NovelToon NovelToon
Langit Nada Cinta

Langit Nada Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Hamil di luar nikah / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Romansa / Bad Boy
Popularitas:106.8k
Nilai: 5
Nama Author: NaraY

Jangan pernah sesumbar apapun jika akhirnya akan menelan ludah sendiri. Dia yang kau benci mati-matian akhirnya harus kau perjuangkan hingga darah penghabisan.

Dan jangan pernah meremehkan seseorang jika akhirnya dia yang akan mengisi harimu di setiap waktu.

Seperti Langit.. dia pasti akan memberikan warna mengikuti Masa dan seperti Nada.. dia akan berdenting mengikuti kata hati.
.
.
Mengandung KONFLIK, di mohon SKIP jika tidak sanggup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Tidak bebas.

Dinar meminta Bang Ratanca masuk ke kamar utama. Ia ingin Bang Ratanca bisa berlaku adil pada Airin karena status Airin adalah istri dari suaminya juga.

Ingin rasanya egois, Dinar mengakui hatinya memang sangat sakit tapi perkara ini bukan hal main-main. Ucap ikrar pernikahan adalah hal sakral yang tidak bisa di permainkan. Bang Ratanca sudah menikah dengan Airin lebih dulu dan dia tidak berani jika 'bersinggungan' dengan Tuhan.

Di balik semua rasa itu, Dinar sudah memahami bahwa suaminya berada dalam bahaya. Ia ingin Bang Ratanca tetap hidup dengan baik meskipun suatu saat nanti raganya tak lagi bisa bersama dengan pria yang perlahan sudah mengisi relung hatinya.

~

"Apakah Abang masih belum bisa memaafkan Airin??" Tanya Airin.

"Saya bisa memaafkan kamu, tapi saya mohon dengan sangat..!! Tolong jangan pernah meminta lebih dari saya..!!" Jawab Bang Ratanca.

Bang Ratanca di ambang rasa dilema. Bukannya tidak berani untuk 'menyelesaikan' dengan Airin, namun latar belakang keluarga Airin bisa membahayakan nyawa Dinar dan bayi di dalam kandungan.

'Saya ikhlas kehilangan nyawa asalkan kamu baik-baik saja bersama anak kita, Dinar. Dunia saya adalah kamu, hidup dan mati saya pun tetap kamu.'

Airin pun memeluk Bang Ratanca penuh kelegaan. Suaminya bisa memaafkan dirinya meskipun harus bersyarat.

"Terima kasih, Abang..!!"

***

"Apa kau bilang??? Tidak tega dengan Nada????? Bagaimana dengan Dinar??? Setiap hari istriku kesakitan dan berkorban demi bahagiamu dan Nada. Kau bahkan tidak menjenguk anakmu sama sekali. Kau ini bapak macam apa??" Bang Ratanca menegur keras sahabatnya.

"Kau yang salah ambil keputusan. Seharusnya kau pertahankan Dinar dan membiarkan Airin hidup bersama keinginan bapaknya." Jawab Bang Langkit.

"Seringan itu kamu bicara?????? Ancaman orang tua Airin mencelakai ibuku dan sekarang mereka mengincar Dinar. Apa kamu tidak bisa sedikit saja membantuku memulihkan mental Airin. Semua ini terjadi juga karena kamu." Bentak keras Bang Ratanca.

"Aku harus bagaimana??? Mental Nada juga terganggu."

"B******n kau Lang..!!!" Bang Ratanca yang kesal akhirnya pergi meninggalkan Bang Langkit.

Usai Bang Ratanca pergi, Bang Langkit terduduk lemas. Dirinya pun bingung mengambil sikap. Kesalahannya sudah begitu banyak, ia tidak ingin membuat semakin banyak kesalahan dalam hidupnya apalagi kini dirinya tengah menunggu buah hatinya dari Nada.

"Maaf Ran, aku tidak tega melihat Nada menangis. Hatiku rasanya hancur." Gumam Bang Langkit.

...

Airin menyambut Bang Ratanca dan mencium tangan suaminya itu. Jika kemarin Dinar yang selalu menyambut suaminya, kini Dinar lebih banyak menunduk dan diam bersembunyi di belakang.

"Dinar.. tolong buat teh buat bapak ya..!!" Pinta Airin dengan nada lembut.

"Iya Bu." Jawab Dinar tanpa melawan.

Ribuan kesakitan menyayat perasaan Bang Ratanca. Ingin mengungkapkan tapi Dinar meminta agar dirinya bersikap lembut terhadap Airin, setidaknya hingga istri pertamanya itu lebih sehat sebab penyembuhan mental Airin yang baik tidak akan meninggalkan trauma yang parah.

"Tidak usah, dek..!! Tolong ambilkan air putih saja, nanti sekalian tolong pijat kepala saya..!!"

Dinar mengangguk tapi kening Airin berkerut bingung. Suaminya tidak pernah lembut padanya tapi bisa lembut dengan wanita lain.

"Biar Airin saja, Bang." Kata Airin.

Dinar meminta Bang Ratanca untuk diam dan Bang Ratanca pun menurut.

~

"Abang ingat?? Dulu Airin selalu memijat kepala Abang seperti ini, kita selalu jalan-jalan berdua dan menikmati indahnya alam pegunungan." Airin memijat lembut kepala Bang Ratanca dan sesekali mengusap pipinya meskipun pria tersebut tidak mau merebahkan kepalanya pada pahanya seperti dulu.

"Yang lalu biarlah berlalu, semua sudah tidak seperti dulu..!!"

"Airin tau Bang.. Airin yang salah. Entah berapa kali Airin harus mengucap kata maaf agar Abang bisa mengikhlaskan semua. Terima kasih Abang sudah bersedia mengangkat derajat Airin dan memberikan status untuk Nawang."

Bang Ratanca enggan menjawabnya. Ia memilih memejamkan matanya. Bukan karena terlalu menikmati, melainkan dirinya menjaga pandangan dari hal yang tidak pantas. Memang Bang Ratanca sudah tidak ada hati dengan Airin, tapi ia paham sekuatnya pria normal pasti akan bereaksi jika berdekatan dengan wanita. Naluri pria bisa tergoda meskipun tak ada rasa.

"Dinar..!!" Panggil Bang Ratanca.

Dinar datang menghampiri kemudian Bang Ratanca membuka matanya.

"Tolong buatkan saya wedang jahe. Sepertinya perut saya kembung." Kata Bang Ratanca.

"Iya Pak."

"Setelah itu kerokin saya ya, dek..!!" Perintah Bang Ratanca.

Dinar segera membuatkan wedang jahe untuk Bang Ratanca. Disana Airin mulai gelisah karena Bang Ratanca sempat tersenyum manis pada 'gadis' itu padahal sejak dulu Bang Ratanca selalu dingin pada setiap gadis yang tidak ada hubungannya dengannya.

Beberapa saat menunggu akhirnya wedang jahe panas pesanan Bang Ratanca pun tiba.

"Di bawa ke kamar saja dek. Kerokan di kamar yuk..!!" Ajak Bang Ratanca sembari setengah bermain mata dan tersenyum nakal.

Dinar sampai melotot mendengarnya, bagaimana bisa suaminya berbuat seperti itu di hadapan Airin.

Airin lumayan kaget dengan perbedaan sikap suaminya dalam memberikan perhatian untuk dirinya dan Dinar.

Tau Dinar tidak nampak kesal padanya, Bang Ratanca pun paham tapi sungguh hatinya mendadak kesal karena waktunya untuk berduaan dengan Dinar menjadi berkurang.

"Maaf Bu. Bapak hanya bercanda..!! Silakan ibu saja yang kerokin Pak Ranca..!!!" Kata Dinar kemudian menghindar dan memilih masuk ke kamar tengah.

Airin membuang nafasnya seakan merasa lega mendengarnya. "Tapi saya nggak bisa kerokin. Kamu saja nggak apa-apa. Biar saya tunggu disini."

:

Dinar gelisah, ia sibuk menepak tangan Bang Ratanca mencuri kesempatan 'mencubitnya' disana sini. Tak sesekali suaminya itu memberi kode nakal padanya.

"Abang kangen." Bisiknya pelan sambil tertelungkup hingga suaranya tersamar.

Dinar menggeleng dan kembali memelototi Bang Ratanca.

"Kenapa Bang?" Tanya Airin karena samar mendengar Bang Ratanca bergumam sesuatu.

"Nggak apa-apa. Dinar terlalu kencang." Jawab Bang Ratanca.

"Pelan-pelan Dinar..!! Kasihan Bapak kesakitan." Pinta Airin.

"Iya Bu."

Bang Ratanca pun kemudian berbalik badan. "Dada saja juga, donk..!!" Perintah Bang Ratanca.

Dinar sampai menggigit kecil bibirnya, apalagi tangan Bang sempat terang-terangan meremas Dinar.

"Ehemm.." Mbah Kakung yang memang sejak tadi ada disana pura-pura terbatuk. "Ndhuk, tolong ambilkan Mbah Kung air putih." Pintanya pada Airin.

Tak banyak buang waktu, Airin segera ke dapur dan Mbah Kung langsung menepak kening Bang Ratanca.

"Polahmu itu lho. Bagaimana kalau Airin lihat??? Apa kamu pikir sejak tadi Mbah Kung nggak lihat kelakuan nakalmu." Tegur Mbah Kakung.

Bang Ratanca mengusap wajahnya, sungguh dirinya melupakan ada Mbah Kakung yang juga duduk disana.

"Kung seperti tidak pernah muda saja." Jawab Bang Ratanca, sebenarnya dirinya sudah terlanjur malu karena ulahnya sendiri.

"Tidak senakal kelakuanmu, Ngger..!!"

"Saya nakal hanya sama Dinar, Kung. Masa nggak boleh??" Balas Bang Ratanca sampai akhirnya Airin kembali.

.

.

.

.

1
Erna Wati
lah jgn sampai si.Slamet nyalahkan ortunya knp ksh nama Slamet
Erna Wati
lah salam si Ranca dah wassalam dluan,aha ha
Novi Jahan
Luar biasa
Cut oka Elfina
.
NauraHaikal
ceritanya selalu bagus sangat suka dg karya2 author
Yayuk Bunda Idza
jadi penasaran kak Nara jarak usia Nada dan Dinar, trus Erlangga anak keberapa?
Yayuk Bunda Idza
ini yang q maksud, walau sudah bisa menyimpulkan, tapi tetap menyesakkan hati saat baca😭😭
Yayuk Bunda Idza
berjuang untuk cinta om Ran
Denis blora
kak Nara ♥️♥️♥️♥️♥️
putri
manteeeep
putri
🥰🥰🥰🥰🥰🥰👍👍👍👍
Mika Saja
perasaan bang RAN amburadul,,sy jg ikut merasakan amburadul nya,,,,entah bgaimn menata hati yg SDH dikoyak2 sprti ini Krn memng blm siap menghadapi cobaan ini,,,sabar Bang RAN,pasti ada jln nya ya
Setyaningsih
siap membaca semua karya kak Nara
NaraY_Kamanatha: Waaahh.. Alhamdulillah masih ada yang mau komentar. Terima kasih ya kak🥰🙏.

Padahal besok rencana gk up karena bab ini gk ada komennya😁
total 1 replies
Niken Ayu Wulandari
karya Nara tidak pernah gagal dr awal g pernah ketinggalan sukses terus
Denis blora
😭😭😭 Dinar
Maysuri
jngan siksa dr q unk mengeluarkan air mata lg thor.....sedih banget 😭😭😭
Sri Wahyuni Abuzar
tisuuuuu...tolooong tisuuuu aqu habis sudah tak bersisa...tapi air mata ku masih ngalir deres ini 😭😭😭😭😭😭😭
putri
🥲🥲🥲🥲🥲
Nining Dwi Astuti
😭😭😭😭
Mika Saja
mba Nara nyesek bener ya....... ternyta begini ceritanya mengapa bang RAN jd berubah sprti bitu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!