Queenzy Aurora Wolker

Keesokan harinya Damian tidak masuk sekolah. Tidak ada yang heran akan hal itu karena Damian memang sulit untuk di tebak. Saat ia rajin maka tidak akan pernah bolong sana sekali tapi ketika dia sudah punya urusan sendiri maka tak ada yang bisa mencegah nya.

"Damian belum datang"

Rama datang menemui Aurora yang ada di luar gerbang sekolah. Dia memakai hodie dengan masker dan topi untuk menutupi wajah seraya duduk di atas motor kesayangan nya.

"Dia kemana?"

"Aku bukan ibunya hingga tahu kemana di pergi"jengah Rama tapi juga agak heran melihat tampilan Aurora.

"Kenapa kau memakai pakaian sebesar ini? Demam?"

Aurora menepis tangan Rama yang ingin membuka topi nya. Sontak lelaki itu mendengus menendang ban motor Aurora.

"Kau ini aneh. Setiap satu bulan sekali aku melihat mu seperti ini. Sebenarnya ada apa Aurora? Aku sangat tahu kau tidak bisa memakai pakaian sampai sepadat ini Aurora.

"Jika Damian datang kabari aku!" Aurora mengabaikan perkataan Rama dan memakai helmnya.

Rama hanya bisa berdecak sebal saat Aurora melajukan motor nya menjauh dari area sekolah.

"Punya satu teman tapi sangat menjengkelkan. Beruntung nya aku tidak punya penyakit darah tinggi"

"Dia Aurora?"

Rama tersentak saat ada dua orang lelaki yang menyahut nya.

Mereka adalah Rafandra dan Kenan. Karena hari ini perdana masuk sekolah jadi kedua nya sudah kembali bergentayangan.

"Kau kerasukan? Aku bertanya apa dia itu Aurora atau tidak bodoh!"kesal Rafa gemas dengan Rama yang mematung.

"Kalian mengejutkan ku."

"Masa bodoh dengan itu. Apa dia Aurora? Masih belum dibolehkan masuk sekolah?"

Tanya Rafa mencari informasi dari Rama.

"Yah.. dia mencari Damian.dimana dia?"

Rafa dan Kenan saling pandang kemudian menaikkan bahu nya pertanda tak tahu.

"Ck! Menyesal aku memberitahu kalian" dengus Rama kemudian masuk kembali ke dalam gerbang sekolah.

Kebetulan ini masih pagi hingga tidak ramai siswa siswi yang berkeliaran.

"Raf! Coba kau hubungi boss. Katakan jika Aurora mencari nya. Kita lihat apa respon boss saat mengetahui nya"

"Sama seperti biasanya tidak ada yang spesial"jengah Kenan memang tidak lagi berharap akan hubungan kedua remaja akhir itu.

"Tapi..."

"Kenapa kalian disini?"

Perhatian Rafa dan Kenan pun teralihkan oleh sosok Tiara yang baru saja turun dari mobil supir pribadi nya. Sontak Rafa tersenyum merekah mendorong Kenan ke belakang membuat lelaki itu merotasikan mata nya.

" Selamat pagi Bu wakil"

Sapa Rafa yang memang suka mengoda Tiara.

Gadis itu tersenyum ramah dan lembut. Siapa yang tidak akan jatuh cinta dengan tatapan tulusnya yang bersahaja tetapi gadis itu tidak sebaik itu hanya orang-orang yang memiliki kepekaan yang tinggi bisa langsung menilai sifat asli gadis itu.

"Pagi juga. Dimana Damian?"

"Dia tidak masuk hari ini.. Eumm Bu wakil memang sangat cantik"

Kenan makin jijik dengan ucapan sahabat nya.ia segera pergi tanpa menyapa Tiara karena lelaki itu seperti nya mengetahui sifat Tiara yang sesungguhnya.

Tiara memandangi kepergian Kenan kemudian memasang senyum hangat pada Rafa.

"Raff!!"

"Iya sayang? Eh.. maksud ku Bu wakil"ujar nya cengengesan.

Tiara hanya terkekeh berjalan beriringan dengan Rafa memasuki gerbang besar sekolah.

"Raf! Aku akan ikut olimpiade matematika bulan depan"

"Woww! Itu bagus.keren," ucap Rafa memberi dua jempol

"Maksudku, aku mau meminta bantuan mu"

"Apa? Aku siap membantu mu. Asal jangan menghafal rumus matematika. Itu sangat menakutkan"

"Bukan! Bukan seperti itu"

Tiara menggeleng cepat

"Lalu?"alis Rafa bertaut pertanda heran

"Damian pernah menjadi patner ku dulu. Dia pintar dan juga sangat bisa diandalkan..jadi apa kau bisa memberikan nomor telepon nya padaku? Maksudku aku hanya ingin berbicara ini langsung dengan nya"

Rafa mengangguk paham membuat Tiara makin berbinar. Walau pernah menjadi patner tapi Damian tidak pernah mau memberi kontak nya untuk sembarang orang.