Thomas dan Sarah pernah menikah selama 2 tahun sebelum akhirnya bercerai karena Thomas takut pekerjaan aslinya sebagai Intelijen membahayakan Sarah. 7 Tahun kemudian mereka di pertemukan kembali. Sarah menjadi manager event di hotel yang membantu persiapan pernikahan Thomas dan anak pemilik hotel luxury, Rachel. Pernikahan itu adalah misi dari Badan Intelijen tempat Thomas bekerja, yaitu untuk menangkap dan mengungkap bisnis internasional terkait obat terlarang oleh Ayah Rachel, Alex. Setelah menikah, Thomas menduduki jabatan sebagai General Manager di hotel Luxury. Pertemuan setiap hari dengan Sarah tidak bisa di hindari. Benih cinta kembali tumbuh di hati Thomas. Namun, Sarah masih membenci Thomas karena dulu seketika meninggalkan dan menceraikannya. Kehadiran Maxim sebagai Manager Humas baru di hotel luxury, membuat Thomas makin cemburu karena ternyata Maxim menyukai Sarah dan Sarah pun menyukai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chubby_Writter, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Thomas Terbakar Cemburu
"Masuklah dan perkenalkan diri anda." Perintah Thomas.
Pintu ruang rapat terbuka. Nampak seorang pria tampan berwajah blasteran dengan perawakan tubuh tinggi atletis dan mengenakan setelan jas pipinya. Ia berdiri di samping Thomas, Ia mulai memperkenalkan diri. "Selamat pagi semua, perkenalkan nama saya Maxim yang akan menjabat sebagai Manager Humas baru. Mohon kerjasamanya."
Mata Sarah melotot seakan tidak percaya dengan yang di lihatnya.
Maxim yang melihat Sarah pun nampak terkejut. Ia dengan spontan menyapanya. "Nona Sarah, apakah itu kau?"
Thomas yang mendengar Maxim memanggil Sarah kemudian mengepalkan kedua tangannya di bawah meja.
Sarah hanya bisa tersenyum kaku sambil mengangguk.
Maxim merasa sangat bahagia. Baru saja tadi malam Ia pasrah jika tidak bisa bertemu lagi dengan Sarah. Tapi kini, takdir malah menuntunnya bisa bertemu dengan Sarah setiap hari.
Tatapan penuh arti dari Maxim makin membuat Thomas tambah meradang. Thomas paham betul sebagai sesama pria, jika arti dari tatapan Maxim pada Sarah adalah Maxim menyukai Sarah.
Ruben yang sejak tadi mengamati perubahan wajah Thomas, dengan segera mengirim pesan pada Charlie.
✉️Ruben : Saingan baru untuk Thomas sudah hadir, Charlie. (Sambil mengirim foto dan biodata lengkap Maxim)
✉️Charlie : Baguslah, aku tidak jadi mengirim Marcell ke sana. Bagaimana ekspresi wajah Thomas saat ini?
✉️Ruben : Sangat buruk. Bahkan ruangan ini bisa sedingin kutub tanpa menyalakan AC (Sambil mengirim foto wajah Thomas)
Charlie tersenyum setelah menerima pesan dari Ruben. Ia menatap ke arah foto Ia dan seluruh anggotanya. Dalam foto itu Ia bersebelahan dengan Thomas dan merangkulnya.
"Aku tidak bisa memperbaikinya sekaligus Thomas. Biarkan aku memperbaikinya perlahan untukmu. Anggap saja inj sebagai penebus dosaku karena memisahkan kalian. Aku juga tidak bisa menjamin hasil akhirnya bagaimana. Aku akan berusaha semampuku mengembalikan istri tercintamu. Selebihnya soal takdir, kita hanya bisa berserah pada Tuhan." Lirih Charlie dengan mata berkaca-kaca.
•••
Selesai rapat Maxim menghampiri Sarah. Keduanya pun tampak sangat akrab saat berbicara.
"Nona Sarah, apa kau tau tempat makan siang enak di dekat sini? Aku belum mengenal daerah ini." Tanya Maxim.
Sarah mengangguk. "Apa kau suka seafood Tuan Maxim?"
"Aku suka apapun Nona Sarah. Aku bisa makan semua jenis makanan."
"Baiklah, aku akan mengajakmu makan seafood di pinggir pantai dekat sini Tuan Maxim."
Mata Maxim berbinar. "Benarkah? Aku berterima kasih sekali Sarah. Hmmm... Karna kita seumuran, aku rasa lebih baik kita panggil nama saja tanpa ada embel-embel tuan dan nona. Bagaimana?"
"Baiklah Maxim. Aku merasa senang juga akhirnya mempunyai teman baru."
Keduanya berjalan menuju ke lift untuk turun ke lantai dasar. Saat pintu lift terbuka, Thomas dan Ruben sudah ada di dalamnya. Tanpa canggung Sarah dan Maxim menganggukan kepala tanda hormat dan ikut masuk ke dalam lift.
Mata Thomas terus mencuri pandang ke arah Sarah dan Maxim. Keduanya berbincang sambil sesekali tertawa kecil.
Darah Thomas terasa seakan mendidih. Ruben yang menyaksikan hal itu hanya bisa tertawa dalam hati.
"Sarah, kita berangkat ke sana naik mobilku saja. Kau cukup menujukkan jalannya, biar aku yang menyetir."
"Hum...Baiklah Max..."
"Wah aku senang sekali kau memanggilku Max. Hanya orang terdekatku seperti ibu dan nenekku saja yang biasa memanggilku Max."
"Benarkah? Aku tidak tau itu Max." Ucap Sarah sambil menggaruk kepalanya.
Sarah benar-benar tidak peduli dengan kehadiran Thomas di sana. Ia hanya fokus mengobrol dengan Maxim. Hal ini tentu saja karena Sarah hanya menganggap Maxim teman kerja. Sementara Thomas seperti sudah mengeluarkan asap di kepalanya melihat tingkah mereka berdua, karena Thomas menganggap Maxim adalah saingannya.
Ketika pintu lift terbuka. Thomas dan Ruben lebih dulu keluar. Dengan mode dingin, Thomas berjalan lurus tanpa memperhatikan sekelilingnya. Ia segera menuju ke dalam mobilnya dengan penuh amarah.
•••
Ruben sejak tadi menatap Thomas yang masih nampak emosi melalui kaca spion di tengah mobil.
"Thomas... Tenanglah... Mungkin mereka hanya berteman biasa. Kau jangan sampai menampakkan rasa cemburumu ini secara berlebihan."
Thomas memberikan tatapan tajam pada Ruben.
"Walaupun hanya berteman aku tidak suka. Sejak dulu Sarah tidak pernah dekat atau berteman dengan pria manapun. Hanya aku yang selalu ada bersamanya sejak dulu. Wajar jika aku cemburu, dia masih istriku Ruben!" Bentak Thomas.
"Apa aku perlu minta bantuan anggota lain untuk mengikuti mereka?" Tawar Ruben.
Thomas hanya mengangguk pelan. "Tapi jangan katakan apapun pada Charlie."
Ruben hanya mengangguk sebagai formalitas.
Lagi-lagi Ruben sudah lebih dulu melapor pada Charlie saat mereka sedang berada di dalam lift tadi. Soal kesetiaan dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas, Ruben memang selalu bisa diandalkan.
Itu sebabnya Charlie selalu percaya jika mengirim Ruben dalam berbagai kegiatan yang juga melibatkan Thomas. Ruben memiliki kepribadian yang tenang dan teliti, sehingga sangat cocok mendampingi Thomas yang memiliki kepribadian dengan tempramen cukup buruk dan selalu bertindak gegabah.
"Baiklah. Kau ingin makan siang dimana?" Tanya Ruben.
Thomas menyandarkan kepalanya di head rest bangku mobil itu."Entahlah. Aku tidak memiliki nafsu makan."
•
•
Bersamaan dengan itu, Sarah dan Maxim baru saja tiba di parkiran dan akan segera masuk ke mobil sport berwarna merah milik Maxim.
"Bagaimana jika kita makan siang sambil mengikuti mereka? Tapi jika kau tak sanggup melihat kedekatan mereka sebaiknya tidak usah." Goda Ruben sambil melirik ke samping kaca jendela mobil.
Seketika Thomas langsung membuka matanya. Ia melihat Maxim membukakan pintu untuk Sarah layaknya adegan romantis di film-film.
Thomas mengepalkan tangannya sambil mengumpat. "Sialan! Beraninya dia mendekati Sarah dengan trik kampungan itu."
"Ayo ikuti mereka Ruben! Aku takut Ia akan berbuat kurang ajar pada Sarah. Lihat saja akan ku patahkan lehernya jika dia berani macam-macam dengan Sarahku."
Ruben kemudian tertawa. "Bukankah kemarin kau yang sudah berbuat kurang ajar dan macam-macam di ruang rapat pada Sarah hingga dia menjerit?"
"Itu bukan kurang ajar dan macam-macam. Itu aku memberinya nafkah yang sudah lama aku tunda. Dan dia bukan menjerit karena sakit tapi karna menikmatinya."
Ruben hanya mengerucutkan bibirnya. "Cih... Itu hanya pengalihan isu dari sifat mesum-mu. Sudah, kupingku yang suci ini kembali ternoda dengan ucapanmu barusan."
Thomas hanya tertawa sinis. "Tidak heran jika umur segini kau masih perjaka. Cepat carilah gadis, maka kau akan tau sendiri. Atau kau bisa minta bantuan pada Valery untuk mengajarimu."
"Valery sudah jadi milik Charlie. Sekarang Valery sudah tidak bisa bebas seperti dulu." Ketus Ruben.
Thomas kaget dengan ucapan Ruben. "Hah? Benarkah itu? Kenapa aku tidak tau?"
"Sudah sejak lama. Kau tidak mungkin tau, karena kau sudah sibuk dengan urusanmu dan Sarah." Sindir Ruben.
•••
Setelah beberapa saat menempuh perjalanan. Mereka akhirnya sampai di sebuah resto seafood di pinggir pantai.
Dengan cekatan, Maxim kembali membukakan pintu untuk Sarah. Dan Sarah terlihat tersenyum menerima perlakuan manis Maxim.
Saat hendak menyebrang menuju resto, sebuah motor dengan kecepatan tinggi hendak menabrak Sarah. Spontan tangan Maxim menarik tubuh Sarah hingga tubuh Sarah menempel sempurna di dada bidang Maxim.
Adegan romantis itu tertangkap langsung oleh pandangan Thomas yang baru saja tiba disana.
"SIALAN KAU MAXIM!!!!" Pekik Thomas dari dalam mobil dan bergegas hendak turun dari mobilnya.
...----------------...
Bersambung ke Bab Selanjutnya.
Bantu komen, like, dan subscribe ya pembaca yang baik hatinya...🙋🏻♀️
Follow IG baruku ya. @Chubby_writer1. Terima kasih🙏