Tampan, mapan dan populer rupanya tidak cukup bagi sebagian perempuan. Vijendra sendiri yang menjadi objek dari ketidak syukuran pacarnya, atau mungkin bisa disebut mantan pacar. Ia memilih mengakhiri semuanya saat mendapati perempuan yang ia kasihi selama 3 tahun lamanya sedang beradu kasih dengan laki-laki lain.
Cantik, berprestasi dan setia juga sepertinya bukan hal besar bagi sebagian laki-laki. Alegria harus merasakan sakitnya diputuskan sepihak tanpa tahu salahnya dimana.
Semesta rupanya punya cara sendiri untuk menyatukan dua makhluk yang menjadi korban ketidak syukuran hingga mereka sepakat untuk menjadi TEMAN BAHAGIA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon firefly99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Mantu Bunda
"Ibu Aleee, di depan ada yang cariin kakak Yaya!" seru Galen yang datang dengan napas yang memburu.
"Siapa sayang?" tanyanya.
"Nda tahu, ibu. Orangnya menunggu di depan."
"Sana gih, mbak." ujar Silvia.
Ale lalu meninggalkan dapur dan berjalan ke teras rumah, dimana orang yang dimaksud Galen sedang menunggu. "Eh, Velma. Masuk, nak."
Velma tersenyum, lalu mencium punggung tangan Ale. "Wah, makasih Tante. Tapi maaf sekali, Velma lagi buru-buru. Tadi bunda minta tolong bawa ini untuk menantunya katanya. Mana tuh orangnya?"
"Menantu nya? Siapa?" heran Ale.
"Dih, Tante. Anak Tante lho, yang cantik itu. Yaya. Dia dimana Tante?"
Ale terkekeh mendengar ucapan Velma. "Kamu ini ada-ada saja. Tunggu sebentar, biar Tante panggilkan." katanya.
"Wah, gak usah Tante. Velma lagi buru-buru, mau ke RS." ringis Velma. "Ini Tante, tolong diberikan ke menantunya bunda yah. Salam buat semuanya. Mari Tante."
Ale menerima paper bag yang diberikan Velma. "Hati-hati sayang!" serunya. Ia menunggu hingga mobil Velma menjauh dari rumahnya.
"Siapa Sha?" tanya Airlangga.
"Velma, kak. Ini tadi bawa titipan kak Isa. Katanya buat menantunya."
Sama seperti Ale tadi, kini Airlangga juga bertanya-tanya. "Menantunya? Siapa?"
"Yaya." jawab Ale singkat.
"Wah, cari ribut bener ini Dika dan Isa." beo Airlangga.
Ale terkekeh. "Siapkan mentalnya, kak." ejeknya lalu menepuk pundak suaminya dua kali.
Airlangga dibuat termenung. Jika Dika dan Isa serius, bagaimana? Ia masih belum ingin melepaskan anak gadisnya untuk menikah.
"Wah, apaan tuh mbak?" tanya Gina, istri Aiman.
Ale mengangkat paper bag yang dibawanya hingga sejajar dengan telinganya. "Kiriman untuk Yaya." jawabnya.
"Dari mbak Aruna yah? Tumben gak ikut kesini." tanya Salwa.
"Bukan, ini dari temannya kak Airlangga. Yang anaknya pemain bola itu lho."
"Oh, VAJENDRA!" seru Salwa. "Duh, jadi gemes. Apalagi waktu liat story nya dia pasang foto Yaya, kok aku yang jadi melting." ujar Salwa lagi dengan ekspresi gemes nya. Seperti ingin mencubit.
"Wah, beneran itu mbak? Sedekat itu? Sampai dikirimkan sesuatu segala?" Gina yang ketinggalan berita menjadi lebih kepo.
"Gak tahu, dek. Yaya juga gak ada cerita ke mbak." jawab Ale.
"Dih, mbak. Memangnya sejak kapan Yaya banyak cerita tentang laki-laki? Gak pernah tuh. Mentok liat serdadu lari-larian waktu di asrama." ujar Silvia. Ya, Alegria memang seperti ibunya, suka melihat para serdadu olahraga sore, apalagi jika bergerombol.
Salwa mengangguk setuju dengan ucapan Silvia. "Kemarin aja waktu habis putus lempeng aja. Aku sampai pantengin terus sosial medianya, barangkali ada status galaunya. Eh, yang ada malah keseruannya bersama teman KKN nya." katanya.
"Eh iya, itu kenapa bisa putus sama anaknya teman mbak? Bukannya mereka jalan cukup lama?" tanya Gina lagi.
"Mbak juga gak tahu, Gina. Mbak tahunya waktu Argan ke rumah Salwa, terus ngobrol dengan ayahnya Yaya. Gak ada alasan spesifik. Mungkin sudah jalannya begini. Lagian Argan juga sudah menemukan tambatan hatinya yang baru." ujar Ale.
"Dan Yaya baik-baik saja?"
Ale mengangguk. "Kemarin bahkan masih hadir di ulang tahunnya yang perempuan. Mereka baik-baik saja. Tahu sendirilah bagaimana Yaya kita, jadi jangan khawatir."
"Aku penumpang kapal Yaya - Vajen deh." seru Salwa.
"Aku juga. Apaan mainnya sembunyi-sembunyi, tapi bikin gemes." Silvia sama excited nya.
"Wah, kalian ini." Ghina menggelengkan kepalanya heran.
Tanpa mereka sadari, yang dibicarakan sedang bersandar pada dinding pembatas dapur dan ruang makan. Senyumnya tertarik sendiri mendengar obrolan receh di dalam sana meskipun dirinya lah yang dijadikan topik obrolan. "Ibuu, anaknya bunda Isa baru saja menelpon, katanya kiriman adek sudah sampai." ujarnya. Ia bersikap seolah tidak mendengar apapun.
"Anaknya yang mana nih?" tanya Gina.
"Velma atau yang satunya?" goda Silvia.
"Anak pertamanya kayaknya." ujar Ale. "Ini nak. Tadi kata Velma untuk menantu bundanya katanya."
Alis Alegria terangkat mendengar ucapan ibunya barusan. "Menantu bundanya? Salah kirim kali."
"Mana ada salah kirim? Barangkali kamu memang menantu bundanya dia." seloroh Salwa.
"Buka sayang!" suruh Gina.
Alegria lalu membuka paper bag yang masih tersegel. Ada kripik singkong, kue klepon dan juga kroket.
"Wah, mau kroketnya." tanpa dipersilahkan, Gina menarik tinwal yang berisi kroket. "Enak." katanya setelah menelan gigitan pertama.
"Mau juga " Salwa dan Silvia ikut makan.
"Kalian ini main serobot saja. Padahal yang dikirimi belum bilang apa-apa." tegur Ale.
"Boleh yah, nak?" pinta Silvia.
"Boleh, mama. Makan saja. Ini gak bisa ku habiskan sendirian." jawab Alegria. Ia hanya mengambil kripik singkong dan membawanya ke taman yang menjadi sumber keseruan.
Ternyata di taman yang terdapat lapangan basket sedang berlangsung pertandingan sengit 3 lawan 3 antar generasi. Adnan, Kevin dan Alden melawan Alaric, Aldric dan Aiman. Airlangga dan Galen lah yang menjadi wasitnya.
Alegria duduk disebelah ayahnya, tentu saja sambil mengunyah kripik singkong kiriman sang bunda yang menganggapnya menantu .
"Yaya, ayah juga mau." ujar Airlangga saat mendengar suara krenyes di sebelahnya.
Alegria lalu menyuapi ayahnya.
"Jadi Yaya ini benaran menantunya Dika dan Isa?" tanya Airlangga dengan sarat godaan dibalik pertanyaannya.
"Dih, ayah. Menantu apaan? Yaya masih anaknya ayah dan ibu kok."
"Siapapun orangnya, semoga dia bisa menerima baby juga. Itulah sebabnya ayah sempat merasa keberatan kemarin tentang hak asuh baby. Ayah takut ia tidak diterima oleh orang lain yang menginginkan Yaya. Namun meskipun begitu, ayah selalu akan menyayangi baby." jujur Airlangga.
Alegria tertegun mendengarkan kejujuran Airlangga barusan. Ternyata ayahnya hanya khawatir, takut dirinya ditolak dimasa depan. "Akan sangat tidak apa-apa jika Yaya hidup hanya berdua dengan baby di masa depan, ayah." katanya.
"Jangan, sayang. Kamu perempuan baik dan lembut hatinya, ayah yakin sekali kalau dimasa depan kamu dan baby akan mendapatkan limpahan kasih sayang." Airlangga mengelus rambut anaknya.
"Wasitnya malah ngobrol." ujar Aldric. Ia duduk di lantai sambil mengatur napasnya.
"Udah selesai?" tanya Airlangga.
"Sudah, kak. Sudah capek." jawab Aiman.
"Asik bener adikku ngunyah nya." Alden mendekatkan dirinya ke Alegria, lalu merangkul bahu adiknya.
"Abang ihh, bajunya basah." keluh Alegria. "Tolong!" serunya saat Alden enggan melepasnya.
"Kalian ini, sudah besar dan masih saja begini. Alden, adikmu sudah mandi itu " tegur Airlangga.
"Dih, ngadu " cibir Alden. Ia lalu menyusul sepupunya yang lain memasuki rumah untuk bersih-bersih.
"Yaya, papi juga mau dong." ucap Aldric.
Alegria lalu menyuapi Aldric.
"Papi kayak anak kecil ih, disuapi." oceh Galen.
"Galen juga mau kan? Hayoo ngaku " Aldric lalu bermain-main dengan Galen.
Setelah bersih-bersih, mereka lalu makan malam bersama. Kursi meja makan yang biasanya lebih banyak kosong, kini hanya 3 yang tidak terisi.
Mau pantengin terus sampai tamat ahh 😁
Semangat kak bikin ceritanya 🤗 ditunggu sampai happy ending yahh 😘