seorang CEO cantik, seksi, dan galak, yang terjebak dalam dinamika dunia kerja dan cinta. Dia harus menghadapi tantangan dari mantan suaminya, mantan pacar Tanier, dan berbagai karakter wanita seksi lainnya yang muncul dalam hidupnya. Tanier, karyawan Lieka yang tampan, sabar, dan kocak, berjuang untuk memenangkan hati Lieka dan membantu perusahaan mereka bertahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanier alfaruq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28: Kehangatan yang Tak Terduga
Saat Tanier menarik Lieka ke dalam pelukannya, ada semangat yang berkobar di antara mereka. Tanpa banyak berpikir, Tanier meraih wajah Lieka dan mengarahkan bibirnya ke arah bibirnya yang lembut. Ciuman mereka terasa manis dan penuh hasrat, seperti seolah-olah semua ketegangan dan rasa cemas yang ada sebelumnya larut dalam kehangatan tubuh mereka.
Lieka merespons ciuman Tanier dengan lembut, merasakan denyut jantungnya yang berdegup kencang. Dalam pelukan Tanier, dia menemukan ketenangan yang selama ini dicari. Tanier mengeksplorasi bibir Lieka dengan lembut, merasakan keinginan yang tak terkatakan di antara mereka.
Dia menuntun Lieka menuju sofa, mengizinkannya bersandar pada sandaran yang nyaman. Tanier tidak ingin terburu-buru; ia ingin menikmati setiap detik momen ini, meresapi kehadiran Lieka di sampingnya. Dengan lembut, dia melanjutkan untuk mengeksplorasi lehernya, mencium dan mengisap dengan penuh gairah.
Lieka merasakan aliran panas menyebar ke seluruh tubuhnya. “Tanier…” desahnya, suaranya serak dan penuh keinginan. Dia menutup matanya, membiarkan Tanier membimbingnya melalui lautan sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Tanier menyusuri garis lehernya dengan bibirnya, sementara tangannya dengan lembut mengelus tubuh Lieka. Setiap sentuhan, setiap ciuman, membuat Lieka merasa seolah dunia di luar apartemen itu tidak ada. Semua kekhawatiran dan ketakutan seakan menghilang, tergantikan oleh cinta dan keinginan yang tulus.
“Apakah kau tahu betapa berartinya dirimu bagiku?” Tanier berbisik, tatapannya penuh kelembutan saat dia melihat ke dalam mata Lieka. “Aku akan selalu ada untukmu, apa pun yang terjadi.”
Lieka merasakan matanya menjadi lembab. Dia tidak pernah berpikir bahwa dia bisa menemukan seseorang yang akan mencintainya tanpa syarat di tengah semua kekacauan hidupnya. “Aku juga merasakan hal yang sama,” jawabnya, suaranya bergetar.
Mendengar itu, Tanier tidak bisa menahan diri lagi. Ia mencium Lieka lebih dalam, merasakan semua emosi yang terpendam di dalam diri mereka. Dengan lembut, ia membimbing Lieka untuk berbaring di sofa, dan dia mengikuti, tidak pernah melepaskan ciuman yang penuh gairah itu.
Kedua tubuh mereka bergesekan, menciptakan kehangatan yang semakin membara. Lieka, yang biasanya begitu kuat dan mandiri, kini merasa rentan namun aman di pelukan Tanier. Dia ingin sepenuhnya menyerahkan diri, tanpa ragu dan tanpa takut.
Dengan gerakan lembut, Tanier mulai menggulung pakaian Lieka, memberikan ciuman lembut di setiap inci kulitnya yang terbuka. Dia menghormati batasan Lieka, membuat setiap momen terasa lebih berharga. Di saat yang sama, Lieka merespons dengan penuh gairah, merasakan ketegangan di antara mereka semakin meningkat.
Setelah beberapa saat berbagi keintiman yang dalam, Tanier menghentikan sejenak, menatap Lieka dalam-dalam. “Kau siap?” tanyanya, suaranya bergetar penuh harapan.
Lieka tersenyum, meski sedikit gugup. “Ya, aku siap.”
Dengan persetujuan itu, Tanier melanjutkan, membawa mereka berdua ke dalam pengalaman yang lebih dalam dan penuh rasa. Keberanian dan cinta mereka bersatu, membuat setiap detik terasa seperti keabadian. Dalam momen itu, mereka tidak hanya menjelajahi tubuh satu sama lain, tetapi juga menjalin jalinan hati yang semakin kuat.
Saat Tanier dan Lieka berbaring dalam pelukan satu sama lain, keintiman yang baru saja mereka bagi membara dalam suasana ruangan. Hanya ada mereka berdua, terpisah dari dunia luar yang penuh dengan tantangan dan kesulitan. Tanpa ragu, Tanier memulai lagi dengan perlahan, menelusuri wajah Lieka dengan ujung jarinya, menggambar garis lembut di sepanjang rahangnya.
“Setiap kali aku bersamamu, aku merasa hidup,” bisiknya dengan nada penuh gairah. “Kau membuatku merasa lebih dari sekadar karyawan.”
Lieka tersenyum, merasakan hatinya berdebar kencang. “Kau juga berarti banyak bagiku, Tanier. Dalam setiap ketegangan di kantor, kau selaLu menjadi pelipur laraku,” ujarnya lembut, menatap dalam-dalam mata Tanier.
Dengan itu, Tanier kembali menarik Lieka ke dalam pelukannya, kali ini dengan lebih dalam, lebih penuh rasa. Mereka berbagi ciuman yang penuh gairah, yang seakan menghapus semua kecemasan dan keraguan. Tanier mulai membimbing tubuh Lieka ke bawah, menempatkannya di atas sofa yang empuk, dengan lembut menekan tubuhnya ke bawah.
Tangannya merayap di sepanjang tubuh Lieka, mengeksplorasi setiap lekuk dan lekukan yang mengundang. Ketika Tanier mencium tengkuk Lieka, ia merasakan tubuhnya bergetar, mengirimkan gelombang kehangatan yang menyebar hingga ke jari-jarinya. Lieka tidak bisa menahan desahan lembut yang meluncur dari bibirnya, merasakan arus semangat antara mereka.
Tanier dengan hati-hati mengangkat rok Lieka, mengekspos kulitnya yang halus dan bercahaya. Saat dia mencium kakinya, naik perlahan ke pahanya, setiap sentuhannya membuat Lieka merasa seolah-olah dia terbang. “Tanier…” panggil Lieka, suaranya membisikkan hasrat yang tak terucapkan.
“Biarkan aku,” jawab Tanier, memandang Lieka dengan penuh kekuatan. Ia melanjutkan, mencium setiap inci kaki Lieka dengan lembut, menurunkan hasrat mereka hingga ke level yang lebih dalam. Keberaniannya untuk melanjutkan menghangatkan suasana, dan Lieka merasakan bahwa setiap detik semakin menjadikannya milik Tanier sepenuhnya.
Mereka melanjutkan, Tanier memperlambat setiap gerakan, seakan ingin mengabadikan momen ini selamanya. Saat mereka bergerak bersama, ada harmoni yang tidak dapat dijelaskan, di mana mereka berdua saling memahami tanpa kata. Dengan setiap ciuman, setiap sentuhan, mereka saling berbagi kekuatan yang tumbuh, menyiapkan diri untuk menghadapi segala sesuatu di depan.
Tanier menatap Lieka, yang kini bersandar dengan nyaman, dan merasakan kehangatan yang mengalir di antara mereka. “Kau membuatku merasa seperti ini setiap kali kita bersama,” katanya dengan suara bergetar. “Kau tahu betapa berartinya ini bagiku?”
Lieka mengangguk, semangatnya semakin membara. “Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Bersamamu, aku bisa menjadi diri sendiri.”
Mereka kembali ke dalam pelukan, ciuman mereka semakin dalam dan menggairahkan. Tanier melanjutkan dengan keahlian yang penuh gairah, seolah-olah setiap gerakan dan setiap sentuhan dirancang khusus untuk Lieka. Di dalam cinta yang tumbuh di antara mereka, semua batasan seakan menghilang.
Setelah beberapa saat berbagi keintiman yang mendalam, Tanier memperlambat gerakannya, menjaga momen itu tetap hidup. Mereka berdua merasakan kehangatan dan kenyamanan satu sama lain, saling memahami bahwa ini bukan sekadar kesenangan fisik, tetapi sebuah ikatan yang kuat yang telah terjalin di antara mereka.
Di tengah momen intim tersebut, Lieka merasakan bahwa inilah yang dia cari. Dia menemukan perlindungan dan kekuatan dalam pelukan Tanier, dan dalam cinta yang tulus ini, dia merasa siap menghadapi semua tantangan yang akan datang.
Setelah momen intim yang baru saja mereka lalui, Tanier dan Lieka berbaring saling berpelukan, menyerap kehangatan satu sama lain. Suasana ruangan yang semula penuh ketegangan kini berubah menjadi lembut dan intim. Dalam diam, mereka menikmati kehadiran satu sama lain, terputus dari dunia luar yang kerap membawa masalah.
"Bagaimana bisa kita sampai di sini?" tanya Lieka dengan senyum, matanya bersinar penuh kebahagiaan. Dia merasa ringan, seolah-olah semua beban di pundaknya telah siRna.
Tanier memandang Lieka dengan penuh kehangatan. “Aku rasa kita sudah melalui banyak hal bersama. Setiap tantangan yang kita hadapi justru menguatkan kita,” jawabnya sambil mengelus lembut rambut Lieka. “Kau membuatku merasa seperti aku bisa melakukan apa saja.”
Lieka tertawa kecil, merasakan semangatnya kembali. “Dan kau membuatku percaya bahwa cinta itu ada di tengah kesibukan dan tekanan yang kita hadapi,” ujarnya, matanya tak pernah lepas dari Tanier.
Namun, suasana damai itu segera terganggu oleh suara berdering ponsel Lieka yang tergeletak di meja. Dengan enggan, dia meraih ponselnya, melihat nama yang muncul di layar. Tanpa ragu, dia mengernyit, melihat nama mantan suaminya, Sugi, muncul sebagai panggilan masuk.
“Kenapa dia menelepon?” desis Lieka, ekspresinya tiba-tiba berubah. Tanier merasakan ketegangan di antara mereka dan mengangguk, menandakan agar Lieka tidak menjawabnya jika tidak ingin.
“Kalau kau mau, aku bisa menjawabnya,” kata Tanier, dengan nada penuh perhatian.
Lieka menggeleng, menekan tombol akhir panggilan. “Tidak. Aku tidak ingin terjebak dalam drama lama. Dia sudah menjadi masa lalu,” jawabnya tegas, meski suara di dalam hatinya meragukan.
Tanier merasakan getaran emosi di dalam diri Lieka. “Kau tidak perlu menghadapi semuanya sendirian. Kita bisa melalui ini bersama,” kata Tanier, menegaskan dukungannya.
Lieka menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. “Kau benar. Aku harus fokus pada masa depan. Dan masa depan itu termasuk kamu, Tanier.”
Tanier tersenyum, senang mendengar kata-kata Lieka. Dia menyadari bahwa cinta dan kepercayaan itu saling melengkapi. “Maka kita harus melindungi apa yang kita miliki. Terutama dari masa lalu yang mencoba menghancurkan kita,” ujarnya dengan nada serius.
Lieka mengangguk, merasakan keberanian tumbuh dalam dirinya. “Kita akan menghadapinya bersama. Apapun yang terjadi, aku akan berjuang untuk kita.”
Setelah beberapa saat dalam keheningan, Tanier mengubah topik dengan menggoda, “Jadi, apakah kita bisa kembali ke momen tadi?”
Lieka tertawa, semangatnya kembali membara. “Oh, Tanier! Kau benar-benar tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik.”
Dengan itu, mereka kembali terjerat dalam kehangatan dan cinta, saling berbagi ciuman lembut sebelum berpindah ke keintiman yang lebih mendalam.
Namun, kali ini Tanier lebih perlahan dan penuh perhatian, memastikan setiap sentuhan dan ciuman membuat Lieka merasa aman dan dicintai. Dalam suasana yang penuh cinta ini, mereka berdua mengetahui bahwa apapun yang terjadi di luar sana, mereka akan selalu memiliki satu sama lain.