Prolog;
Agen rahasia dengan segudang bakat meninggal karena tertembak musuh. Tapi malah bangun di tubuh menantu bodoh dan menggemparkan semua orang dengan perubahannya.
Kok bisa bahasa inggris? Eh bisa juga bahasa Prancis?!
Bagaimana cara dia mengambil hati direktur eksekutif dari Prancis?
"Gawat, dia jadi lebih pintar, bagaimana kalau rahasia itu terbongkar?"
Beberapa orang merasa terancam!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Kartu kredit di tangan Kirana
Drrtt... Drrtt... Drrtt....
"Nomor yang anda tuju sedang sibuk, silakan tinggalkan pesan suara dengan cara tekan bintang nomor tujuan, biaya rp1.000 per menit!" Suara operator kembali membuat Luna sangat kesal.
"Mungkin dia sedang rapat, kita coba lagi nanti," kata Viola.
"Tante benar, Sepertinya dia sedang rapat," ucap Luna merasa sedikit lega dengan dukungan dari Viola.
"Sedang rapat atau memang tidak mau mengangkat telepon mu," ucap Kirana sambil tersenyum.
"Jaga bicaramu! Luna dan putraku adalah teman dekat sejak mereka masih kecil, jadi tidak ada alasan bagi Christian untuk mengabaikan Luna!" Tegas Viola.
"Ya, baiklah Bu," ucap Kirana sambil memainkan musik pada alat pemutar musik yang ada di tangannya.
Luna merasa sangat kesal melihat perempuan di depannya yang menggunakan barang-barang milik Christian. Padahal alat pemutar musik itu adalah benda yang sering dibawa Christian saat pergi ke luar kota, tapi kenapa sekarang perempuan itu bebas menggunakannya?!
Viola pun merasa kesal, Tetapi dia tahu kalau tidak ada gunanya terus berdebat dengan Kirana yang selama beberapa waktu terakhir ini berubah dari perempuan bodoh menjadi perempuan dengan IQ di atas rata-rata.
'tunggu saja kau Kirana, Aku tidak akan membiarkanmu hari ini!' kata Viola dalam hati sambil menatap sang sopir, "Kami akan pergi ke salon terlebih dahulu," ucap Viola.
"Baik," jawab sang sopir segera melajukan mobil yang ia kendarai menuju salon langganan Viola.
Dalam beberapa menit saja, mereka akhirnya tiba di salon tersebut dan ketiga perempuan itu memasuki salon dengan langkah penuh percaya diri.
Semua orang pun menyambut kedatangan Viola dan Luna dengan sangat baik karena mereka sudah mengenali kedua perempuan itu. Tetapi Kirana yang duduk di belakang yang menggunakan barang-barang tidak bermerek langsung diabaikan oleh para pelayan di sana.
"Selamat datang kembali, silakan ikuti saya," ucap sang pelayan segera menunjukkan jalan pada Viola dan Luna.
Kirana pun melangkahkan kaki untuk mengikuti dua perempuan itu ketika seorang pelayan mencegahnya, "silakan mendaftar terlebih dahulu dan membayar di muka," ucap sang pelayan.
Kirana menghentikan langkahnya dan menatap 2 perempuan yang tampak mengabaikannya, dua perempuan itu terus berjalan meninggalkan Kirana seolah-olah mereka tidak datang bersama Kirana.
Melihat kelakuan dua perempuan itu, Kirana pun menarik kartu kredit limited edition dari tasnya dan memberikannya pada pelayan di sana.
"Tolong berikan layanan terbaik untukku!" Ucap Kirana membuat sang pelayan di sana sangat terkejut ketika ia mengenali kartu kredit di tangannya.
Kartu kredit limited edition itu hanya dimiliki oleh beberapa orang di dunia ini saja, Bahkan Viola yang merupakan menantu keluarga Mataram tidak memiliki kartu kredit itu.
Jadi sang pelayan langsung membungkuk pada Kirana, "maaf atas ketidaksopanan saya, silakan ikuti saya," ucap sang pelayan menunjukkan jalan pada Kirana.
Maka Kirana mengikuti pelayan itu sampai akhirnya ia tiba di sebuah ruang tunggu yang merupakan ruang tunggu untuk konsultasi dengan dokter kecantikan sebelum mendapatkan perawatan di sana.
Semua orang harus mengantri, tetapi Viola dan Luna tidak perlu mengantri, kedua perempuan itu langsung diarahkan memasuki ruang konsultasi.
"Silakan masuk," ucap sang pelayan membukakan pintu untuk Viola dan Luna.
Luna pun menoleh ke belakang, dia tahu kalau Kirana tidak akan berhasil masuk ke ruangan itu namun dia sangat terkejut ketika melihat Kirana telah berjarak 5 m dari mereka.
"Kenapa kau di sini?" Tanya Luna membuat Viola menoleh ke belakang, perempuan itu juga terkejut dengan kedatangan menantunya.
"Bagaimana kau--"
"Di mana ruang konsultasi untukku?" Tanya Kirana sambil menatap pelayan yang mengantarnya dan mengabaikan ucapan Ibu mertuanya.
"Silakan di sini," ucap sang pelayan menunjukkan salah satu ruang konsultasi yang kosong hingga Kirana pun langsung memasuki ruangan itu dengan dagu terangkat tinggi.
Sementara Viola dan Luna yang telah dibukakan pintu untuk berkonsultasi dengan dokter kini tidak jadi masuk ke ruangan tersebut dan mereka terdiam memandangi Kirana yang memasuki ruang konsultasi tanpa ada hambatan sedikitpun. Bahkan perempuan itu tidak perlu antri bersama orang lain di sana.
Hal itu membuat Viola merasa sangat bingung sehingga dia menatap pelayan yang baru saja mengantar Kirana ke ruang konsultasi.
"Apa yang membuatmu langsung mengantarnya ke sana? Kau yakin dia punya uang untuk membayar?" Tanya Viola.
Sang pelayan tersenyum, "Nona yang baru saja masuk tadi telah menyerahkan kartu kreditnya," ucap sang pelayan.
"Kartu kredit?" Tanya Viola tak percaya, jelas menantunya tidak punya uang sepeser pun, apalagi kartu kredit.
"Ya," jawab sang pelayan sebelum dia pergi dari sana.
Luna yang tidak puas pun beralih menahan pelayan itu dengan menarik lengannya, "kau yakin dia menyerahkan kartu kredit asli dan bukan palsu?" Tanya Luna.
"Apa maksud anda? Tentu saja kami akan memeriksa kartu kredit seseorang sebelum menerimanya. Kalau begitu saya permisi," kata Sang pelayan sebelum meninggalkan Luna dan Viola.
Luna pun menatap Viola dengan bingung, "Apakah Christian memberikan kartu kredit? Atau Tuan besar?" Kata Luna keheranan.
Atooo anak buahnya si Yuwen?
Btw jangan2 itu anak asisten kan dah lama nikah ga bs hamil…