Naina harus menyembunyikan fakta bahwa dokter Nickolas Carter adalah seorang pria yang impoten. Sementara Nick harus menyembunyikan fakta bahwa Naina adalah seorang wanita malam.
Dalam perjanjian tersembunyi itu mereka terikat sebuah pernikahan.
"Buat aku sembuh, setelahnya aku akan melepaskanmu," kata Nick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA Bab 19 - 30 Menit
Satu jam lamanya Nickolas menangani ibu Wilda menggunakan tehnik akupuntur tersebut, dia di dampingi oleh dua rekan satu timnya.
Jari-jari tangan ibu Wilda mulai bergerak, juga nafas yang terambil dengan lebih kasar. Tapi tetap tak membuat ibu Wilda tersadar dari komanya.
Jarum-jarum yang sudah terpasang kini mulai dilepas satu persatu. Tanda usaha mereka malam ini berhenti di sini.
"Ini tidak berhasil," ucap Nickolas.
"Jika satu Minggu ke depan ibu Wilda belum juga siuman, kita bisa melakukan teknik akupuntur ini lagi Dok. Respon yang ditunjukkan oleh ibu Wilda cukup baik," jelas dokter Aliyah, salah satu tim Nickolas.
Dan mendengar penjelasan dokter Aliyah tersebut, Hamka dan Nickolas mengangguk setuju. Akhirnya merek keluar dan langsung disambut tatapan Naina yang penuh harap.
"Bagaimana ibu Dok? Apa ibu sudah sadarkan diri?" tanya Naina dengan tidak sabaran.
"Belum, Naina. Kita masih harus menunggu ibu Wilda siuman." Dokter Aliyah yang menjawab.
"Ba-baik Dok," jawab Naina, mendadak sulit bicara sebab tenggorokannya tercekat. Satu jam ini harapannya telah tinggi sekali, dan kini ternyata harapannya tak jadi nyata, membuatnya kembali jatuh dan begitu sakit.
"Terima kasih dokter Aliyah, Terima kasih dokter Hamka, terima kasih dokter Nickolas," kata Naina, dia menunduk begitu dalam di hadapan semua dokter. Meski belum berhasil tapi Naina benar-benar tulus mengucap ucapan terima kasih ini. Setidaknya mereka telah berusaha lebih keras.
Dan entah kenapa hati Nickolas berdesir nyeri ketika melihat pemandangan itu. Dia seolah tidak rela melihat Naina menunduk di hadapan semua orang seperti ini. Tapi dia pun tak bisa berbuat apa-apa. Hanya mampu ikut menunduk kecil kemudian pergi dari sana.
Di kejauhan, Gracia memperhatikan pemandangan tersebut. Dia melihat Naina yang menundukkan kepalanya di hadapan semua orang, dia melihat saat Nickolas begitu acuh dengan wanita miskin itu.
Bibir Gracia tersenyum, memang pemikirannya beberapa saat lalu sangat salah. Mustahil jika Nickolas menjadikan Naina wanita simpanannya. Bahkan untuk menyentuh saja mungkin Nickolas akan berpikir beratus-ratus kali.
"Benar, aku ada-ada saja. Bagaimana bisa berpikir jika Naina memiliki hubungan dengan kak Nickolas." Gracia tertawa hambar.
"Itu tidak akan mungkin terjadi, sangat mustahil," ucapnya lagi dengan hati yang telah merasa lega.
Akhirnya Gracia bisa keluar dari tempat persembunyian itu dengan bibir yang terus tersenyum lebar. "Aku tidak perlu menyelidiki Naina, hanya akan membuang-buang waktuku yang berharga."
Gracia berjalan cepat menuju koridor di sebelah sana, agar bisa berpapasan dengan Nickolas. Agar Nickolas tau bahwa dia belum pulang, mungkin saja Nickolas akan menawarinya untuk pulang bersama. Mengingat waktu yang sudah semakin malam.
"Dokter Nickolas," sapa Gracia, senyumnya masih nampak lebar. Sekarang Nickolas hanya sendirian, sudah berpisah dengan dokter Hamka dan dokter Aliyah.
Tapi jangankan menawarkan untuk pulang bersama, Nickolas bahkan tidak membalas sapaan Gracia. Nickolas tetap berjalan dengan wajahnya yang nampak dingin. Seolah tidak mendengar sapaan tersebut, tidak melihat jika wanita itu ada di sana.
"Apa aku tidak terlihat?" gumam Gracia, bingung sendiri. Dia hanya bisa melihat punggung Nickolas yang semakin menjauh. Berjalan buru-buru seolah sedang ada yang menunggu.
Tiba di ruang prakteknya Nickolas langsung mengambil ponsel yang dia tinggal di dalam laci meja kerja. Mengirim pesan singkat pada Naina.
'Setelah melihat ibu, datang ke ruang praktek ku,' tulis Nickolas.
Tak butuh waktu lama Naina langsung membalasnya.
'Iya sayang, tapi agak lama ya, 30 menit,' balas Naina.
Setelah mengirim pesan itu, Naina kembali menatap wajah sang ibu. "Kenapa ibu tidak mau sadar? Ibu tidak ingin melihatku lagi?" tanya Naina, lalu menangis.