Menikahi laki laki kaya raya, ceo dan sangat tampan berkharisma bukanlah impian Retana Utami, seorang dokter internship.
Davendra Arkatama anma laki laki itu. Dia merasa dikhianati setelah melihat perempuan yang dua minggu dia nikahi, tidur dengan laki laki lain.
Lima tahun kemudian mereka bertemu. Davendra yang sudah punya calon pendampung tidak tau kalo ada anak diantara mereka
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di luar dugaan
Tanah basah itu sudah ditaburi banyak bunga. Retania kini hanya diteman Bela, teman kakaknya. Teman teman kakaknya yang lain sudah pamit pulang.
Retania masih mencoba menghapus air mata yang ngga berhenti mengalir.
Ini sangat mengejutkannya. Terlalu mengguncang perasaannya.
Rasa bersalah memenuhi rongga dadanya.
Kalp saja dia ngga meminta masnya berhenti kerja.
Kalo saja masnya ngga naek ojek online.
Kalo saja dia tidak diceraikan dengan tidak hormat oleh Davendra.
Begitu banyak teori pengandaian agar kejadian buruk ini tidak terjadi.
"Ini tas Dipta, Reta," ucap Bela sambil menyerahkan tas punggung kakaknya.
Terasa cukup berat.
Reta tergugu saat mengambilnya. Dia pun mendekap tas yang masih ada noda darahnya itu.
"Kita harus segera ke bandara. Pesawat akan berangkat tiga jam lagi. Jangan sampai ketinggalan pesawat karena kena macet," ucapnya lembut
Retania hanya menganggukkan kepalanya dengan tatapan kosong.
Bela kembali merangkulnya. Dia pun sama merasakan kepedihan Retania. Begitu juga teman teman yang lain.
"Suamimu belum datang?"
Reflek Retania menggelengkan kepalanya. Mas Dipta masih merahasiakan kemalangan pernikahannya dari teman temannya. Ini adalah aib keluarga.
"Ya, ya. Sibuk banget, ya." Bela berusaha mengerti. Walau dalam hati protes juga, karena di saat terpuruknya istrinya, sebagai suami wajib datang untuk menemani istrinya. Walau sesibuk apa pun.
"Mas mu sudah membeli rumah untuk tempat tinggal kalian yang baru." Sebenarnya Bela ingin bertanya, kenapa Pradipta yang membelikan rumah buat Retania. Bukannya suami Retania sangat kaya raya?
Tapi momen kesedihan ini membuatnya sungkan untuk bertanya.
Retania menurut, dalam hati dia bersyukur ada yang mau menemaninya di saat saat susah begini.
Retania sudah melihat foto rumah barunya.
Rumah yang mungil. Luasnya mungkin ngga sampai seratus meter. Hanya ada dua kamar, satu ruang tamu dan ruang keluarga yang ngga dibatasi sekat.
Dapur dan kamar mandi di belakang, begitu juga ruang kecil untuk jemuran.
Mas Pradipta sudah melengkapi isi rumah tersebut dengan tempat tidur, lemari, kaca rias, kulkas, mesin cuci, peralatan dapur dan juga besi jemuran.
Hatinya remuk ketika menyadari betapa detilnya masnya menyiapkan untuknya sebelum pergi untuk selamanya.
Bahkan isi tas kakaknya adalah sejumlah uang yang sepertinya baru diambil dari tabungannya sebelum kecelakaan itu terjadi.
"Besok pagi Kak Bela berangkat. Kak Bela akan temeni kamu ke bandara. Suami kamu langsung nyusul di rumah baru yang dibeli mas Dipta, ya?" tanya Bela hati hati.
"Iya, kak." Retania berusaha menahan tangis saat menjawab.
Suami?
Dia sudah diceraikan, isaknya dalam hati.
Tapi Retania ngga bisa mengatakannya. Dari dulu dia terbiasa memendam kesedihannya. Hanya Mas Dipta saja yang bisa membuatnya bercerita. Tapi sekarang kakak satu satunya sudah pergi untuk selamanya.
*
*
*
"Rumah lama nona Retania sudah dijual, tuan muda," ujar seorang laki laki dengan seragam pengawalnya.
Dekha mengerutkan keningnya.
"Orangnya sudah pindah?" Padahal Dekha bermaksud memperbaiki hubungan pernikahan adiknya yang memburuk.
Dia pikir, Retania akan pulang ke rumah lamanya setelah konfliknya dengan Davendra.
"Sudah tuan muda."
"Kalo saudara laki lakinya yang kerja di kapal pesiar?"
"Katanya sudah berhenti bekerja, tuan muda."
"Sekarang orangnya kemana?"
Pengawalnya terdiam. Wajahnya terlihat sedih sebelum menjawab.
"Meninggal dunia dua hari yang lalu karena kecelakaan lalu lintas, tuan muda."
Tubuh Dekha mematung mendengarnya.
"Antarkan aku ke kuburannya."
"Siap, tuan muda."
*
*
*
Dekha tepekur di depan kuburan yang masih basah.
Daven, kamu harua lihat ini
Dia pun memfoto nisan yang sudah ada namanya. Dan mengirimkannya ke nomer adiknya. Hanya centang satu.
Saat ini yang hanya dia tau adiknya berada di LA. Tapi detilnya dia ngga tau berada dimananya. Awalnya dia santai saja, tapi pengawalnya ngga bisa melacak keberadaan adiknya hingga kini.
Apalagi setelah tau kalo kakak Retania meninggal dan Retania juga menghilang. Dia mulai ngga tenang.
Retania mungkin pergi menggunakan bis atau kereta, karena dia ngga bisa menemukan nana Retania dan kakaknya di manifest bandara yang juga sudah dicari anak buahnya.
Ponselnya bergetar, Farros yang menelponnya.
"An--jiiirrrr....! Anak itu kemana, sih," omel Farros. Sekarang dia sudah berada di LA.
Terpaksa dia berangkat untuk mencari adik bungsu mereka yang baru kali ini berulah, karena kata kakaknya atau Roger, Davendra ngga bisa dicari keberadaannya oleh para pengawal mereka.
"Nyari ke rumah sakit." Kalimat itu tercetus begitu saja dari bibir Dekha.
"Ngapain ke sana?"
"Cari aja."
"Bang Dekha! Kamu jangan aneh aneh." Farros marah sekaligus jadi khawatir.
"Aku ngga bisa nyusul. Kerjaanku jadi triple. Papi juga belum sadar kalo Daven tersangkut masalah besar."
Farros terdiam.
"Kakak laki laki Retania meninggal, karena kecelakaan lalu lintas."
Nafas Faros tercekat. Dia membiarkan suasana hening diantara mereka.
Dia mulai panik.
"Retania sekarang dimana?"
"Dia menghilang juga, sama seperti Daven."
Hening lagi. Hanya terdengar suara nafas keduanya yang ngga teratur.
"Oke. Aku akan periksa. Kanu cari Retania," putus Farros.
KLIK
*
*
*
Nyonya Ivy Oktavia berjalan mondar mandir dengan cemas di dalam ruangannya. Sudah beberapa hari ini dia merasakan hal yang ngga biasa. Perasaannya sangat ngga nyaman memikirkan putra bungsunya.
Farros ternyata sudah berada di LA mencari keberadaan Davendra. Roger juga ikut bersamanya.
Dekha susah dihubungi.
Pengawal pengawalnya ngga ada yang becus pekerjaannya. Keberadaan Davendra masih menjadi teka teki.
Anak bungsunya hilang begitu saja.
Dirinya mengabaikan ketika iparnya menelponnya. Dokter Astuty.
Pembela Retania itu sudah tau skandal heboh di rumah sakit?
Tapi dokter Astuty sepertinya tidak menyerah. Dia terus menelpon kakak iparnya.
Hingga di panggilan ke lima, barulah diangkat nyonya Ivy Oktavia.
"Kamu sudah puas sekarang?! Kapan undangan pernikahan Davendra akan kamu sebarkan?" semprot dokter Astuty dengan nada sarkastis.
"Memang aku sudah puas. Tunggu saja. Ngga lama lagi undangannya akan sampai ke tanganmu," balas nyonya Ivy lebih galak.
"HUUUHH....! Semoga kamu cepat mendapat balasan yang paling mengerikan," kutuknya dengan suara penuh tekanan.
"Kamu menyumpahi aku?!" sengit Nyinya Ivy ngga terima. Akan dia laporkan pada suaminya agar adik kesayangannya ini diberikan SP 3.
"Iya. Aku harap sumpahku semanjur sumpah ibu malin kundang!"
KLIK
"Kurang ajar," dengusnya marah.
Dia kira gampang menyumpah orang jadi batu di jaman sekarang, sinisnya dalam hati.
BRAAKK! Nyonya Ivy menggebrak keras meja kerjanya hingga menimbulkan getaran pada benda benda yang ada di atasnya.
Semua di luar dugaannya. Nyonya Ivy mengira Davendra akan menemuinya dan menyatakan penyesalannya akan pilihan bodohnya.
Asistennya hanya bisa menghela nafas panjang ketika mendengar suara keras itu..Selanjutnya dia kembali menghela nafas panjang lagi ketika mendengar suara penuh umpatan marah dari istri pemilik rumah sakit ini terhadap adik iparnya.
Om Ocong vs Mbak Kunti ngasih iklan
mana Devan blom minta maaf dg benar sekarang dtng lagi ulat bulu...
padahal Lingga dan keluarga menerima Reta
Reta dan Alma hrs hati2 mama Deva itu jahat
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
dasar nenek lampir /Angry//Angry//Angry/
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan