NovelToon NovelToon
Aku Mencintainya Lebih Dulu

Aku Mencintainya Lebih Dulu

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: muliyana setia reza

Laura dan Morgan telah menjalin hubungan sejak mereka duduk dibangku SMA. Bahkan, Morgan berjanji ketika dewasa kelak dirinya akan menikahi Laura. Namun nasib berkata lain, tiba-tiba saja Morgan dijodohkan oleh orang tuanya dengan wanita lain.

Bagaimana nasib Laura kedepannya? Yuk simak kisah mereka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon muliyana setia reza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keluarga Rani Berkunjung

Setelah sekian lama tak pernah menampakkan batang hidung mereka, mereka akhirnya datang mengunjungi keponakan mereka yang sudah tidak memiliki siapapun.

Mereka datang seraya meminta maaf kepada Laura karena baru bisa mengunjungi Laura.

Laura tak mempermasalahkan kemunculan mereka, justru Laura senang karena pada akhirnya mereka datang juga menemui dirinya.

“Laura, kedatangan kami kesini untuk mengajak kamu tinggal dirumah kami. Kami kasihan kalau kamu tinggal sendirian disini,” ucap Tante Ranty, Mama kandung dari Rani.

“Mama, kalau Kak Laura tinggal bersama kita Rani mau tidur dimana? Kamar yang tersisa hanyalah gudang,” sahut Rani yang terlihat tak setuju dengan ajakan Sang Mama.

“Kamu dan Kak Laura bisa berbagi, Rani sayang!” seru Om Dion.

“Pokoknya Rani tidak mau sekamar sama Kak Laura. Rani mau tidur sendirian, titik!” Rani tidak ingin berbagi kamar dengan sepupunya karena menurut Rani dirinya dan Laura tidak sedekat itu.

“Rani, jangan bicara seperti itu!” Tante Ranty mendelik tajam ke arah Rani dan membuat Rani langsung menundukkan pandangannya.

Laura tak bisa pergi dari rumah itu, meskipun ia ingin. Akan tetapi, ia juga tidak mungkin memilih tinggal dengan keluarga yang sama sekali tidak pernah menganggap dirinya ada.

Gadis itu merasakan dilema yang cukup berat. Ia takut salah mengambil keputusan, terlebih lagi jika keputusan itu berakibat fatal untuk dirinya.

“Bagaimana Laura, kamu mau 'kan tinggal bersama Om, Tante dan juga Rani?”

“Maaf, Tante. Laura tidak bisa memutuskannya sekarang,” jawab Laura yang terlihat bimbang.

“Tidak apa-apa, Laura. Tante dan Om mengerti. Kamu pikirkan baik-baik niat baik Tante dan Om! Nanti, kalau sudah menemukan jawabannya jangan sungkan untuk menghubungi Tante dan juga Om ya!”

“Terima kasih! Om, Tante.”

Om Dion beranjak dari duduknya dan mengambil beberapa bahan kebutuhan sehari-hari, mulai dari beras hingga perbumbuan dapur. Tak lupa, mereka memberikan uang tunai yang nominal cukup untuk biaya kehidupan Laura selama beberapa hari kedepan.

Laura hanya bisa mengucapkan terima kasih atas kebaikan mereka yang telah datang dan membawakannya sesuatu yang cukup membuat Laura tenang selama beberapa hari kedepan.

“Laura, kami pamit dulu ya!”

Sebelum pergi, mereka meminta nomor Laura yang bisa dihubungi agar sewaktu-waktu mereka bisa menghubungi Laura untuk menanyakan keputusan Laura.

Laura mengeluarkan ponselnya dan memberikan nomor telepon miliknya kepada Om Dion dan Tante Ranty.

Rani menatap iri Laura yang ternyata memiliki ponsel dengan spek yang lumayan bagus.

“Ya sudah Laura, kami pulang dulu. Kamu baik-baik ya disini, kalau ada apa-apa jangan sungkan menghubungi kami. Atau, kamu bisa langsung datang ke rumah!”

“Baik, Om Dion!” Laura tersenyum manis ke arah mereka bertiga.

Rani menatap sinis Laura dan berharap Laura tak berniat untuk tinggal bersamanya, apalagi sampai tidur di kasur yang sama dengannya.

Om Dion, Tante Ranty dan Rani pun pergi dengan mobil mewah mereka.

Laura mengucap syukur karena Allah masih menggerakkan hati mereka berkunjung untuk menemuinya.

“Rani kelihatannya tak menyukaiku,” gumam Laura.

Hanya Rani sepupu yang Laura miliki, namun sejak dulu Rani tak pernah ingin dekat dengan Laura. Setiap menginap dirumah, Rani selalu bersama Almarhumah Ibu Ani dan entah apa yang selalu mereka bicarakan mengenai sosok Laura.

Laura ingin sekali bisa dekat dengan Rani, bahkan hanya untuk mengobrol ringan. Namun, Laura tidak pernah mendapatkan kesempatan tersebut karena Almarhumah Ibu tirinya selalu melarangnya mendekati Rani yang jelas-jelas adalah adik sepupu Laura.

Laura memindahkan beras dan kebutuhan pokoknya lainnya ke dapur. Kemudian, ia bergegas pergi kerja karena waktunya yang sudah sangat mepet.

“Semoga saja aku masih ada waktu dan tidak telat,” ucap Laura bermonolog sambil menunggu ojek online yang ia pesan tiba.

***

Sesampainya di toko buku, Laura langsung menyapu lantai dibeberapa titik yang terlihat kotor dan tak lupa setelah itu Laura mengepel lantai tersebut hingga kering.

Sesekali Laura menoleh ke arah kasir dan ternyata yang menunggu kasir bukanlah Siti, melainkan Haris anak baru yang baru bekerja beberapa hari.

Karena penasaran mengapa bukan Siti yang menjaga kasir, Laura pun menghampiri Haris yang kebetulan usianya sama dengan Laura.

“Kak Siti kemana, Ris?” tanya Laura penasaran.

“Kak Siti ada dibelakang, lagi sakit perut. Aku diminta Kak Siti untuk menjaga kasir,” jawab Haris.

Laura berlari kecil mengambil obat sakit perut di tasnya barangkali Siti membutuhkan obat tersebut.

Siti telah kembali dan mengambil alih menjaga kasir. Terlihat jelas kalau gadis itu merintih kesakitan karena rasa sakit di perutnya yang disebabkan oleh kesalahannya sendiri karena terlalu banyak makan pedas.

Laura datang dan memberikan obat tersebut kepada Siti berharap Siti segera membaik.

“Apa ini, Lala?” tanya Siti.

“Ini obat untuk perut Kak Siti, aku harap sakit Kak Siti segera menghilang.”

Siti tanpa pikir panjang meminum obat tersebut dan berharap obat itu dapat membantu meredakan sakit yang tengah dideritanya.

Laura kembali dengan pekerjaannya dan berhasil obat miliknya berhasil mengobati Siti.

Saat Laura tengah sibuk mengelap debu di rak buku, Hanif datang dengan membawa minuman dingin untuk Laura.

“Hanif, kamu membuatku terkejut,” ucap Laura seraya memegang dadanya yang berdegup cukup kencang karena kedatangan Hanif yang tiba-tiba itu.

“Maaf, aku tak bermaksud membuatmu terkejut. Aku hanya ingin memberikanmu ini dan kedatangan ku kemari untuk mencari buku yang kemarin belum datang,” terang Hanif.

Laura hanya bisa menghela napasnya dan menerima minuman dingin pemberian Hanif.

“Buku yang kamu maksud seperti belum datang, Nif. Saat ini masih diperjalanan, mau coba membaca buku yang lain?”

“Tidak. Aku hanya ingin buku yang itu,” jawab Hanif.

“Sepertinya buku itu akan datang 2 jam lagi, apakah kamu mau menunggu? Atau lebih baik kamu pulang dulu daripada bosan menunggu disini,” ujar Cindy.

Hanif mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Laura.

“Catat nomormu di ponselku dan aku akan menghubungi kalau-kalau buku pesanan ku datang!”

Laura langsung memberikan nomor telepon miliknya kepada Hanif.

“Baiklah, 2 jam lagi aku akan menghubungi kamu. Kalau begitu aku pergi dulu!”

Hanif pergi setelah mendapatkan nomor telepon Laura dan ternyata dari kejauhan Siti memperhatikan sejoli itu.

Sudah sangat jelas kalau Hanif menyukai Lala. Tapi kenapa ya Lala tidak juga peka kalau Hanif menyukainya? (Batin Siti)

Siti geleng-geleng kepala dan akhirnya sadar kalau sakit perut yang ia rasakan telah hilang karena obat pemberian Laura.

Siti langsung berlari menghampiri Laura dan mengucapkan terima kasih kepada Laura karena telah menyelamatkan hidupnya.

Laura hanya tertawa kecil mendengar ucapan Siti yang cukup berlebihan.

1
Anonymous
Updet dong
Agustin Indah Setiyaningsih
jijik ya sama kelakuan mu Rani..sdh tahu ndk cinta,masih ajj nemplok kaya parasit.
Levita Sari
lanjuttt kk😁
ISTRI SIRI TUAN RIZAL: Siap Kk 😍
total 1 replies
Bai ye
tokoh inspiratif untuk para wanita. Laura hebat bisa ngadepin semuanya dg jiwa raga yg super cool
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!