Aku Bukan Adikmu

Juni menyebutkan rencananya kepada Lukas untuk mengajaknya menjalin kerjasama. Dia memanfaatkan keadaan dimana Lukas memiliki perasaan terhadap Indy. Pikirnya, orang yang sedang menyukai sesuatu gampang dikendalikan jika menyangkut dengan sesuatu tersebut.

Rencana yang hendak Juni eksekusi sudah terdengar jelas di telinga Lukas. Lelaki itu dihadapkan dengan dua pilihan, mengikutinya atau menolak saja--yang pastinya dia akan menerima konsekuensi. Lukas masih bingung untuk mengambil langkah apa. Kalau bisa memilih, dia tidak ingin terlibat dalam urusan yang rumit ini.

Ternyata dengan berfikir dalam waktu singkat yang diberikan Juni, Lukas mengiyakan dan bergabung dalam kubu Junifer. Itu saja yang ada di otaknya agar urusan lebih cepat. Kedepannya dia akan memikirkan cara lain.

Diikuti, hati tidak tenang. Tidak diikuti, sama-sama merasa tidak tenang.

Lukas mendatangi sang ayah yang biasa ia mintai saran jika tengah buntu dengan sebuah jalan. Lukas mengawalinya dengan bertanya bagaimana sang ayah bisa sukses menemani Handi merintis hingga perusahaan Handi sebesar Naga grup. Tentu tidak mudah dilakukan. Sang ayah menjawab panjang lebar yang intinya merujuk pada dua kata pamungkas, kerja keras dan setia.

Kemudian Ayah melihat raut wajah lukas penuh pikiran, beliau lantas memberi pernyataan begini, "berkhianat lah pada orang jahat, karena orang baik tidak pantas untuk dikhianati" awan mending Lukas seketika sirna. Dia sudah menemukan jalan, kemudian tidak pakai keraguan, ia menghubungi Rio.

Dari situlah berbuntut diskusi antara Lukas, Rio, Handi dan juga Indy. Manusia boleh saja berencana, ujung-ujungnya tetap Tuhan juga yang menentukan. Hari itu tiba, Handi malah mengalami kelumpuhan meskipun usaha menggagalkan rencana Juni menekan Handi untuk tanda tangan berkas telah berhasil.

Dan sekarang,

Kejadian tersebut sudah beberapa waktu berlalu. Handi diambil alih Indy untuk tinggal bersamanya. Dia ingin mengurus sang ayah, melupakan cerita pahit terdahulu karena seorang anak tidak akan tega melihat ayahnya menderita. Sementara kursi ketua diambil alih oleh Junifer setelah melewati RUPS.

Indy fokus melihat Rio mengobati Handi, "Rio, aku tidak menyangka teknik pengobatan mu terhadap Papah mengalami kemajuan signifikan. Aku sampai membatalkan pengobatan Papah ke luar negeri."

"I-ya betul. Saya beltelimakasih pa--damu Iyo." Handi sudah bisa bicara meskipun belum begitu jelas. Tangannya juga sudah bisa digerakkan sedikit demi sedikit.

"Saya berusaha melakukan yang terbaik untuk Pak Handi." Rio menjawab sambil melepaskan jarum-jarum dari tubuh ayahnya Indy. Pada kesempatan ini, Handi meminta maaf karena ujung-ujungnya dia jadi menyusahkan anak. Indy berusaha meyakinkan papanya kalau dia ikhlas menjalani ini semua. Setidaknya dia bisa kembali kumpul dengan suasana kehangatan keluarga.

Handi memegang tangan Indy, menyatukannya dengan tangan Rio. Dia memberi restu keduanya untuk saling mencintai. Dia juga berpesan pada keduanya agar saling percaya karena Juni menyukai Rio yang pastinya wanita itu memiliki niatan untuk memisahkan mereka.

"Iya Pah, aku akan selalu percaya Rio. Aku suka nonton drama penjebakan pakai obat tidur lalu di foto dalam keadaan yang tidak semestinya. Kalau aku dapat foto Rio tidur bersama wanita lain, aku tidak akan percaya! ingat itu baik-baik." Handi dan Rio tergelak. Bisa-bisanya Indy terinspirasi dari sebuah drama.

"Iya kak, aku ingat baik-baik. Terus ada lagi nggak di drama yang kamu tonton, perkara yang bisa membuat salah paham lalu berpisah?"

"Ada. Tiba-tiba salah satu dari mereka bersikap dingin, menjauh, lalu memilih pasangan lain hanya karena diancam pembunuhan, penghancuran keluarga dan lain-lain. Aku pastikan itu tidak terjadi kepada ku. Karena aku tidak mempan di ancam oleh Juni."

Rio dan Handi semakin tersenyum lebar. Cerita ini sudah sampai di penghujung. Sudah saatnya Indy yang berperan di penyerangan Juni part empat. Juni mengincar Rio, maka Indy yang harus bisa menghadapinya. Dia antisipasi dari segala fitnah yang merujuk pada perpisahan. Catat baik-baik; Indy tidak percaya pada foto-foto serta chatan, juga tidak mempan dengan ancaman Junifer.

Setelah terjadi kesepakatan antara tiga orang tersebut, Handi dibawa ke dalam kamar Indy. Mereka tidur bertiga dalam satu kamar. Rio di sofa, Handi dan Indy di satu tempat tidur. Semenjak ada Papahnya Indy, Rio merasa terbantu dalam urusan menahan diri. Rio tidak mesti memakai celana levis lagi saat berdekatan dengan Indy.

...****...

Ujian telah selesai, para siswa kelas dua belas tak lagi menjalani KBM. Mereka tetap sekolah menjalani kegiatan lain.

Tadi, wali kelas kelas memberitahu pada siswa-siswi agar memberikan undangan rapat orang tua atau wali murid membahas tentang perpisahan dan wisuda. Ini rapat kedua setelah rapat pertama yang telah dilaksanakan saat ayahnya Rio masih hidup. Dalam rapat ini, ada beberapa mendapat notif yang tidak semua siswa dapat. Salah satunya Rio.

Rio membaca undangan rapat, "Yo, yang dapat notif ini mau kena omelan kali ya?" Tanya Dimas kepada Rio yang sedang membaca undangan. Dimas juga mendapatkannya.

"Bisa jadi, bisa juga nggak."

"Aduh jangan-jangan yang kita bertarung melawan para penjahat itu rumornya udah sampai ke sekolah Yo. Mereka udah tahu terus diam-diam aja. Nah, di moment kaya gini wali kelas baru lah ngomong ke orang tua kita."

Rio hanya diam. Itu baru spekulasi Dimas.

"Udah Yo jangan dipikirin, gue datang sama ibu gue. Nanti gue bilang sama Bapak gue buat wakilin lo, gimana?"

"Tau aja gue lagi bingung soal itu. Yaudah gue mau. Tapi emang gak apa-apa nih gue pinjam bapak lo jadi wali?"

"Boleh Yo, boleh. Lo mau minjem bapak gue jadi ungu, kangen band, peterpan, dan lain-lain juga boleh."

"Maksudnya jadi wali murid buat gue Dimas!"

"Hehehe, bilang dong begitu. Gue kira Wali apa. Boleh-boleh aja Yo. No problem."

"Makasih ya. Salam buat bapak lo."

"Iya Yo, santai aja. Salam lo bakal gue sampein." Kemudian Dimas bernyanyi lagu Wali yang berjudul cari jodoh.

Rio sumringah satu permasalahannya selesai. Ia melihat kembali undangan lalu menaruhnya ke dalam tas. Dimas juga sama, kemudian bestinya Rio tersebut langsung sibuk sama hp, mau telpon bapaknya, bertanya ada dimanakah gerangan? dia mau kongkalikong soal menjadi wali nya Rio.

Setelah telepon tersambung, Dimas berbicara dengan bapaknya. Seketika wajah Dimas berubah menjadi tampang orang yang menahan buang air besar. Ada sesuatu masalah yang telah menimpanya.

.

.

.

Bersambung.