Di usianya yang sudah sangat matang ini, Khalif Elyas Hermawan belum juga menemukan pasangan yang cocok untuk dijadikan pendamping hidup. Orang tuanya sudah lelah menjodohkan Khalif dengan anak rekan bisnis mereka, tapi tetap saja Khalif menolak dengan alasan tidak ada yang cocok.
Mahreen Shafana Almahyra gadis cantik berumur 25 tahun, tidak dapat menolak permintaan sang bibi untuk menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal sama sekali.
Ya, gadis yang akrab di sapa Alma itu tinggal bersama paman dan bibinya, karena sejak umur 15 tahun, kedua orang tuanya sudah meninggal.
Bagaimana kisah Khalif dan Salma? Ikuti terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
..."Jadilah seseorang yang memberi arti pada kehidupan, bukan hanya mencari arti dari kehidupan"...
...🌹🌹🌹...
Mendengar suara muntah Alma langsung menghampiri Khalif dan memeriksa kondisi Khalif, Alma memijat tengkuk Khalif dari belakang. Wajah Khalif terlihat pucat, setelah mengeluarkan semua isi perutnya. Dia terduduk lemas di pinggir closet.
Alma berlalu ke dapur mengambil segelas air, lalu memberikannya pada Khalif.
"Mas kita ke rumah sakit aja ya, wajah mas pucat gini" Alma menyeka keringat Khalif yang mengalir di kening pria itu.
"Tidak usah, nanti juga sembuh. Paling mas hanya masuk angin" Khalif mencoba berdiri, yang di bantu Alma dengan memegang lengan Khalif.
"Mas istirahat di kamar aja ya" hanya anggukan yang Khalif lakukan. Untuk mengeluarkan suara saja rasanya dia sangat lemas. Setelah muntah seluruh tenaganya terasa terkuras habis.
Alma membantu Khalif berbaring di ranjang, dia menyelimuti tubuh Khalif hingga dada.
Kemudian dia periksa kening Khalif siapa tau dia demam. Dan syukurnya Khalif tidak demam.
"Mas tunggu bentar ya, Alma ke bawah bentar mau buatin teh hangat untuk mas" ucap Alam yang melihat Khalif memejamkan mata, dia tau Khalif belum tidur. Itu salah satu cara untuk menahan gejolak di perutnya.
Sepeninggal Alma, Khalif mengelus-elus perutnya yang mulai terasa tidak nyaman. Dan benar saja dia mau muntah lagi.
Alma kembali ke kamar dengan segelas teh hanya di tangannya dan sebotol minyak kayu putih. Dia melihat Khalif di kamar, yang dia dengar suara orang muntah di kamar mandi, bergegas Alma ke kamar mandi.
"Ya Allah mas, mas muntah lagi?" rasa cemas melingkupi hati Alma.
"Tolong bantu mas berdiri" pinta Khalif.
Dia sudah tidak mampu berjalan sendiri lagi, lidahnya terasa pahit.
"Mas minum teh hangatnya dulu, siapa tau bisa mengurangi rasa mualnya" Alma memberikan teh tersebut pada Khalif yang mampu dia minum sampai setengah gelas.
"Mas berbaring sekarang, biar Alma balur perutnya dengan minyak" Khalif patuh saja pada perintah Alma. Dia mengangkat kaos yang di pakai Khalif lalu mengoleskan minyak kayu putih ke perut Khalif.
Usapan tangan Alma di perutnya mengalirkan rasa nyaman yang membuat rasa kantuk menyerang matanya. Alma yang melihat Khalif terlelap meninggalkan Khalif sendirian di kamar.
"Den Khalif kenapa mbak?" tanya bik Minah yang melihat Khalif tadi di papah oleh Alma.
"Mas Khalif kayaknya lagi masuk angin bi" jawab Alma.
"Mbak Alma butuh apa lagi biar bibik siapin?"
"Tidak ada bik, nanti kalau Alma butuh apa-apa Alma minta tolong sama bik Minah"
"Baik mbak, kalau gitu bibik lanjut kerja lagi" pamit bik Minah kembali ke belakang.
*****
Mendengar kabar dari menantunya bahwa Khalif sakit sampai tidak masuk kantor, MAma Shanum segera mengunjungi kediaman Alma dan Khalif. Putranya termasuk jarang sakit, kenapa tiba-tiba sakit sampai-sampai tidak masuk kantor.
"Assalamu'alaikum" mama Shanum mengucapkan salam ketika masuk kedalam rumah.
"Wa'alaikumussalam" Alma menghampiri mama mertuanya lalu mencium tangannya.
"Pasti mama kaget ya? Maaf ya ma, Alma tiba-tiba kasih kabar kalau mas Khalif sakit" Alma merasa sungkan karena telah membuat mama mertuanya khawatir.
"Tidak apa-apa sayang, ayok mama mau lihat keadaan Khalif" ajak mama Shanum, keduanya pun berlalu ke kamar.
Saat Khalif membuka matanya, sudah ada dua wanita yang paling dia cintai sedang menunggunya bangun.
Khalif bangun dari tidur nya, menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang yang sudah di alas bantal oleh Alma.
"Mama sudah lama disini" tanya Khalif yang melihat raut cemas di wajah mamanya.
"Mama sampai setengah jam yang lalu, gimana kondisi kamu? Lihat wajah kamu pucat banget nak, apa sebaiknya tidak ke dokter saja?" bujuk Shanum. dia tau persis kalau Khalif paling anti dengan yang namanya rumah sakit. Dia tidak suka dengan bau obat-obatan.
Jika dia sakit dokter keluarga yang akan datang memeriksa kondisi Khalif kerumah mereka.
"Tidak usah ke rumah sakit ma, Khalif baik-baik aja, cuman masih lemas aja" Khalif tidak mau mamanya semakin cemas, bagaimanapun seorang ibu tetap cemas melihat anaknya terbaring sakit di atas ranjang.
"Kenapa bisa sakit gini sih?" tanya mama Shanum. Alma pun menceritakan bagaimana saat Khalif muntah-muntah tadi.
Mendengar penjelasan Alma, senyum muncul di wajah yang sudah mulai terlihat keriput itu tapi Tidka mengurangi kadar kecantikan nya.
Shanum berjalan menuju meja rias di kamar Khalif, kalau membuka laci yang paling bawah, tempat penyimpanan obat-obatan sekiranya dibutuhkan ketika ada yang sakit. Dan mengambil sebuah kotak mengeluarkan satu alat. Kemudian menyerahkan kannya pada Alma. Itu adalah sebuah alat tes, yang tentu saja dia kenal alat tersebut. Ya, alat itu adalah testpack.
Kenapa mama mertuanya memberikan alat itu padanya? bukankah yang sakit Khalif? Setelah berpikir keras, Alma menutup mulutnya dengan kedua tangan. Di terkejut tentu saja. Dia tidak sempat berpikir ke arah sana, kalau di pikir-pikir dia sudah telat lima hari.
Melihat tingkah istri dan mamanya, Khalif heran. Tapi dia diam saja.
"Untung saja mama udah siapin ini dari jauh-jauh hari" ujar sang mama lembut.
"Di coba dulu sayang" ucap Shanum. Alma mengangguk dan bergegas ke kamar mandi.
Tangan Alma gemetar memegang alat tespek. Tidak menunggu lama dia melakukannya sesuai dengan cara yang tertera di kotak testpack tersebut.
Setelah menunggu beberapa menit hasil yang di tunggu sudah ada, kaget, bingung, bahagia dan terharu itulah yang Alma rasakan sekarang. Tangannya masih bergetar, Alma lihat lagi testpacknya jangan - jangan salah. Ternyata bener dia garis dua dan garisnya jelas terpampang nyata.
Rasa haru memuncak kala hasil menunjukkan positif hamil, terlebih jika dua garis biru ini merupakan kehamilan yang sedang dinanti-nantikannya dan Khalif.
Dia terduduk di lantai kamar mandi, airmata sudah menganak sungai, tentu saja airmata itu airmata kebahagiaan.
Mama Shanum mengetuk kamar mandi, karena sudah tidak sabar menunggu hasilnya.
Alam keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sudah basah oleh air mata. melihat itu mama Shanum langsung memeluk Alma.
"Alhamdulillah, selamat ya sayang" ucap mama Shanum mengecup kening Alma dengan sayang.
Khalif yang masih tidak mengerti kenapa mama dan istrinya saling berpelukan, dan melihat istrinya menangis.
"Loh kok kamu nangis sayang?" tanya Khalif heran.
Alma mendekat ke arah suaminya, dan memberikan testpack itu pada Khalif. Khalif menerimanya dengan kening berkerut. Di situ terlihat jelas dua garis, dua garis? Khalif menatap Alma dalam.
"Selamat mas sebentar lagi mas akan jadi seorang ayah" ucap Alma.
Khalif langsung memeluk Alma, dia mencium kening, dan Puncak kepala Alma berkali-kali.
Sungguh di balik sakit yang dia derita sekarang ada kebahagiaan yang Allah hadirkan.
*****