NovelToon NovelToon
Another Life

Another Life

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam / Si Mujur
Popularitas:165.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: Caca Lavender

Bagaimana jika kamu yang seharusnya berada di ambang kematian justru terbangun di tubuh orang lain?

Hal itulah yang terjadi pada seorang gadis bernama Alisa Seraphina. Ia mengalami kecelakaan dan terbangun di tubuh gadis lain. Alisa menjalani sisa hidupnya sebagai seorang gadis bernama Renata Anelis Airlangga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca Lavender, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6

Gadis bungsu Airlangga itu kembali menjalani hari sebagai seorang siswa dengan predikat ‘target perundungan’. Para siswa kembali menghujani Rena yang sedang berjalan menuju kelas dengan hinaan-hinaan kasar.

Rena masih diam. Bedanya, jika sebelumnya ia diam karena mencoba tidak peduli, kali ini ia diam karena menahan amarah yang sudah hampir mencapai batas. Perlakuan teman-temannya dan keluarganya sudah cukup untuk memupuk kebencian dalam hati Rena. Batin gadis itu bertanya-tanya, bagaimana Rena yang asli bisa cukup kuat menahan semua ini selama 18 tahun.

Sejak pagi, Rena tidak bisa fokus dengan pelajaran. Selain karena teman di belakangnya yang tidak berhenti melemparinya dengan bulatan-bulatan kertas kecil, perutnya juga terasa melilit. Tidak heran jika ia merasa sangat lapar, karena tadi pagi dirinya melewatkan sarapan.

Ketika bel istirahat berbunyi, Rena langsung mengeluarkan kotak bekalnya. Ia sudah tidak bisa menahan lapar lagi. Isi kotak bekalnya pun tidak banyak, hanya ada 3 potong apel dan dua butir telur rebus. Tidak mengenyangkan, tapi setidaknya bisa mengganjal perutnya. Namanya saja juga diet. Bukan diet biasa lagi, Rena memilih diet ekstrem.

Prak!

Saat hendak mengambil potongan apel, tiba-tiba kotak bekalnya disenggol hingga jatuh ke lantai dan isinya tumpah berhamburan.

“Ups! Maaf ya, tanganku licin. Tapi kamu harus berterima kasih padaku juga sih, hitung-hitung biar kamu cepet kurus,” ucap gadis yang tadi menyenggolnya.

Lagi-lagi disusul dengan suara tawa yang sangat Rena benci. Wah, Rena baru menyadari kalau suara tawa manusia bisa terdengar sangat menyebalkan di telinganya.

Sudah memendam amarah dan rasa benci, kini ada saja yang mengganggu acara makan siangnya. Tahu sendiri kan, kalau seseorang yang lapar bisa lebih cepat marah dan berlaku impulsif.

Sret! Grep!

“Akh!!”

Seluruh siswa menatap terkejut Rena yang tiba-tiba berdiri dan menarik rambut panjang salah satu teman mereka yang tadi menyenggol bekal makan Rena. Sontak nyali mereka menciut ketika melihat tatapan mata Rena yang tajam dan penuh kebencian. Tatapan mata yang tidak mereka kenal, itu bukan tatapan milik Rena si pengecut yang selalu mereka rundung.

Plak! Plak! Plak!

Suasana kelas mulai ricuh saat Rena menampar dengan membabi buta sisi wajah gadis yang tengah meronta kesakitan itu. Beberapa teman gadis itu mulai mendekat hendak menolong.

“Rena! Lepasin Sonia!” seru mereka sambil berusaha menarik badan Rena.

Tentu saja mereka masih kalah dengan kekuatan fisik gadis 85 kg itu. Rena bersyukur dalam hati karena diberi tubuh besar hingga bisa melawan gadis-gadis kurus itu.

Sret! Plak!

“Aakh! Sakit, Bodoh!!” teriak gadis bernama Sonia itu.

Grep!

Sonia berhasil meraih rambut Rena dan balas menjambaknya. Beberapa teman yang lain juga ikut menjambak dan memukuli Rena. Rena yang merasa sakit karena pukulan dan jambakan itu sontak mengencangkan genggamannya di rambut Sonia.

Sonia yang sedang meronta itu, kemudian melayangkan tangan kirinya untuk mencakar wajah Rena.

Srett!

“Aakh!”

Jambakan Rena di rambut Sonia langsung terlepas saat gadis itu merasakan perih di ujung kelopak mata kanannya. Rena menyentuh bagian yang terasa perih itu. Ia pun menggeram kesal saat melihat bercak darah yang baru saja ia gunakan untuk menyentuh ujung kelopak matanya.

“Sialan,” desis Rena yang kemudian melayangkan tinjuan kepada Sonia.

Bugh!

K.O.

Gadis mungil yang suka merundung Rena itu pun langsung pingsan di tempat.

...----------------...

Dan di sinilah Rena berada, di ruangan kepala sekolah. Ia tidak paham kenapa dipanggil sendirian sebagai pelaku kekerasan di sekolah. Padahal ada beberapa anak yang menyerangnya juga, tapi mereka tidak ikut dipanggil ke ruangan kepala sekolah.

“Rena, kamu tahu apa kesalahanmu?” tanya kepala sekolah dengan nada dingin.

Mungkin sudah terbiasa dengan nada dingin papa arogannya di rumah, Rena jadi tidak merasa terintimidasi sama sekali.

“Memangnya apa salah saya?” balas Rena dengan nada santai.

Kepala sekolah menatap terkejut karena ucapannya dibalas tidak sopan, “masih berani bertanya juga? Kamu sudah berbuat kekerasan di sekolah, Rena!”

Rena terkekeh pelan, “memangnya bapak peduli apa dengan kekerasan di sekolah? Lalu, bapak kemana waktu saya dirundung oleh satu sekolah?”

Rahang kepala sekolah itu mengeras mendengar ucapan sinis salah satu siswanya itu. Selain kesal karena Rena berani membalas, pria itu juga kesal karena ucapan Rena memang benar adanya. Selama ini para guru hanya menutup mata melihat perundungan yang terjadi pada Rena. Mereka menganggap itu hanya kenakalan remaja biasa.

“Lebih baik kamu diam saja, biar papamu yang menyelesaikan semuanya,” ucap kepala sekolah itu.

“Papa saya mana mungkin datang, beliau kan tidak peduli dengan saya,” ketus Rena.

Cklek

“Selamat siang, Pak.”

Rena dan kepala sekolah menoleh ke arah pintu yang baru saja dibuka. Rena cukup terkejut melihat papanya yang datang ke sekolah untuknya. Lebih tepatnya, untuk reputasi keluarga Airlangga.

“Siang, Tuan Hendra,” sapa kepala sekolah dengan ramah, berbanding terbalik dengan sikapnya saat berbicara dengan Rena tadi, “silahkan, duduk. Kita bicarakan masalah anak-anak secara kekeluargaan.”

‘Kekeluargaan, kepala kau?! Sudah menjadikan aku pelaku, masih saja berani menyelesaikan kasus perundungan secara kekeluargaan. Cih, menjijikkan!’ cibir Rena dalam batinnya.

...----------------...

Pelajaran berjalan seperti biasa. Semua orang bersikap seolah tidak ada yang terjadi, padahal beberapa jam yang lalu baru saja terjadi keributan di kelas XII MIPA 1. Semua itu berkat kekuasaan Hendra Airlangga yang bisa membuat pihak sekolah dan orang tua Sonia bungkam.

Hal baiknya adalah tidak ada lagi yang berani melempar barang-barang ke arah Rena. Entah itu hanya terjadi saat ini atau seterusnya. Rena tidak ingin terlalu memikirkannya. Toh, kalau ada yang berani mengganggunya lagi, tinggal ia tampar dan pukul, selesai.

“Ujian kelulusan akan dilaksanakan bulan depan, lalu dua bulan lagi akan dilaksanakan seleksi nasional masuk perguruan tinggi. Persiapkan dengan sebaik mungkin. Baik yang mau masuk perguruan tinggi negeri ataupun swasta, silahkan berkonsultasi dengan guru BK,” ucap wali kelas sebelum menutup pembelajaran hari ini.

Setelah bel pulang berbunyi, Rena langsung melangkah keluar dari kelas. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, jalan pulang Rena kali ini bebas hambatan. Tidak ada yang berani mendekatinya, bahkan tidak terdengar cemoohan yang ditujukan kepadanya.

“Cih, seharusnya seperti ini dari dulu,” gumam Rena dengan sudut bibir terangkat.

...----------------...

Rena tetap seorang siswa kelas 12 yang sibuk mempersiapkan seleksi masuk perguruan tinggi. Pulang sekolah jam 3 sore, lanjut bimbel hingga jam 8 malam. Jika biasanya Rena langsung pulang setelah bimbel, malam ini ia mampir ke sebuah kedai mie pangsit.

“Paman, ayo, kita makan mie~” seru Rena bersemangat sambil menarik tangan sopir pribadinya.

“Nona, saya tunggu di luar saja,” ucap sopir berusia 40-an itu merasa tidak enak.

“Ih, kenapa di luar? Ayo paman makan denganku,” ajak Rena.

Sopir dan majikan itu pun duduk berhadapan di sebuah bangku di dalam kedai mie pangsit itu. Sopir bernama Rudi itu pun tersenyum kecil melihat nona muda itu tampak antusias menunggu mie pangsit pesanannya.

“Nona sedang senang, ya?” tanya Rudi.

Rena tersenyum lebar, “hehe… kelihatan ya, Paman?”

Pertanyaan itu dibalas anggukan oleh Rudi.

“Aku senang karena hari ini bisa membalas teman-temanku yang kurang ajar,” ucap Rena puas, “makanya hari ini aku mau self-reward makan mie pangsit.”

Rudi tersenyum mendengarnya, lalu berucap pelan, “sudah lama saya tidak melihat senyum Nona Rena.”

Rena cukup tertegun dengan ucapan sopir pribadinya. Hatinya menghangat, ia seperti merasakan kehadiran sosok ayahnya yang dulu. Ayah Alisa yang tinggal di desa asalnya yang damai dulu.

Untuk pertama kalinya, Rena merasakan ketulusan di kehidupan barunya ini.

...----------------...

1
Ahsin
dsr bego jd cewek lembek hadehh bkin emosi bacanya kpn mau bls dendam bego
Iis Kurniasih
lanjutannya lama banget thor.....
CaH KangKung,
👣👣
NOiR🥀
hehe cerdas
Aliyah Rengat
mana lanjutan nya Thor
Ade Olif
knp bab nya ga bisa dibuka
iis juarsa
ditunggu up nya author 😊
siti nurkhasanah
lanjutkan Thor keren ceritanya
Nitnot
dapet banget, othor sayang... lanjut yyyy
Nitnot
Luar biasa
Aliyah Rengat
mana lanjut an nya Thor
Ayu Dani
itulah realitanya hidup memang bgtu rena
Ayu Dani
lagian aneh banget si rena asli masa anak orang kaya males segala-galanya cuma main games aja kalo gue sih perawatan biar cantik gak gendut ya Thor wkwkwkwk/Grin//Grin//Grin/
Aliyah Rengat
Thor mana lanjut an nya
Nuryuniati Haryono
setuju banget.. biar p Hendra tambah geram... 😁😁
mentari
huft.. seandainya Nathan itu sebenarnya crazy rich yang cossplay jd artis. kira2 hendra gimana ya reaksinya.
Iis Kurniasih
Author ko Rena yg asli yg ada ditubuh Alisa tidak diceritakan..... bagaimana kehidupannya.... hrsnya diselipkan jg ceritanya Author..... 💕
Caca Lavender: di chapter belakangan ya kak...
total 1 replies
Iis Kurniasih
/Rose//Heart/
alina@
menarik. berharap Nathan nya ada indentitas tersembunyi yang membuat kalah telak 2 keluarga.
Ayu Dani
ngeselin banget apa gunanya coba ternyata sama lemahnya ngeselin dech
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!