NovelToon NovelToon
Penyesalan Sang Suami Jahanam

Penyesalan Sang Suami Jahanam

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Permainan Kematian
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lyoralina

Semua yang masih bersama memang pasti seakan tiada artinya. Penyesalan akan terasakan ketika apa yang biasa bersama sudah HILANG.
Andrian menyesali segala perbuatannya yang sudah menyiksa Lasya, istrinya. Sampai akhir dia di sadarkan, jika penyelamat dia saat kecelakaan adalah Lasya bukan Bianka!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyoralina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

••

Bastian mengangguki seolah dia sudah paham akan sesuatu. Mungkin itu perintah atau bahkan hasil dari perundingan mereka disana.

Jantung Lasya berdebar bukan main, dia hanya bisa menunggu dengan meramalkan doa agar pemilik mobil ini rela melepaskannya tanpa syarat.

Napas Lasya terasa semakin tipis saat melihat pria yang itu mendekat kembali ke arahnya.

Mereka sejenak saling tatap.

" Atasanku sudah setuju."

Senyum di wajah Lasya mengembang sempurna, matanya berbinar bahagia.

" Jadi atasan mu mau membebaskan ku!! Terima kasih, terima kasih." Demi menghormati keputusan menggembirakan ini, Lasya langsung menunduk berulang kali.

" Apa yang kamu pikirkan. Atasanku setuju kamu bersujud di depannya." Ucap Bastian menghentikan kegembiraan yang berkibar di hati wanita depannya.

Lasya langsung diam membeku. Dia menatap pria di depannya ini dengan nanar. " Apa maksutmu?" Tanyanya pelan.

" Kamu tidak paham dengan apa yang ku katakan tadi? Aku bilang KAMU HARUS BERSUJUD DI KAKI ATASANKU, SAMPAI DIA MEMERINTAHKANMU BERHENTI." Jelas Bastian penuh dengan kata penekanan.

Kaki Lasya langsung bergerak mundur satu langkah. Dia memegangi dadanya yang terkejut. Bibirnya langsung terasa berat.

" Cepat ke hadapan atasanku." Ujar Bastian.

Tanpa menunggu Bastian sudah menggeret pergelangan tangan Lasya. Wanita itu di bawa ke mobil Andrian dan di dorongnya hingga tersungkur.

" Bersujudlah sesuai ucapanmu." Titah Bastian.

Lasya masih bingung, dia masih kebingungan layaknya orang linglung.

" Cepat." Sentak Bastian.

Lasya ingin mendongak, ingin melihat wajah pria yang akan dia berikan penghormatan.

" Tundukkan kepalamu, aku tidak sudi di lihat oleh mu."

" Tundukkan kepalamu." Seru Bastian setelah mendengar ucapan Andrian.

Lasya manggut-manggut. Dia langsung menunduk.

" Bersujud." Perintah Bastian.

Lasya terdiam, dia nampak ragu-ragu.

" Cepat lakukan atau kita ke kantor polisi saja." Kata Andrian.

" Jangan tolong jangan."

" Tundukkan kepalamu." Bentak Bastian. Belum juga Lasya mendongak, tapi pria di sampingnya ini sudah membentak.

" Tolong jangan laporkan aku ke kantor polisi, tolong kasihanilah aku. Besok aku harus menikah, aku tidak mungkin membuat acara ku sendiri gagal." Ucap Lasya memohon.

Andrian mengerutkan dahinya. Menikah? Besok? Kenapa hari pernikahan itu sama dengannya!

Dia menoleh menatap wanita yang mengemis kepadanya ini. Di tatapnya dengan sangat seksama hingga dia berdecih dan tersenyum smirk.

" Jangan buang-buang waktuku. Segera lakukan atau aku akan menyeretmu ke penjara."

Mata Lasya membulat, sungguh bersujud seperti ini bukanlah keinginannya. Dia hanya berpura-pura saja awalnya agar mendapatkan simpati. Tapi siapa yang akan mengira, jika aktingnya itu malah membuatnya harus menjilat air ludahnya sendiri.

" Cepat." Bastian yang sudah kesal mendorong Lasya hingga menunduk dalam.

' Argh...' rintihan kecil keluar dari bibir Lasya ketika tangannya menyentuh aspal yang panas dan kasar.

" Cepat lakukan." Tukas Bastian, dia sudah mulai bosan melihat wanita ini yang mengulur-ulur waktu.

" CEPAT." Habis sudah batas kesabaran Bastian.

Bentakan ini membuat nyali Lasya menciut. Dia dengan tubuh bergetar mengangguk dan bersujud. Dia berniat ingin bangun, tapi punggungnya di tahan oleh seseorang.

••

Lasya meringis menahan sakit di telapak tangannya. Dia menangis, dia menangis di dalam mobilnya. Kejadian tadi sama sekali tidak seperti yang dia kira. Sama sekali dia tidak pernah menyangka jika dia akan di permalukan di tempat umum.

" Pria itu benar-benar tega." Gumamnya dengan wajah cemberut. Lembaran demi lembaran tisu dia tarik tiada henti demi mengusapi telapak tangannya dan air matanya.

" Dia sama sekali tidak punya belas kasih kepada wanita. Apa dia tidak di ajari untuk mengalah dengan wanita."

' Hah...' dia mendongak menahan air mata yang ingin terus menerus tumpah. Telapak tangannya dia gunakan untuk mengipasi wajahnya.

" Aku tidak boleh nangis, aku besok menikah. Aku tidak boleh jelek di depan suamiku dan orang-orang." Gumamnya sembari mengusap kembali sudut-sudut mata.

" Lebih baik aku ke salon. Ini lebih bisa menghiburku dari pada aku menangis di sini."

Ya, setelah memutuskan. Dia menyalakan mobilnya lagi. Dia menekan pedal gasnya dan meluncur pergi dari tempat sana.

••

" Tuan terus bagaimana dengan mobil anda? Apa anda sungguh tidak meminta ganti rugi?"

Andrian dengan santai mendengarkan sembari membalik-balikkan setiap lembaran dokumen yang harus dia tanda tangani. " Tidak perlu, kamu jual saja mobilnya terus beli yang baru. Aku tidak mau menggunakan benda yang sudah menjadi rongsokan."

" Di jual tuan? Apa anda yakin? Ini adalah mobil kesayangan anda?"

Brak...

Andrian menutup buku di tangannya itu dengan kencang. Membuat Bastian seketika bungkam dan menunduk.

" Apa kamu perlu menanyakan keputusanku? Apa hak mu meragukan setiap kata-kataku. Aku menggajimu bukan untuk mengoceh."

" Maafkan saya tuan, maafkan saya." Bastian membungkuk berulang-ulang. Merasa takut jika menjadi samsak hidup Andrian.

" Pergi kamu." Usir Andrian. Dia sudah kembali membuka lembaran bukunya.

Merasa mendapatkan kesempatan bagus, Bastian langsung tersenyum dan berpamitan.

" Baik tuan, saya permisi."

' CK..' Andrian berdecak, merasa kesal saja dari tadi.

' Huft.. huft.. huft...' Bastian mengatur napasnya sembari mengusap dada. Salsa yang melihat merasa aneh, dia langsung berdiri dan keluar dari ruangannya.

" Bas, kamu kenapa?" Tanyanya dengan kepala yang sedikit miring.

Bastian menggeleng. " Tidak apa-apa." Balasnya.

" Tidak apa-apa bagaimana maksutmu? Wajahmu saja seperti orang ketakutan."

' Hmmpt.. hmppt.' Salsa memukul tangan Bastian yang dengan berani membungkamnya.

" Hustt, jangan Keras-keras. Apa kamu mau tuan Andrian dengar!" Desis Bastian.

Tangan Salsa memberontak, berusaha menyingkirkan tangan kotor Bastian dari mulutnya.

" Apa-apaan kamu ini. Tanganmu itu sudah merusak lipstik ku tau." Kesal Salsa, wajahnya cemberut.

" Sorry sorry, aku reflek."

" Reflek apaan. Yang ada kamu tuh sengaja." Balas Salsa dengan mengibaskan rambutnya ke belakang.

Bastian menggeleng kecil. " Lebih baik kamu hati-hati kalau bertemu tuan Andrian." Bisik Bastian.

" Hah!! Kenapa memang? Apa ada sesuatu?"

Ke dua ini berbisik-bisik dengan jarak yang sangat dekat.

Bibir Salsa terbuka lebar, sepertinya dia tengah terkejut mendengar sesuatu dari rekan kerjanya itu.

" Kamu serius?" Pekik Salsa.

" Hussstttt.. jangan keras-keras." Balas Bastian dengan meletakkan telunjuk ke bibirnya.

" Oh maaf-maaf." Suara Salsa pun memelan.

" Kamu serius dengan yang kamu katakan tadi?" Desis Salsa dengan raut bertanya-tanya.

Bastian menganggukinya cepat. Membuat Salsa seketika ternganga.

" Astagaaa.. aku benar-benar syok. Aku tidak nyangka kalau tuan Andrian bisa seperti itu."

" Sudah sudah, kembali kerja. Dari pada kena amuk."

Salsa langsung mengangguk. Mereka berdua secara serempak membubarkan diri, kembali ke aktifitas mereka masing-masing.

Drrt...

Drrt...

Suara ponsel Andrian terdengar berdering. Terlihat nama mama-nya tertulis di sana.

" Hallo ma." Sapa Andrian dengan tubuh yang bersandar di kursi kebesaran.

" Kamu masih di kantor An?"

" Hem iya. Ada apa?"

" Mama boleh kesitu?"

" Untuk apa, aku sedang sangat sibuk sekarang."

" Mama hanya bosan di rumah. Papa mu terus saja menyuruh mama untuk membujuk mu agar mau pergi menyiapkan baju pengantin."

" Aku tidak mau pergi."

" Mama tahu. Maka dari itu mama ke kantormu, setidaknya mama bisa mengirimkan bukti kalau kita sudah bersama."

" Terserah mama saja."

" Oke, kalau begitu mama kesana. Kamu tenang saja, mama akan atur semuanya. Yang penting papa-mu itu tidak ngamuk-ngamuk."

Tut...

Andrian memijat pangkal hidungnya. Sungguh dia tidak menyangka di jaman modern seperti ini, masih ada saja perjodohan.

1
Tirah Suranti
lanjutan nya mana nich ko ngilang yaa
Tirah Suranti
Ada lanjutannya gak ..ko ngilang yaa
Lyoralina: udah up looo... baca lagi yuk
total 1 replies
Herul anam
huh belum apa " dah bersambung
Tirah Suranti
lanjutan nya mana nich
Lyoralina: udah, sambung yuk... lanjut terus gas pokonya
total 1 replies
minsook123
Langsung kebawa suasana.
Yuuko Ichihara
Hati-hati, kalau terlalu sering baca cerita ini bisa jatuh cinta sama karakternya loh 😆
Lyoralina: utututu🤣
total 1 replies
Eulalia
Selesai baca, aku langsung dapet mood bagus. Terima kasih thor!
Lyoralina: terima kasih kembali syg
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!