingnya selalu setia menunggu Keiya pulih.
Bulir-bulir bening menetes ke pipi nya, dia memalingkan wajahnya kesamping. Dia tidak ingin menunjukkan sisi nya yang seperti itu kepada Xiaodi dan Ami, padahal sebelum-sebelumnya dia lebih parah daripada itu.
"Anda sudah baikan?" tanya Ami memeriksa dahi Keiya yang sudah sedikit mendingin.
"He'em" jawab Keiya singkat.
"Kenapa anda sakit separah ini? Yang mulia tahu? Saya sangat panik melihat suhu di tubuh anda hampir mencapai 40°C! Huh, kalau anda sakit, kenapa tidak memilih sakit yang ringan-ringan saja? Anda membuat kami semua khawatir!" Ami mengomeli Keiya yang sakit.
"Jangan mengomeli Nona, Ami! Tidak ada seorang pun yang ingin jatuh sakit!" kata Xiaodi memarahi Ami.
"K-kak Rimon...." gumam Keiya sambil menangis.
"Apa anda ada mengatakan sesuatu Nona?" tanya Ami dan Xiaodi berbarengan.
"Huhuhu... Huwaaaa! Hiks-hiks, Kak Rimon.... Kak Rimon mengabaikan Yaya! Hiks, dia tidak mau menikah dengan Yaya karena Yaya masih sekolah. Lalu apa masalahnya? Dia bilang begitu karena Yaya bukan tipe idealnya! Yaya benci!" kata Keiya menangis kencang, seisi UGD jadi terganggu berkat dirinya.
Ami dan Xiaodi saling bertatapan, mereka terlihat kesal begitu Keiya menyebut nama 'Rimon'. Tak lama setelah itu, dokter pun datang. Si dokter menyuruh Keiya agar tidak terlalu berisik, karena kamar baru akan tersedia dua jam lagi.
"Kami ingin mendapatkan kamar secepat mungkin, kenapa harus menunggu selama itu?" tanya Xiaodi yang tidak terima harus menunggu selama dua jam, agar Keiya mendapatkan kamar.
"Maaf pak, semua pasien yang perlu dirawat inap juga sedang menunggu, bahkan ada yang lebih lama dari itu. Pasien disini tidak hanya anda, jadi bersabarlah!" sahut si dokter ketus.
"Kamar VIP. Siapkan kamar VIP untuk Nona Keiya," kata Xiaodi dengan penuh percaya diri.
Si dokter cukup terkejut mendengar hal itu, karena melihat penampilan Xiaodi yang hanya pelayan biasa, si dokter tidak yakin akan ucapan yang Xiaodi katakan.
Melihat ekspresi tidak percaya dari si dokter, Xiaodi langsung memperlihatkan kartu sakti berwarna emas. Siapapun yang melihat benda itu akan merasa tercengang dan tunduk, karena hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memiliki kartu sakti berwarna emas tersebut.
"Saya memang bukan orang kaya, tapi Tuan saya iya. Jika di rumah sakit kota pelayanannya seburuk ini, maka lebih baik kami mengajak Tuan kami berobat di rumah sakit luar kota yang lebih baik, atau mungkin rumah sakit luar negeri jauh lebih baik," kata Xiaodi sombong.
Mendengar hal itu, sikap si dokter seketika berubah dari ketus menjadi sangat ramah dan penuh akan senyuman. (Ini sindiran untuk rumah sakit terutama pegawai kesehatannya yang lebih mengutamakan pasien dengan jalur mandiri daripada BPJS. Padahal sama-sama membayar, walau cara pembayarannya berbeda, tapi perlakuan yang didapatkan sangat jauh berbeda).
...----------------...
Di siang hari nya, resto milik Rimon kembali sepi karena jam makan siang sudah selesai. Ditengah sibuknya mengelap meja-meja pelanggan yang kotor, Rimon dikejutkan dengan kedatangan Xiaodi dan anak buahnya yang berpakaian sangat mencolok.
"Koki Rimon! Kemarilah! Ada yang ingin saya katakan kepada anda!" panggil Xiaodi dengan ekspresi masam.
Para pekerja lain jadi takut melihat Xiaodi yang terlihat seperti mafia kejam. Dengan ragu dan takut Rimon berjalan mendekati Xiaodi yang duduk dengan posisi arogan.
"Iya? Saya Rimon. Apa anda adalah Tuan Xiaodi yang menghubungi saya waktu itu?" tanya Rimon canggung.
"Iya. Tanpa berbasa-basi saya akan menyampaikannya kepada anda. Nona Keiya sakit berkat anda. Jika Nona bukan tipe anda, maka katakanlah! Jangan membuat alasan lain dengan mengatakan kalau Nona kami masih kecil, masih bersekolah, dan tidak berguna!" kata Xiaodi.
Rimon merasa kebingungan dengan apa yang Xiaodi katakan barusan, karena sebelumnya Rimon tidak pernah mengatakan Keiya gadis yang tak berguna seperti itu.
"Tunggu, Keiya sakit? Mungkin ada sedikit kesalahpahaman disini, aku tidak pernah mengatakan apa yang barusan kau katakan Tuan Xiaodi!" kata Rimon mengelak.
"Tidak perlu banyak alasan! Saya hanya ingin mengatakan hal itu kepada anda, saya pamit, semoga usaha anda semakin sukses!" kata Xiaodi terselebung maksud tersembunyi.
"Sebentar! Aku akan ikut ke rumah sakit!" Rimon bersiap mengambil ponsel dan dompetnya.
"Tidak! Jika anda ingin memutus perjanjian dengan Nona Keiya, sebaiknya lakukan sekarang! Jangan membuat Nona Keiya sakit hati gara-gara perlakuan anda yang plin-plan!"
"Tidak. Aku bukan tidak plin-plan, aku akan memberitahu nya, kenapa aku menolak lamaran dadakan dan perjanjian kekanak-kanakan itu," Rimon bertekad.