Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Jangan-jangan gendruwo atau pocong? Atau maling? Atau jangan-jangan Author? Ah ... Tidak!" batin Arumi.
Tak mungkin Arumi membukakan pintu untuk tamunya itu. Karena bisa saja itu bukan orang atau seseorang yang punya niat jahat padanya.
Jadi, dari tadi Arumi membiarkan pintunya terus diketuk berkali-kali. Arumi berusaha tak menggubrisnya dengan menutup telinganya menggunakan bantal.
Tak lupa ia juga terus memanjatkan doa karena rasa takutnya yang semakin besar.
"Allâhumma bârik lanâ fî mâ razaqtanâ wa qinâ adzâban nâr ...."
"Lho, kok, doa makan Thor?" batin Arumi.
Di tengah-tengah rasa takut Arumi ponselnya tiba-tiba saja berdering.
Arumi menatap sekilas layar ponselnya untuk memastikan siapa yang tengah menghubunginya.
Mungkinkah itu Ibrahim. Mungkin Suaminya ingin mengabarkan kalau ia akan segera pulang.
Mungkin ia tak tega dan akhirnya luluh juga dengan permintaannya beberapa saat yang lalu.
Arumi sedikit merasa bersemangat.
Erlan?
Ternyata pria itu yang menghubungi Arumi.
"Kenapa ia menghubungiku selarut ini? Apa dia tau kalau aku lagi sangat kesusahan? Gimana ini? Apa aku masih harus tetap mengabaikannya?"
"Enggak, aku harus tau alasan dia menghubungiku. Setidaknya aku bisa tau maksud tujuannya."
Setelah cukup lama berdebat dengan batinnya sendiri. Akhirnya Arumi menerima panggilan itu.
"H-halo!" Suara Arumi sedikit terbata.
"Halo, Arumi. Bisa kamu bukain pintu buat aku sekarang juga. Aku lagi ada di luar sekarang. Aku yang ngetuk pintu rumah kamu." Ucap Erlan menjelaskan.
Arumi jadi sedikit terkejut karena ternyata Erlan yang bertamu malam-malam begini?
Arumi akhirnya kini bisa sedikit bernafas lega. Setidaknya yang mengetuk pintu bukan seseorang yang berniat jahat seperti yang ia bayangkan.
"Mau apa kamu kesini?" tanya Arumi yang berpura-pura bersikap dingin.
"Bukain dulu pintunya!" Jawab Erlan.
Arumi dengan cepat menuju ke ruang depan. Ia cukup kesulitan untuk menelusuri ruangan-ruangan gelap yang ia lewati.
Setelah sampai di ruangan yang Arumi tuju, dengan sedikit ragu, akhirnya Arumi membukakan pintu untuk Erlan.
Arumi kini melihat Erlan yang berdiri di hadapannya dengan baju yang sedikit basah sambil menenteng kotak besar di tangannya.
Arumi belum bersuara, Arumi masih tak bisa berkata-kata di hadapannya. Setelah kejadian beberapa waktu lalu.
Arumi melihat Erlan merogoh ponsel miliknya di saku celananya lalu ia memperlihatkan layar ponselnya itu pada Arumi.
Arumi melihat sebuah pesan dari Suaminya.
"Mas Ibrahim yang minta aku ke sini. Dia minta tolong sama aku buat benerin listrik di rumah ini." Ucapan Erlan seolah menjawab rasa penasaran Arumi.
Rasa penasaran tentang niat tujuan Erlan datang ke rumahnya.
"Gak usah. Aku nunggu Mas Ibrahim aja." jawab Arumi dengan suara yang ia buat ketus.
Arumi hampir menutup pintu. Tapi Erlan berusaha mencegahnya. Ia menahannya dengan satu telapak tangannya dengan sangat mudah.
"Kamu boleh terus menghindariku. Tapi setelah ini. Setelah aku benerin listrik di rumah kamu. Kata Mas Ibrahim, kamu ketakutan banget. Jadi, aku gak mungkin tega biarin kamu kaya gini." Ucap Erlan menjelaskan pada Arumi.
Penjelasan yang sedikit membuat Arumi merasa terenyuh.
Entah terenyuh karena perintah Ibrahim pada Erlan, atau terenyuh karena kesanggupan Erlan yang mau menolongnya.
Arumi akhirnya mengiyakan niatnya itu. Arumi membiarkan Erlan masuk untuk memperbaiki listrik di rumahnya.
Mereka berdua sama-sama bungkam saat Erlan tengah sibuk mengotak-atik kabel yang ada dalam kotak listrik.
Sementara Arumi hanya berdiri menunggu Erlan. Melihat Erlan yang terlihat serius dengan apa yang tengah ia lakukan.
Setelah kurang lebih setengah jam, Erlan akhirnya berhasil memperbaikinya. Listrik di rumah Arumi akhirnya menyala kembali.
Suasana rumah kembali terang, membuat Arumi kini bisa melihat dengan jelas sosok Erlan di hadapannya.
Rambutnya terlihat basah yang hampir kering. Begitu juga dengan bajunya. Arumi menduga kalau Erlan datang kesana tanpa menggunakan payung atau jas hujan.
"Makasih ya, Erlan!" Ucap Arumi saat ia melihat Erlan sedang membereskan peralatannya.
Erlan hanya menanggapi ucapan Arumi dengan senyuman kecil.
"Kamu mau minum teh dulu!" Ucap Arumi menawarkan.
"Gak usah, makasih. Aku mau langsung pulang aja. Bukannya kamu lagi menghindar dari aku."
Arumi seketika tercekat mendengar ucapan Erlan. Ia sangat berterus-terang dengan sikap Arumi sebelum ini.
"Kenapa kamu ngomong kaya gitu?"
Arumi seolah tak terima dengan tuduhan Erlan yang sebenarnya memang benar adanya.
"Bukannya kamu masih marah sama aku. Bukannya sekarang kamu benci sama aku!"
"Kata siapa? Aku sama sekali gak benci sama kamu!" Jawab Arumi menyela ucapan Erlan.
"Aku cuma... " Arumi tak meneruskan ucapannya karena merasa tak yakin dengan apa yang akan ia ungkapkan pada Erlan.
Haruskah ia jujur pada Erlan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan?
Tapi, Arumi merasa sepertinya tak mungkin. Karena hal itu hanya akan semakin memperkeruh keadaan mereka berdua.
"Arumi!" panggil Erlan dengan pandangan tertuju pada Arumi.
"Aku bener-bener minta maaf karena kejadian waktu itu. Harusnya aku tau, kamu gak terlalu menyukainya. Aku nyesel banget, Arumi." Ucap Erlan menjelaskan.
Sedangkan Arumi hanya terdiam tak mampu berkata-kata untuk menanggapi ucapan Erlan.
"Arumi!" panggil Erlan lagi.
"Aku pikir, aku sangat egois. Aku cuma menuruti perasaan aku sama kamu."
"Perasaan apa maksud kamu?" tanya Arumi seketika.
Erlan terdiam selama beberapa saat. Erlan mengatur nafasnya sebelum memulai ucapannya kembali.
"Perasaan cinta aku sama kamu, Arumi." jawab Erlan pada akhirnya.
Arumi seketika terkejut dengan apa yang di ungkapkan Erlan.
Cinta?
Benarkah apa di katakan Erlan padanya?
Benarkah Erlan mencintainya?
Pertanyaan-Pertanyaan itu seketika memenuhi isi kepalan Arumi.
"Apa maksud kamu?" Arumi berusaha memperjelas pengakuan Erlan.
"Aku beneran cinta banget sama kamu, Arumi. Aku tau perasaanku ini salah besar. Harusnya aku gak boleh kaya gini. Tapi rasa cinta aku beneran gak bisa di bendung lagi. Aku jatuh cinta sama kamu sejak pertama kali kita ketemu."
"Kamu salah mengartikan perasaan kamu, Erlan!" Arumi kembali menyela ucapan Erlan.
"Maksud kamu?" Erlan merasa bingung.
"Kamu cuma kasihan sama aku. Perasaan cinta kamu itu karena rasa iba kamu sama aku. Itu bukan cinta, Erlan. Kamu harus bisa bedain itu."
"Enggak, Arumi!" kali ini Erlan yang menyela ucapan Arumi.
"Aku gak lagi salah mengartikan perasaan aku. Aku bener-bener cinta sama kamu. Perasaanku sangat jelas, Arumi. Bukan sekedar rasa kasihan, atau alasan yang lainnya. Aku benar-benar cinta sama kamu." Ucap Erlan dengan tegas akan pernyataannya.
Kali ini Arumi kembali tak bisa berkata-kata. Arumi sibuk merenungkan kisah cinta mereka yang sangat rumit.
Kisah cinta yang tak seharusnya ada. Namun terlalu sulit untuk mereka hindari.
"Tapi aku sama kamu udah ada yang punya, Erlan." Ucapan Arumi seketika membuat raut wajah Erlan terlihat murung.
"Aku tau, Arumi. Aku sangat menyadarinya. Aku gak bakal berusaha merusak rumah tangga kamu. Walau bagaimanapun, kebahagiaan kamu jauh lebih penting.
Kamu cinta banget sama Suami kamu. Dan aku gak mungkin bisa masuk di tengah-tengah hubungan kalian."
"Kamu gak usah khawatir, yang barusan, aku cuma mau ngungkapin perasaan aku aja. Aku gak mengharapkan apa-apa. Bahkan setelah ini, bakal aku buang jauh-jauh perasaanku ini, Arumi. Aku akan berusaha lupain kamu. Aku gak bakal ngusik kamu lagi. Toh, aku juga sadar kalau perasaanku ini cuma sepihak. Perasaan kamu gak sama kaya aku. Aku tau, kamu sama sekali gak suka sama aku."
Sejenak Erlan menepuk pelan pundak Arumi. Setelah itu ia segera mengambil peralatan listriknya dan berniat meninggalkan Arumi.
Erlan hampir melangkah pergi karena pembicaraan mereka sudah benar-benar selesai.
Sedangkan Arumi seolah tak terima begitu saja. Arumi tak terima dengan keputusan Erlan.
Arumi tak terima karena Erlan sudah salah paham pada perasaannya yang sebenarnya.
Ya, Arumi seolah tak mau kehilangan Erlan begitu saja. Arumi tak mau melepaskannya.
Jadi, tanpa berfikir panjang, Arumi berlari menghampiri Erlan. Entah karena dorongan apa, Arumi dengan cepat memeluk tubuh Erlan dari belakang.
"Kamu salah, Erlan. Siapa bilang aku gak suka sama kamu!" Ucap Arumi yang kini terisak di punggung Erlan.
"Aku juga cinta sama kamu, Erlan. Aku jatuh cinta sama kamu. Walau aku tau perasaanku salah besar, tapi aku juga gak bisa membendung rasa cintaku sama kamu. Aku gak bisa menahannya, atau menghilangkannya. Aku mohon, Erlan. Jangan berniat lupain aku gitu aja."
Erlan seketika terkejut dengan apa yang Arumi katakan. Ia merasa tak percaya dengan pengakuan Arumi barusan. Begitu juga dengan Arumi.
Tapi entah kenapa, dalam pikiran Arumi saat ini berpikir, persetan dengan apa yang akan ia hadapi nanti.
Karena yang terpenting untuknya sekarang, Arumi ingin jujur pada Erlan. Arumi ingin Erlan tahu bagaimana perasaannya yang sesungguhnya.
************
************
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,