"Perkenalkan, dia yang akan menjadi suamimu dalam misi kali ini."
"Sebentar, aku tidak setuju!"
"Dan aku, tidak menerima penolakan!"
"Bersiaplah, Miss Catty. Aku tidak menoleransi kesalahan sekecil apapun."
Catherine Abellia, bergabung dengan organisasi Intel, Black Omega Agency, untuk mencari tau tentang kasus kematian ayahnya yang janggal. Berusaha mati-matian menjadi lulusan terbaik di angkatannya agar bisa bergabung dengan pasukan inti. Mencari selangkah demi selangkah. Ia mencintai pekerjaannya dan anggota timnya yang sangat gila.
Namun, ketika dia sudah lebih dekat dengan kebenaran tentang kasus Ayahnya, Catty harus bekerjasama dengan anggota Dewan Tinggi! Oh, really? Dia harus bekerjasama dengan orang yang gila kesempurnaan yang bahkan sudah lama tidak terjun lapangan? Wait, mereka bahkan harus terlibat dalam pernikahan? Ia harus menikahi pria yang memiliki kekasih? Tuhan, ini sangat buruk!
Oke, fine! Atasannya sudah gila!
Ayo, ramaikan lapak ini dengan Vote dan komen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seraphic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Suapi aku
Suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring mengisi kesunyian ruang makan keluarga Rolland. Suasana di ruang makan malam itu masih sama seperti sebelum-sebelumnya. Tenang dan mencekam, formal dan kaku. Tidak ada kehangatan yang biasa terlihat di keluarga lainnya.
Sean mengunyah makanannya dengan tenang. Ia sudah cukup terbiasa dengan keadaan yang membosankan ini. Keluarganya terlampau kaku untuk saling berbagi kabar atau cerita ketika sedang berkumpul. Tidak seperti di rumahnya. Sejak gadis itu datang ke kediaman sebulan yang lalu, rumahnya menjadi sangat ramai. Gadis itu terkadang bergosip dengan pelayan, curhat dengan Kim, bahkan bertengkar dengan Joe. Ada beberapa kali dimana Kim dan Joe bergabung dengan mereka di meja makan.
Di mansion Rolland, hanya ada kecanggungan tanpa kehangatan. Hanya ada majikan dan bawahan disini.
"Bagaimana kabar putri presiden? Aku dengar dia sedang tidak sehat." Suara itu terdengar lugas tanpa basa-basi setelah makanan dan peralatan makan disingkirkan.
"Dia baik," jawab Sean langsung.
Khas keluarga Rolland, to the point.
"Ayah, kenapa masih menanyakan Felice? Apa Ayah tidak tau cucumu yang sangat berbakti ini sudah menikah?"
Sean dengan tenang menyesap teh yang baru saja dihidangkan pelayan saat semua orang menatapnya, meminta penjelasan.
Ujung mata Sean melirik pada sosok yang duduk di sebelah seorang pria yang terlihat lebih muda darinya. Wanita paruh baya yang masih terlihat anggun di usia setengah abadnya.
"Rina sangat mengetahui urusanku," ucapnya setelah kesunyian yang lama.
Wanita yang bernama Rina itu tersenyum. "Tentu saja, kau juga putraku, Abercio."
Sean hanya membalas senyum wanita itu. "Terimakasih. Tapi, urusanku bukan urusanmu."
Senyum di bibir Rina membeku. Pria di sebelahnya menggebrak meja. "Perhatikan ucapanmu, Abercio!"
"Cukup!" Satu ucapan dari Steve Rolland mampu memadamkan suasana yang hampir memanas.
"Abercio, katakan padaku. Apa benar kau sudah menikah?" tanya Steve, kakek Sean, pemimpin keluarga Rolland saat ini.
Sean mengangguk tanpa mengatakan apapun.
"Gadis dari keluarga mana?"
Melihat keterdiaman pria di hadapannya, Aron, putra Rina, mendengus. "Kau meninggalkan Felice hanya untuk gadis yang entah darimana asalnya?"
"Apa itu penting?" tanya Sean santai. Seolah-olah tak peduli dengan raut wajah kesal yang diperlihatkan saudara tirinya.
"Siapkan diri kalian, keluarga Smith akan mengadakan pesta sosial Minggu depan. Pastikan kau membawa Felice nanti."
Perintah mutlak dari kakeknya hanya mendapat sahutan ringan dari ketiganya. Sean menyeringai saat menatap Aron yang memendam kemarahannya.
"Abercio, ikut aku ke ruang kerja."
Sean bangkit mengikuti langkah kaki kakeknya yang berjalan terlebih dulu. Meninggalkan pasangan ibu dan anak itu di ruang makan.
...'*'*'*'*'*'...
...'*'*'*'*'*'...
Catty bersorak dengan semangat saat melihat makanan yang dihidangkan Kim dihadapannya. Ikan pedas asam manis yang menggugah seleranya itu kini terpampang nyata di matanya, bukan hanya sekedar dalam angan-angannya ketika terluka dua hari yang lalu.
Gadis itu buru-buru mengambil sumpit untuk mencicipi hidangan yang membuat liurnya mencair.
"Ohh, Kim. Ini luar biasa!" seru Catty dengan mata yang berbinar.
Joe yang melihat raut wajah Catty, tiba-tiba merasa ikut lapar. Ia mengambil sumpit dan ikut terperangah ketika rasa ikan yang segar dengan paduan bumbu yang pas pecah di dalam mulutnya.
"Kim, masakanmu memang tak pernah gagal!"
Catty segera menghadang sumpit asisten Sean ketika pria itu mencoba mengambil lagi ikannya untuk kedua kalinya.
"Jangan sentuh! Ini milikku!" ujar Catty dengan penuh permusuhan.
"Gila, sangat pelit!"
Joe berusaha mengambil dari arah lainnya, namun tetap dihalangi gadis itu. Pertarungan sumpit antara keduanya berlangsung cukup lama hingga para pelayan dan pekerja di sekitar mereka menghela nafas. Akhir-akhir ini Joe tidak lagi keren di mata mereka.
"Kim!" teriak Catty ketika Joe berhasil mencuri ikannya.
"Sudah-sudah, jangan rebutan lagi." Kim berusaha menengahi dua orang yang seperti anak kecil ini. "Joe, ambil bagian mu sendiri di dapur."
Catty segera mengamankan piring-piring yang berisi makanan yang ia inginkan ke hadapannya. Membuat Joe mendecih kesal dan beranjak ke dapur.
"Kim, ayo makan!'' ajak gadis itu menarik wanita tua disebelahnya untuk duduk.
Catty menatap para pelayan yang berdiri di sekeliling ruang makan. "Kalian semua juga, segera ambil makanan kalian. Tidak perlu berjaga disini," perintahnya.
Ketika mereka tengah menyantap makanan mereka dengan khidmat, sosok pemilik rumah muncul di ruang makan. Mengagetkan semua orang, hingga para pelayan buru-buru kembali ke posisi mereka.
Joe yang sedang makan dengan lahapnya, bahkan, segera berdiri dan menarik kursi untuk tuannya.
Catty menghela nafas melihat aksi orang-orang ini. Apa-apaan mereka? Ini hanyalah Sean, bukan presiden. Kenapa begitu kocar-kacir hanya dengan kedatangannya?
Gadis itu menahan lengan Kim yang hampir beranjak dari tempat duduknya. "Habiskan dulu makananmu, Kim."
"Sudah habis, sudah habis."
Catty berdecak ketika Kim tergesa-gesa. Apanya yang sudah habis? Bukankah ini karena ingin segera melayani tuan muda nya itu?
"Duduklah, biar aku yang melayaninya."
Catty kembali mengusir semua pelayan yang sepertinya tidak sempat minum. Ia mendekati pria yang tengah menatapnya dengan alis yang menukik sebelah. Ada apa ini?
Sean sempat terkejut ketika Catty membantunya melepaskan jasnya dan memberinya kepada Joe yang segera menyampirkan jas itu di bangku. Namun, ia tetap menerima sodoran gelas yang diisi air dingin dari gadis itu.
Ia duduk di ujung meja makan, bersisian dengan Catty.
"Maaf merepotkanmu," bisik Kim segan.
"Ssttt, Kim! Merepotkan apanya?" tanya Catty dengan mata yang berpura-pura mendelik kesal. Gadis dengan rambut yang disanggul tinggi dan baju kebesarannya itu segera kembali melanjutkan makan, tak menganggap pria di sisinya itu ada.
"Kau tidak menawariku makan?" tanya Sean heran. Ia kira gadis itu akan sekalian menyiapkan makanan untuknya juga, saat melihat perlakuannya barusan.
Catty menoleh pada pria itu. "Bukankah kau sudah makan malam di luar?" tanyanya setelah menelan makanannya.
Seorang Sean kini menampilkan ekspresi lain di wajahnya, yaitu menggulirkan bola mata! Joe dan Kim bahkan terkejut saat melihatnya. Apa pria itu sedang kesal sekarang?
"Tuan, apa ingin saya siapkan makanannya?" tanya Kim takut-takut. Hal ini termasuk kelalaiannya. Bahkan, jika tuan nya sudah makan di luar, ia seharusnya juga tetap menyiapkan makanan untuk tuan mudanya.
"Untuk apa menyiakan-nyiakan makanannya? Dia sudah makan di luar," oceh Catty tak bisa menahan dirinya untuk berkomentar.
Kali ini, Joe benar-benar ingin menggeplak mulut gadis kecil di depannya itu. Mereka di kediaman pria itu, dimana pria itu membayar semua pengeluaran mereka. Masih bisa-bisanya gadis itu bertanya untuk apa?
Joe dan Kim melirik diam-diam ke arah tuan muda mereka. Memantau raut wajah pria itu.
"Kenapa? Mau aku suapi?" tanya Catty dengan kesal. Ia berbasa-basi pada Sean karena pria itu terus menatapnya dengan terang-terangan. Dia sedang makan tau!
"Boleh, suapi aku."
...'*'*'*'*'*'...
...'*'*'*'*'*'...
Dukung author dengan vote+komen yaa.
Jaga kesehatan semuanya.
Love,
Sera.
penataan bahasanya loh keren