Nadia adalah cucu dari Nenek Mina, pembantu yang sudah bekerja di rumah Bintang sejak lama. Perlakuan kasar Sarah, istri Bintang pada Neneknya membuat Nadia ingin balas dendam pada Sarah dengan cara merebut suaminya, yaitu Majikannya sendiri.
Dengan di bantu dua temannya yang juga adalah sugar baby, berhasilkah Nadia Mengambil hati Bintang dan menjadikannya miliknya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Nadia memasuki halaman rumah bersamaan dengan mobil Bintang. Nadia yang melihat mobil Bintang melintas di depannya sengaja memperlambat jalannya agar tidak bertemu Bintang saat nanti dia turun dari mobil. Namun sayang, Bintang sengaja tidak masuk ke dalam rumah karena menunggunya.
“Kok kamu baru pulang?” tanya Bintang saat Nadia jalan melintas di depannya.
“Maaf, Tuan. Saya tadi ada kerja kelompok di rumah teman” jawab Nadia berbohong.
“Sudah ijin sama Bi Mina?”
“Sudah, Tuan”. Bintang mengangguk-angguk, dia kembali memperhatikan Nadia sekali lagi mencoba memperjelas penglihatannya malam itu. Gadis itu memang sudah menginjak usia remaja, bukan lagi anak kecil yang selalu ada dalam ingatannya.
“Ya, sudah. Kamu masuk sana, makan dan istrirahat”, perintah Bintang seperti pada anaknya sendiri.
“Iya, Tuan” Nadia langsung mengambil langkah seribu untuk segera pergi dari hadapan Bintang karena masih malu pada kejadia semalam. Sementara Bintang terus memperhatikan Nadia sampai gadis itu hilang dari penglihatannya.
“Aku kenapa sih, kenapa wajah Nadia selalu terbayang di pikiranku. Dia itu anak kecil Bintang, dan kamu sudah punya istri yang sangat sempurna” Bintang menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir Nadia dari pikirannya.
Seperti pekerjaan sehari-harinya di rumah itu, Nadia membersihkan dapur setelah makan malam selesai setelah itu barulah dia beristirahat di kamarnya. Dia tidur bersama Bi Mina di kamar yang khusus untuk pembantu.
“Nadia” Nadia hampir saja melepaskan sapu dari tangannya karena terkejut melihat Bintang ada di dapur padahal malam-malam begini.
“Amy sama Tuti mana?” tanya Bintang dengan mata yang berkeliling mencari.
“Mbak Tuti lagi nyuci, kalau Mbak Amy sudah istrirahat duluan” jawab Nadia, dia masih segan menatap mata Bintang.
“Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya Nadia.
“Buatkan kopi yah, terus bawa ke ruang kerja” perintah Bintang.
“Baik, Tuan”.
Setelah membuatkan kopi, Nadia lalu membawanya ke ruang kerja sesuia dengan perintah Bintang. Nadia mengetuk pintu dan terdengar Bintang mempersilahkannya masuk.
“Ini kopinya, Tuan” Nadia berdiri tepat di samping Bintang, dia meletakkan cangkir berisi kopi itu di atas meja.
“Terimakasih” kata Bintang. Nadia lalu permisi keluar setelah meletakkan kopi itu. Saat keluar dari ruang kerja Bintang, Nadia bertemu dengan Sarah yang baru pulang.
“Nyonya mau makan?” tanya Nadia menawarkan.
“Nggak usah” jawab Sarah sambil terus berjalan menuju kamarnya. Nadia hanya mengangkat kedua bahunya lalu kembali ke dapur menyelesaikan sisa-sia pekerjaannya sebelum istirahat.
Jam sudah menujukkan pukul sebelas malam saat Bintang masuk ke dalam kamar. Dia melihat istrinya sudah terlelap di bawah selimut, lalu matanya juga melihat ada koper istrinya di dekat pintu. Dia jadi bertanya-tanya apakah Sarah akan bereprgian? Tapi istrinya itu tidak bilang apa-apa padanya. Dia ingin membangunkannya untuk bertanya tapi tidak tega karena melihat tidurnya yang nyenyak. Akhirnya Bintang hanya bisa menunggu besok pagi untuk bertanya. Dia memeluk istrinya di bawah selimut, mencium bau harum yang membuatnya serasa ingin memakan istrinya saat itu juga.
Sudah hampir dua minggu dia dan Sarah tidak pernah bercinta, rekor terberat untuk seorang Bintang yang keinginan bercintanya sangat tinggi. Awal menikah dulu, dia bisa dua kali sehari menjamah tubuh istrinya, tapi lama kelamaan dia sudah sangat jarang bisa melakukannya. Hal itu membuatnya selalu sakit kepala dan kurang konsentrasi dalam bekerja. Tapi dia selalu mengalah dan mengabaikan keinginannya sendiri demi wanita yang sangat dia cintai itu.
Sarah membuka tirai di kamar utama membuat cahaya matahari perlahan masuk dan menganggu tidur Bintang, laki-laki itu akhirnya membuka matanya setelah sebuah ciuman manis di bibirnya membangunkannya.
Melihat Sarah sedang membelainya dengan mesra membuatnya mengambil kesempatan itu. dia menarik Sarah hingga terbaring di tempat tidur dan langsung menindihnya.
“Sayang, nanti baju aku kusut”, kata Sarah mendorong dada Bintang hingga laki-laki itu terdorong dan bergerak dari atas tubuhnya. Sarah beridiri dan merapikan pakaiannya. Bintang baru menyadari kalau istrinya itu sudah rapi dan cantik, dia lalu teringat pada koper istrinya yang sudah tersedia di kamar.
“Kamu mau pergi?” tanya Bintang masih dengan suara seraknya. Sarah mendekat dan naik ke pangkuan suaminya, mengelus lembut dada suaminya. Tapi di luar dugaannya, Bintang menahan tangannya bergerak lalu dia berdiri membuat Sarah ikut berdiri.
Bintang tampak kesal, lalu Sarah memeluknya dari belakang. “Aku ada undangan ke Paris hari ini” kata Sarah.
“Ke Paris? Dan kamu baru bilang sekarang?” tanya Bintang membalikkan tubuhnya sehingga dia bisa melihat wajah istrinya.
“Aku lupa bilang ke kamu” kali ini Sarah memeluknya dari depan, dengan lembut mengusap punggung suaminya. “Aku selalu lupa tiap mau bilang sama kamu, maafkan aku yah” katanya. Sarah meraih bibir suaminya dan memberi ciuman mesra, tapi dia menghentikannya begitu Bintang mulai ingin lebih dari sekedar penyatuan bibir.
“Aku harus pergi, hanya seminggu dan setelah itu aku milikmu sampai kamu puas” bujuknya sekali lagi.
“Bintang menghela nafas, “Ya, sudah” kata Bintang pada akhirnya. Sarah tersenyum dengan riang, wanita itu memberi kecupan singkat di bibir suaminya dan berjalan keluar kamar menarik kopernya.
Sementara itu Bintang kembali merebahkan dirinya di tempat tidur, ada kecewa luar biasa yang tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata.
“Apa aku sudah terlalu memanjakan dia, jadi berlaku seenaknya. Tapi aku sudah berjanji sejak awal untuk mendukung kariernya” oceh Bintang pada langit-langit kamarnya.
“Tapi dia semakin tidak menghargaiku. Sial...” makinya lagi. Bintang bangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, dia ingin mengantar istrinya ke bandara.
“Bi Mina mana? Kenapa kamu yang siapkan sarapan?” tanya Sarah melihat di dapur hanya ada Tuti dan Nadia.
“Nenak lagi sakit, Nyonya. Jadi saya sama Mbak Tuti yang buat sarapan” jawab Nadia.
“Sakit lagi” Sarah bukan bertanya, dia hanya menggerutu. “Sudah, nenek kamu suruh berenti kerja aja. Gajinya penuh tiap bulan, tapi suka sakit dan nggak kerja. Rugi dong dia di gaji, mending juga cari pembantu lain yang masih muda dan tidak merepotkan seperti Nenek kamu”.
Tuti mengelus lengan Nadia, memberinya kode agar tidak menanggapi ucapan Sarah. Sementara Nadia hanya bisa menggigit bibirnya menahan rasa kesal di dadanya. Wajah kesalnya sedikit melebur saat melihat Bintang turun dengan pakaian santainya. Adakalanya Bintang bisa berlipat kali lebih tampan saat dia hanya memakai kaos di padukan dengan jacket dan celana jeans. Belum lagi rambutnya yang hanya di sisir asal dan tidak beraturan, dia benar-benar terlihat seperti anak muda yang akan pergi berkencan.
“Mau kemana, sayang?” tanya Sarah mengkerutkan keningnya. tadi saat dia meninggalkan suaminya di kamar, laki-laki itu masih terbaring di atas tempat tidur, dan hanya beberapa menit dia sudah turun dengan penampilan se usia Sarah.
“Aku mau antar kamu” jawab Bintang. Sarah buru-buru mengibaskan kedua tangannya.
“Aku ada yang jemput” katanya menolak suaminya. Bintang terpaku beberapa detik, kekecewaannya kali ini benar-benar tidak bisa dia sembunyikan.
kalau di kehidupan nyata sudah pasti salah.