Dosenku Maduku (Why Love)

Hafiz kembali ke rumah Sakit dan tak mendapati Yasmin di ruangan nya, bergegas Hafiz menanyakan nya pada suster.

"sudah pulang pak, dengan dua orang teman nya tadi"

mendengar hal itu Hafiz bergegas pergi menuju rumah.

Yasmin pulang ke rumah itu berbarengan dengan Hafiz yang sampai dirumah.

"gue balik ya yas...kalau ada apa apa cepat Lo hubungi gue!"

ucap wulan dan sela berlalu dari rumah itu ketika melihat Hafiz datang.

Hafiz menatap Yasmin dengan tatapan tajam, kecewa melihat istrinya itu karena berani menanggalkan kerudung nya, rambut yang dulu panjang kini di potong pendek menampakan leher jenjang nya.

"sebenarnya apa sih yang kamu mau yas,,sekarang kamu berani melepaskan kerudung kamu.Lalu nanti apa?"

Yasmin membisu tak menjawab pertanyaan Hafiz..

"demi tuhan aku sayang sama kamu yas.. kamu istri Abang yang sah dimata hukum juga Agama.. kenapa kamu bersikap seperti ini?"

"terserah....! Yasmin benci" ucap Yasmin singkat melangkah tak menghiraukan ucapan Hafiz.

rasanya malas berbicara jika ujung ujungnya hanya pertengkaran tanpa solusi.

"Yasmin...! apa besok besok kamu juga akan menanggalkan pakaian panjang kamu, kenapa kamu gak dengar Abang sih?"

'aku tak sebodoh itu.....aku tahu batasan..?'

Yasmin terdiam saat Hafiz meraih tangan nya, tubuhnya bergetar...air mata nya menetes,membayangkan Hafiz bercumbu dengan dosen muda itu.

"lepas bang...!" ucap Yasmin menepis tangan Hafiz.

"bukti rasa sayang adalah berusaha untuk membahagiakan bukan menorehkan luka seperti yang Abang lakukan..."

"Abang janji akan berubah yas...Abang mohon kasih Abang waktu!"

Yasmin terkekeh... tersenyum pahit mendengar penuturan Hafiz.

"waktu yang terlewat sudah Abang gunakan untuk menyakiti Yasmin... lihat luka di pelipis ini tak seberapa jika di bandingkan luka hati yasmin bang... tubuh yasmin terasa remuk karena jatuh dari ketinggian... seperti hal nya abang yang sudah meremukkan mimpi mimpi Yasmin.. sekarang terserah Abang... jangan atur atur Yasmin..Abang urus aja istri abang yang sedang Hamil itu!"

ucap Yasmin berlari masuk ke dalam kamar dan menguncinya dari dalam, tubuhnya merosot kebawah menyandar pada pintu.

**

dua hari berlalu Yasmin sudah kembali ke kampus, menguatkan hati nya untuk tidak memperdulikan Hafiz.

Yasmin memperhatikan dirinya di cermin,riasan makeup natural...

rok plisket berwarna merah maroon di padukan kaos yang berbalut blazer motif bunga, dengan pasmina berwarna hitam yang menutupi kepalanya..

lalu kemana gamis yang dulu selalu ia pakai,seakan tak pernah di lirik nya lagi.

"bi...yasmin ke kampus dulu!"

"emang udah sehat non...!"

"udah bi....!" ucap Yasmin senyum kemudian pergi.

Hafiz baru saja pulang dari apartemen kanza, semalam ia tidak pulang karena semalaman kanza terus muntah, Hafiz tak tega meninggalkan nya.

"yas...!"

"apa?" ucap Yasmin dingin.

"Yas... bersikap lah sebagai mana hubungan kita baik baik saja,Abang gak suka dengan pakaian kamu?"

"semudah itu Abang bicara, Abang pikir hati Yasmin terbuat dari apa?

bagaimana mana bisa Yasmin bersikap baik baik saja, sedangkan Abang sudah membuat semua nya hambar, sikap protektif Abang itu tak sepadan dengan apa yang sudah terjadi, kenyataan nya bagaimana kanza, bukan nya Abang suka perempuan seksi yang pakaian nya menampakkan lekuk tubuh...

seperti kanza berpakaian,Abang takut Yasmin menggoda pria lain di luar sana!"

"bukan seperti itu Yasmin, ya Abang tahu Abang salah, Abang selalu salah tapi Abang Mohon apapun yang terjadi jangan sampai membuat kamu meninggalkan Apa Yang melindungi kamu...!" ucap Hafiz menghela nafas kemudian menarik yasmin ke kamar.

"lepas bang" ucap Yasmin menarik tangan nya,namun Hafiz membawanya masuk ke dalam kamar dan menghimpit tubuhnya di ranjang.

"bang Hafiz....!" ucap Yasmin memalingkan wajahnya saat Yasmin hendak mencium nya.

"menolak suami itu dosa Yasmin...!"

Yasmin terdiam mendengar penuturan Hafiz.

Hafiz menatap setiap inci wajah istrinya itu,

cantik dan begitu indah,lalu Hafiz mencium pipi Yasmin yang hangat, terasa tubuh Yasmin bergetar. Hafiz mencium bibir istri nya itu dengan lembut tak menutut memberikan Yasmin kenyamanan namun membuat Yasmin menitikkan air matanya, bahwa san nya apa yang ia dapatkan adalah bekas perempuan lain.

mungkin akan terasa indah jika tak ada kanza Diantara mereka berdua, Yasmin Terisak tak kuasa menahan air matanya merasakan perih di relung hati nya, kenyataannya kini suami nya telah mendua.

'aku benci kamu bang, namun rasa cinta ku mungkin lebih besar dari rasa benci ku terhadap mu bang, kenapa kamu membuat ku terperangkap pada cinta yang menyakitkan seperti ini....'

"maafkan Abang yasmin...Abang sayang sama kamu!"

ucap Hafiz membangun kan Yasmin merapikan kerudung dan bajunya, membuat Yasmin membeku seketika.

"Yasmin, bagi Abang kamu itu seperti berlian..Abang tidak rela orang lain melihat keindahan nya,kalau saja tidak ada malam itu..Abang akan....!"

"cukup bang....!"

ucap Yasmin menghentikan penuturan Hafiz yang setengah,

"pandai Abang berkilah, kenyataan nya Abang menyia- nyiakan yasmin, Yasmin gak mau dengar Apa pun lagi Alasannya, Yasmin akan minta ayah cepat pulang supaya kita cepat berpisah...."

"Yas,Abang mohon jangan tinggalkan Abang,Abang cinta sama kamu!

Abang janji akan perbaiki semua nya"

"ya tapi apa? kenyataan nya Abang lalai dan menduakan Yasmin!" ucap Yasmin kemudian pergi meninggalkan Hafiz yang mematung sendiri di kamar.

Yasmin menghapus air matanya,menarik nafas kemudian membuangnya..

"sudah Yas, kenapa kamu begitu cengeng...kamu harus kuat!"

ucap Yasmin kemudian melajukan mobilnya.

***

siang itu bunda yesa mendatangi kampus untuk menemui putra bungsu nya yang tengah merajuk, beberapa hari yang lalu Lutfhi pergi dari rumah karena menolak keinginan bundanya untuk di jodohkan dengan mona.

"mona cantik..apa kurangnya? dia juga calon dokter, jangan pikir bunda tidak tahu ya fi..kalau kamu lagi suka sama perempuan,tapi istri orang, jangan ngaco..anak bunda tidak boleh seperti itu" ucap yesa yang mengetahui kabar miring itu dari Hasan.

Hasan terpaksa memberi tahu soal itu Karena Yesa terus saja memaksa mengorek keterangan dari nya soal yang menjadi alasan Lutfhi menolak Mona.

"bunda so' tahu..!

siapa sih yang kasih tahu bunda soal itu?"

tanya lutfhi.

"Hasan yang kasih tahu bunda,bunda maksa dia untuk cerita semua nya,jangan merusak rumah tangga orang,dosa fi!

bunda tidak mau tahu, pokok nya kamu Sama Mona..."tutur Yesa tetap dengan keinginan nya.

"gak Bun, jangan suka maksa Lutfi...pokoknya tidak mau..!"

setelah percakapan itu Lutfhi tidak pulang dan tak bisa dihubungi.

*

tak berapa lama Yasmin sampai di kampus dan melihat seorang wanita paruh baya, terlihat masih segar dan cantik tengah celingukan di depan gerbang kampus.

"maaf tante...tante cari siapa?"

ucap Yasmin menghampiri yesa yang sendiri.

"HM...Saya cari Lutfhi, kamu kenal tidak? Lutfhi Alfarizi...anak bisnis informatika!"

"oh...ya, Yasmin kenal..!" ucap Yasmin tersenyum.

"kamu cantik...!"

ucap yesa senyum melihat wajah Yasmin yang memang ayu.

"Tante...bisa aja,mau Yasmin temenin cari?!"

ucap Yasmin bersikap ramah pada perempuan yang menjadi ibu dari seorang pria yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri.

"boleh..tante malu kalau sendiri!" ucap yesa kemudian menggandeng tangan Yasmin.

Yasmin mengajak yesa ke kantin,biasa nya jam segini Lutfhi masih di kantin.

Luthfi tertegun dari jauh ia melihat bundanya menggandeng tangan perempuan yang ia cintai.

"astaga...bunda kok bisa sama calon mantu sih!?"

ucap Lutfhi menghampiri kedua nya,

keduanya saling pandang mendengar penuturan Lutfhi.

'oh jadi ini.....' gumam Yesa dalam hati, ternyata perempuan yang disukai putranya itu berada di samping nya.

"hm..!" ucap yesa menghela napas, membuat yasmin kikuk sendiri.

"pulang ya bunda tunggu dirumah,jangan merajuk terus,masa mahasiswa kerja nya ngambek!"ucap yesa menoleh pada Yasmin sekilas.

Luthfi senyum dan memeluk bundanya dari belakang.

"gimana menurut bunda?"

tanya Luthfi meminta pendapat tentang Yasmin...

"istri orang fi , jangan aneh-aneh!

bunda pusing kalau kayak gini?"

Luthfi terdiam mendengar penuturan yesa.

"ya udah bunda mau pulang!

kamu pulang ya"

ucap yesa dan di angguki oleh Lutfhi.

"Yasmin... terima kasih udah anter bunda cari Lutfhi"

ucap yesa senyum menilik penampilan Yasmin.

tak dapat di pungkiri yesa memang langsung menyukai Yasmin,tapi sayang nya yasmin sudah menikah.

"ya tante....!" ucap Yasmin singkat karena melihat ekspresi wajah Yesa yang terlihat berubah saat Lutfhi berbicara berdua dengan Yesa.

setelah itu Yesa pun meninggalkan kampus.

"yas ..kamu udah baikan? kata nya kamu jatuh dari tangga" tanya Lutfhi menghampiri Yasmin saat Yesa sudah pergi, Lutfi tahu dari wulan tentang insiden beberapa hari itu.

"ya, yasmin udah baikan kak...!

kenapa bunda nyari kak Lutfhi sampai ke kampus?

kak Lutfhi lagi marah sama bunda"

"ya, aku gak suka aja bunda maksa aku untuk ngelupain kamu!"

ucap lutfhi, jujur tanpa ingin menutupi apa yang saat ini dirasakan nya pada Yasmin.

"kak Lutfhi bisa aja ...!" ucap Yasmin dengan senyum tertahan, realita nya Yasmin sedikit bingung menghadapi sikap Lutfhi yang entah kenapa justru terang terangan menampakkan sesuatu yang seharusnya ia hapus kan.

"Yasmin ke kelas ya..!"

ucap Yasmin kemudian pergi meninggalkan Lutfhi yang terdiam menatap kepergian nya.

mungkin lebih baik pergi dari pada terus meladeni sikap Lutfhi yang membuat nya merasa aneh sendiri.

yasmin masuk ke dalam kelas bersama kedua sahabatnya itu.

"pulang dari sini nonton yu yas...!"

"emang ada film baru?"

"ya nonton horor deh ...biar tegang,males nonton drama percintaan.. suka baper gue!"

ucap sela tertawa..

tak lama kanza masuk dengan penampilan yang berbeda,kanza memakai gamis cantik berwarna coklat di padukan kerudung berwarna cappucino yang menutupi dadanya.

Yasmin terpaku...

kanza ternyata menuruti keinginan Hafiz untuk menutup auratnya,

berbeda dengan yasmin yang kini tak menuruti keinginan Hafiz, bagaimana jika ia kalah mengambil hati Hafiz. namun cepat Yasmin tak memperdulikan hal itu, mungkin itu lebih bagus.

"tak ada kata istilah bersaing karena aku mengharapkan perpisahan!"

tutur Yasmin dalam hati.

"tapi benarkah aku mengharapkan perpisahan?"

bersambung.