Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan Dara
Dara berusaha bangkit walaupun badannya sakit semua, dia harus keluar dari toilet dan tidak boleh ketahuan.
Bukannya dia menormalisasi pembullyan, hanya saja posisinya sekarang serba salah. Kalau Dara melapor pada pihak sekolah, kehamilannya pasti akan ketahuan jika dia diperiksa dokter.
Dara tidak mau hal itu terjadi.
"Aku ingin kembali ke asrama," gumam Dara yang buru-buru menuju kelasnya untuk mengambil tas.
Sebelum teman-teman satu kelasnya kembali ke kelas setelah selesai berolah raga, Dara harus cepat pergi.
Namun, rupanya gerak-geriknya itu diamati oleh Fiona yang merasa curiga dengan sikap Dara akhir-akhir ini.
Gadis itu harus mencari tahu, dia ikut pergi ke asrama dengan alasan tidak enak badan.
Dari belakang, Fiona mengikuti Dara saat gadis itu akan menutup pintu kamar asramanya, dengan cepat Fiona berusaha menahannya.
"Tunggu!" cegah Fiona seraya menahan pintu.
"Fi... Fio..." Dara tidak menyangka kalau Fiona akan mengikutinya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Fiona sebenarnya ingin tidak peduli. Tapi hatinya berkata lain, seolah dia terus didorong untuk melihat keadaan Dara.
Pupil mata gadis itu membesar ketika melihat wajah Dara yang lebam.
"Siapa yang melakukan ini padamu?"
Akhirnya Fiona memaksa masuk kamar, Dara tidak bisa menahan tangisnya lagi, gadis itu memeluk Fiona dan menangis sejadi-jadinya.
Fiona cukup pengertian, dia membiarkan Dara menangis sampai semua emosinya terluapkan. Setelah tenang, dia mengambil air putih.
"Minumlah!" pintanya.
Dara meminum air putih itu sampai tandas, sesekali dia sesegukan karena baru saja berhenti menangis.
"Sini aku lihat lukamu," Fiona memeriksa wajah Dara dan mencoba melihat luka lainnya.
Ternyata bukan hanya di wajah tapi ada beberapa bekas cakaran di tangan gadis itu.
"Kau akan diam saja dan kabur seperti ini?" tanya Fiona jadi gusar.
"Jangan beritahu siapapun, aku mohon," balas Dara. Sepertinya dia tidak bisa menyembunyikan rahasia kehamilannya pada Fiona.
"Aku sangat membenci diriku yang seperti ini tapi ada yang harus aku lindungi," lanjutnya.
Dara mengambil kotak yang berisi susu hamil pemberian Galang, dia keluarkan dari dalam lemarinya.
"Kau penasaran bukan apa isi kotak ini?"
Gadis itu pun membuka dan Fiona langsung melihat kotak yang berisi banyak susu hamil.
"Apa ini maksudnya?" tanya Fiona. "Kau...?"
"Aku hamil. Jadi, aku tidak boleh ketahuan pihak sekolah atau beasiswaku dicabut," jelas Dara.
"Dara!?" teriak Fiona seraya memegang kedua bahu temannya itu. "Apa aku tidak salah dengar?"
"Jadi, ini yang membuatmu bersikap aneh?"
Dara kembali menangis, dia sangat membenci dirinya sendiri. "Aku tidak mau berbuat kesalahan lagi, aku ingin bayinya selamat!"
"Oh Tuhan..." Fiona mengacak rambutnya sendiri karena masih sangat syok. Sekarang dia tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Walaupun dia tidak membenarkan tindakan Dara tapi Fiona juga akan merasa bersalah kalau hanya diam saja.
Hari itu, Fiona membantu Dara mengobati luka di tubuh gadis itu lalu meminta Dara untuk istirahat.
"Kita akan bicara lagi nanti, jangan setres atau bayinya tidak selamat," ucap Fiona.
Sebelum gadis itu pergi, Dara menahannya sebentar.
"Terima kasih, Fio. Hanya kau yang peduli padaku," ucap Dara dengan tulus.
Rasanya Fiona ingin marah pada Galang dan teman-temannya, bisa-bisanya mereka menghancurkan masa depan gadis polos seperti Dara.
Melihat Morgan yang mengantarkan susu kemarin, sudah dipastikan mereka semua tahu tentang kehamilan Dara.