NovelToon NovelToon
Cinderella Abad 21

Cinderella Abad 21

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Anak Yatim Piatu / Beda Usia / Romansa / Pembantu
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Anim_Goh

Ditindas dan dibully, itu tak berlaku untuk Cinderella satu ini. Namanya Lisa. Tinggal bersama ibu dan saudara tirinya, tak membuat Lisa menjadi lemah dan penakut. Berbanding terbalik dengan kisah hidup Cinderella di masa lalu, dia menjelma menjadi gadis bar-bar dan tak pernah takut melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh keluarga tirinya.

***

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anim_Goh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sihir Teleportasi

(Ngomong-ngomong darimana Tuan Lionel tahu ya kalau aku datang? Dan kenapa juga aku bisa tidak sadar sudah sampai di depan kediaman keluarga Bellin? Ini aneh. Tidak mungkin doaku mempunyai sihir teleportasi. Hal seperti itukan sangat mustahil terjadi)

Lisa termangu memikirkan keanehan yang baru saja terjadi. Begitu dibawa masuk ke dalam rumah Tuan Lionel, dia baru teringat akan tujuannya. Bagaimana bisa dia sampai di sana? Berarti jarak antara rumah Tuan Richard dengan rumah ini tidak begitu jauh? Astaga, tengkuk Lisa sampai meremang memikirkan kemungkinan yang bisa terjadi.

"Apa yang sedang kau lamunkan?" tanya Lionel sembari menatap seksama pada gadis di hadapannya. Untuk menghindari omelan sang ibu, dia sengaja membawa Lisa ke salah satu ruangan yang hanya dia saja yang memegang kuncinya. "Dari tadi kau terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Ada apa?"

"Tuan, sudah berapa lama Tuan Richard bekerja di rumah ini?" sahut Lisa balik melayangkan pertanyaan.

"Sudah cukup lama. Kurang lebih hampir enam tahun, atau lebih tepatnya Richard bekerja di sini setelah aku .... "

Ucapan Lionel terhenti. Rasanya di dalam tenggorokan seperti ada duri yang bermunculan saat bayangan kecelakaan itu melintas dalam ingatan.

Plaakkk

"Aww! Lisa, apa-apaan kau. Kenapa memukulku!" pekik Lionel kaget setengah Lisa menggeplak lengannya dengan kuat.

"Kau ini payah sekali, Tuan. Mau sampai kapan terkungkung masa lalu? Lupakan saja. Itu hanya membuatmu terlihat seperti pecundang."

"A-apa? Pecundang?"

"Ya, pecundang. Pe-cun-dang. Bisa mengeja kata dengan baik 'bukan? Jika ya, itulah dirimu sekarang. Kaya dan tampan, tapi lemah dalam menghadapi kehidupan. Apa sih untungnya terus memikirkan kejadian yang sudah berlalu? Membuang waktu saja. Huh!"

Sungguh, perkataan Lisa sangat amat tajam untuk ukuran seorang pelayan. Dan anehnya perkataan tersebut mampu membungkam seorang Lionel Bellin yang adalah pria dewasa. Bayangkan, gadis miskin yang usianya belum genap tujuh belas tahun, seenaknya bicara tanpa mempedulikan status lawan bicaranya. Ini langka.

"Tuan, coba sekarang kau ceritakan sedetail mungkin trauma apa yang telah mengubahmu menjadi seperti kura-kura tua. Siapa tahu aku bisa berbagi saran," ucap Lisa serius.

"Tidak ada yang perlu ku ceritakan." Lionel membuang muka.

"Sok jual mahal sekali. Inilah kenapa kau pantas disebut sebagai pecundang."

"Jaga ucapanmu, Lis. Ingat statusmu di sini."

"Aku seorang pelayan, itu fakta. Tetapi kau? Seorang kaya raya dan dewasa sepertimu, terjebak oleh rasa trauma yang berkepanjangan. Apa sih yang membuatmu takut untuk bercerita? Takut aku bermulut ember lalu menceritakan rahasiamu pada orang lain? Tenang, Tuan. Kalau masalah seperti ini dijamin akan sangat aman di tanganku. Selain tidak memiliki ponsel, aku juga tidak punya teman bergibah. Paling jauh aku hanya akan bercerita pada binatang kecil yang kutemui saat bersih-bersih rumah," ucap Lisa mencoba mendesak Tuan Lionel agar mau bercerita.

Ponsel? Lionel menemukan celah untuk menghentikan Lisa agar tidak mengulik masa lalunya. Segera setelah itu dia merogoh benda pipih yang berada di dalam saku celana.

"Kau menginginkan ini 'bukan?"

"Oh ponsel. Ya, aku menginginkannya."

Kedua mata Lisa berbinar. Ini dia kunci emas yang akan mengantarkannya pada sayembara itu. Dalam hati Lisa berdoa semoga hadiah yang ditawarkan sangat besar. Dengan begitu dia bisa mempunyai sedikit tabungan untuk masa depannya kelak.

"Boleh-boleh saja kau meminjam ponselku, tapi ada syaratnya."

"Syarat?" Lisa mengerutkan kening. "Syarat apa itu?"

"Beritahu aku kenapa kemarin kau menghilang. Juga kenapa bisa tiba-tiba muncul di depan rumahku begitu mendengar ada sayembara. Kau punya tujuan tertentukah?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh Lionel sukses membuat Lisa terdiam. Dia bingung harus menjawab bagaimana. Lisa sendiri saja tidak tahu mengapa dirinya bisa sampai di depan rumah keluarga Bellin. Padahal jalan yang dia lalui bukan jalan yang biasa dia lewati saat akan datang ke rumah ini. Sangat aneh.

"Diammu ku anggap sebagai jawaban iya. Kau datang kemari bukan sebagai pelayan, tapi mata-mata. Benar?" tandas Lionel kecewa mengetahui fakta yang ada.

"Hei hei, tuduhan macam apa itu. Dari sudut mana kau menganggapku sebagai mata-mata?" protes Lisa kaget. Yang benar saja. Sambil berkacak pinggang, dia menatap garang sosok pria dewasa di hadapannya. "Tuan Lionel, asal kau tahu saja ya. Aku bahkan tidak tahu kalau di dunia ini ada keluarga yang bernama Bellin. Selama ini hidupku hanya berputar sebagai pembantu di rumahku sendiri. Jangankan untuk melihat dunia luar, pendidikanku saja hanya sampai sekolah dasar. Dengan kehidupan semenyedihkan ini bagaimana mungkin aku menjadi mata-mata? Yang benar saja kalau mau menuduh orang!"

"Menjadi pembantu di rumah sendiri?"

"Ya. Dan itu terjadi setelah ayahku meninggal. Aku dituduh sebagai penyebab beliau berpulang ke sisi Tuhan dan dipaksa menjadi pelayan sebagai penebusan dosa. Kalau bukan karena takut dengan murka Tuhan, sudah sejak lama aku menenggak cairan pembersih lantai supaya bisa terbebas dari neraka sialan itu. Tahu!"

Napas Lisa menderu setelah melakukan pembelaan diri. Tak puas sampai di sana, dia ganti memaki orang yang telah menabrak ayahnya.

"Aku doakan semoga hidup manusia tak bertanggung jawab yang telah menabrak Ayah hingga meninggal menjadi tidak tenang sebelum meminta maaf padaku. Aku tidak terima dengan ketidakadilan ini. Gara-gara dia hidupku jadi sengsara dan sekarang dituduh sebagai mata-mata. Pokoknya aku tidak terima. Titik!"

Deg

(Jadi ayahnya Lisa meninggal karena menjadi korban tabrak lari? Jangan-jangan .... )

Mendadak kepala Lionel jadi pusing sekali saat membayangkan kemungkinan kalau dialah yang menjadi penyebab orangtua Lisa meninggal dunia. Lionel hampir saja terjatuh kalau Lisa tak sigap menarik tangannya.

"Uhh tubuhmu berat sekali," keluh Lisa kepayahan.

"Menjauh dariku!" Tiba-tiba Lionel menjadi emosional. Jantungnya berdetak cepat sekali.

"Ck, sudah tahu lemah masih saja tak tahu diri. Lihat hidungku. Gara-gara sok kuat aku jadi mencium lantai."

"Apa peduliku? Cepat menjauh."

"Ya sudah,"

Dan ....

Brukkk

Lionel jatuh terjerembab ke lantai. Melihat hal itu Lisa tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha, rasakan! Itu akibatnya kalau keras kepala. Bukannya bersyukur sudah ditolong, malah bersikukuh memintaku menjauh. Memangnya enak itu pantat mencium lantai yang keras. Hehehe," ejek Lisa tanpa merasa takut.

"Kau!"

Jengkel sekaligus malu, Lionel buru-buru berdiri kemudian pergi dari ruangan itu. Akan tetapi ketika tangannya ingin membuka pintu, Lisa tiba-tiba bergelayut di kaki. Lionel mendengus kemudian menunduk hendak memarahi gadis tersebut.

"Lepas, atau aku akan menendangmu dengan keras."

"Tuan, pembicaraan kita belum selesai. Jangan pergi. Oke?"

"Jangan merengek. Aku jijik melihatnya!"

"Jangan pergi dulu. Ya?"

Seperti anak anjing, Lisa mengerjap-ngerjapkan mata merayu Tuan Lionel agar tidak pergi. Bukan berniat menggoda, tapi Lisa butuh ponsel milik pria ini untuk mencari tahu tentang sayembara itu.

(Astaga, kenapa jantungku semakin kencang detakannya? Dan mata itu ... oh sh*t! Lisa sangat imut. Aku tidak tahan melihatnya. Apa yang harus ku lakukan sekarang?)

"Ekhmmm! Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Lionel tanpa berani melihat ke bawah. Lisa terlalu menggemaskan. Dia takut tak bisa menahan diri.

"Pinjami aku ponsel, maka kau bebas," jawab Lisa penuh semangat.

"P-ponsel?"

"Iya. Aku butuh benda itu untuk mendaftar sayembara."

Sriinggg

Sebuah smirk lebar muncul di bibir Lionel begitu tahu kalau Lisa merengek bukan karena ingin menggodanya, melainkan karena ingin meminjam ponsel. Apakah dia terlalu berharap? Astaga, sangat konyol.

***

1
Osie
ini cerita ttg cinderella jaman now or cerita komedi ya..hampir kram perutnya nahan ketawa
Anim_Goh: Cinderella kak, tapi agak lain Cinderella satu ini. harap maklum ya 🤣
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut, crazy up thor
Anim_Goh: hehe, siap kak
total 1 replies
Anto D Cotto
menarik
Anim_Goh: terima kasih sudah mampir kak
total 1 replies
Osie
lisa kapan normalnya sih/Facepalm//Facepalm/
Anim_Goh: wkwkwkwk, maafkan ya kak
total 1 replies
Osie
Richard nih ayam berbulu musang kali yaaa
Anim_Goh: sejenisnya kak 🤣🤣
total 1 replies
Murni Dewita
👣
Osie
cinderella jaman now..tapi dimataku lisa msh lah sgt lemah..sosok wanita tangguhnya blm kelihatan sama sekali
Anim_Goh: hehe, iya kak sabar ya. kita pelan2 dulu munculin karakternya
total 1 replies
Osie
aku mampir nih. udah baca bbrp bab n ekspektasiku lisa sosok wanita tangguh n g cengeng dan juga smart
Anim_Goh: wah, makasih banyak udah mau mampir ya kak
total 1 replies
Ita Xiaomi
Kocak😁
Anim_Goh: siap kak. hehe
Ita Xiaomi: Sama2x kk.
Semangat berkarya kk.
Berkah&sukses selalu.
total 3 replies
Andi Jumriani Djufri
Supaya ceritax dilanjutkan
Anim_Goh: insyaallah up setiap hari kak
total 1 replies
Professor Ochanomizu
Inspiratif!
Channa Lotus
Saya mengikuti cerita ini dengan antusias, author jangan berhenti ya!
Anim_Goh: terima kasih banyak sudah berkenan membaca. ke depannya aku akan lebih bersemangat dan aktif lagi dalam membaharui novel ini 😀
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!