Pernikahan yang terjadi antara Ajeng dan Bisma karena perjodohan. Seperti mendapat durian runtuh, itulah kebahagiaan yang dirasakan Ajeng seumur hidup. Suami yang tampan, tajir dan memiliki jabatan di instansi pemerintahan membuatnya tidak menginginkan hal lain lagi.
Ternyata pernikahan yang terjadi tak seindah bayangan Ajeng sebelumnya. Bisma tak lain hanya seorang lelaki dingin tak berhati. Kelahiran putri kecil mereka tak membuat nurani Bisma tersentuh.
Kehadiran Deby rekan kerja beda departemen membuat perasaan Bisma tersentuh dan ingin merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya, sehingga ia mengakhiri pernikahan yang belum genap tiga tahun.
Walau dengan hati terluka Ajeng menerima keputusan sepihak yang diambil Bisma. Di saat ia telah membuka hati, ternyata Bisma baru menyadari bahwa keluarga kecilnya lah yang ia butuhkan bukan yang lain.
Apakah Ajeng akan kembali rujuk dengan Bisma atau menerima lelaki baru dalam hidupnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leny Fairuz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Masa Lalu Deby
Ia jadi tak habis pikir, kenapa ingatan tentang Ajeng kini terus berkelibat di benaknya. Padahal mereka sudah tak ada hubungan secara agama. Tapi karena kesibukan, ia belum memiliki waktu untuk melegalkan perpisahan mereka secara administrasi kenegaraan.
“Baiklah, jika dengan menceraikan secara negara membuatku lebih tenang, maka besok aku akan menemui Panji untuk mengurus proses perceraianku,” akhirnya Bisma berguman dalam hati.
Ia akan meminta Panji Irwandi teman SMA-nya yang berprofesi sebagai pengacara untuk mengurus perceraian antara ia dan Ajeng. Dan ia akan memberikan harta gono-gini yang banyak untuk kelangsungan masa depan Lala putri semata wayangnya.
Walau pun hubungan Bisma dan Deby sempat mengalami ketegangan akibat insiden di malam itu, tapi sikap manja dan perhatiannya membuat Bisma dengan mudah melupakan kesalahan yang dibuat Deby. Hatinya kuat untuk melanjutkan hubungan bersama Deby. Ia yakin benar-benar jatuh cinta pada Deby dan ingin menciptakan rumah tangga sesuai impiannya sebagai seorang pria dewasa..
Untuk menghibur Deby yang masih terluka atas penolakannya tempo hari, sore Minggu ini Bisma mengajaknya makan siang bersama di restoran bonafit yang berada di sebuah mall mewah di Jakarta.
Ia akan memberikan hadiah sesuai yang diinginkan Deby untuk memberikan kebahagiann sebagai permohonan maafnya karena tidak bisa memenuhi keinginan Deby sebelum keduanya terikat dalam pernikahan.
“Mama ... ,” sebuah suara lembut menghentikan kegiatan Bisma dan Deby yang sedang memilih tas edisi terbatas di pusat perbelanjaan terkenal itu.
Keduanya menghentikan aktivitas. Bisma memandang seorang anak perempuan yang usianya sekitar enam tahun berjalan mendekati mereka.
Wajah cerah Deby jadi tak nyaman dipandang. Bisma menatap Deby dan anak kecil yang kini berdiri di hadapan keduanya.
“Kenapa mama tidak datang menjemput Abel. Abel sangat merindukan mama ...” tampak mata gadis kecil itu berkaca-kaca.
Deby diam terpaku. Ia sangat membenci suasana ini. Kenapa gadis kecil yang sudah ia lupakan dalam hidupnya tiba-tiba berada di hadapannya?
Bisma menatap Deby dengan lekat. Ia belum paham dengan kondisi yang terjadi. Selama ini ia belum pernah mengetahui latar belakang perempuan yang di matanya seperti seorang Dewi.
Seorang laki-laki yang seumuran Bisma kini tiba di hadapan keduanya. Penampilannya menunjukkan bahwa ia bukan orang sembarangan.
“Sayang, kita pulang sekarang?” lelaki itu berusaha membawa anak perempuan yang masih memandang Deby penuh harap.
“Papa, Abel udah lama gak ketemu mama .... “ gadis kecil itu masih berdiri kokoh di tempatnya.
Saat tangannya ingin meraih tangan mamanya, dengan cepat Deby mundur ke belakang. Ia memalingkan muka.
Lelaki itu menghela nafas berat. Dngan cepat ia menggendong gadis kecilnya dan berlalu dari hadapan Bisma dan Deby dengan cepat.
Bisma melihat pemandangan di hadapannya dengan perasaan yang sukar dilukiskan. Ia tidak tau apa yang terjadi sebenarnya.. Ia pun tidak ingin mencari tau kebenarannya. Ia yakin, Deby punya alasan khusus melakukan tindakan yang ia lihat barusan.
“Kita pulang sekarang mas ....” suara Deby terdengar sendu.
“Baiklah jika itu membuatmu nyaman,” jawab Bisma cepat.
Ia ingin memberikan rasa nyaman pada Deby. Saat ini ia melihat betapa rapuhnya perempuan yang kini berada di sampingnya.
Ia dapat melihat kesedihan yang terpancar di wajah cantik Deby. Ia yakin ada kisah masa lalu yang membuat perempuan yang kini mulai membuatnya nyaman, langsung berubah muram.
Bisma pun tak ingin mengetahui lebih dalam. Seperti dirinya, Deby pun pasti punya pengalaman pahit di masa lalu yang ingin ia lupakan. Bisma yakin, jika waktunya telah tiba, ia akan mengobati semua luka yang tergambar di wajah cantik Deby.
“Maafkan aku. Hik hik ...” isak Deby mulai terdengar ketika keduanya sudah berada di dalam mobil Bisma.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan. Setiap orang punya kisah kelam dalam hidupnya. Kita sudah dewasa, dan dapat menjalani masa depan bersama .... “ Bisma berkata pelan sambil mengurai senyum untuk menenangkan Deby.
Ia meraih tisu yang berada di dashboard dan mengulurkan ke arah Deby yang masih memandangnya dengan sayu. Ingin rasanya Bisma meraih perempuan yang tampak terluka itu ke dalam pelukannya. Tapi ia sadar, tak pantas ia melakukannya.
“Ijinkan aku bersandar sebentar di bahumu .... “ tanpa menunggu jawaban Bisma, Deby langsung menyandarkan kepalanya ke bahu tegap laki-laki yang kini membuatnya sangat tergila-gila.
Ia memejamkan mata menikmati aroma maskulin dari dada bidang yang kini menjadi tempat sandaran ternyamannya. Tak mungkin ia menoleh ke masa lalu, apalagi untuk kembali.
Bersama Bisma, walau pun ia belum merasakan menjadi perempuan seutuhnya, tetapi sifat royal dan perhatian yang ia berikan membuat Deby menjadi perempuan yang paling beruntung.
Ia pun sudah mengetahui bahwa Bisma dimutasi, dan akan menempati tugasnya yang baru mulai bulan depan. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Segala cara akan ia tempuh, untuk selalu berada di sisi Bisma.
Tidak mungkin ia melepaskan tangkapan besar yang kini mulai masuk dalam jaringnya. Jika berhasil menjadi pendamping Bisma, segala penghormatan dan kemewahan akan menjadi miliknya.
Ia akan membungkam mulut rekan kantor yang sering nyinyir atas semua yang ia dapat selama ini. Perempuan mana yang tidak akan tersanjung jika berhasil menjadi pendamping pejabat serta seorang pengusaha yang memiliki kekayaan yang melimpah ruah.
Deby sangat mengetahui sepak terjang Bisma. Karena setiap akhir pekan, Bisma selalu menceritakan aktivitasnya di Bogor untuk mengawasi perkebunan teh terbesar milik keluarganya.
“Bagaimana perasaanmu sekarang?” suara bariton Bisma membuat Deby mengakhiri lamunannya.
“Maafkan aku mas ... “ Deby berkata dengan manja.
Ia menjauhkan kepalanya dan duduk menyandar pada jok. Matanya kembali terpejam. Di otaknya masih penuh dengan khayalan menjadi seorang nyonya Bisma Anggara. Semua keinginannya pasti akan terpenuhi.
Ia tidak perlu bekerja keras, hanya untuk menampilkan dirinya sebagai sosialita di kalangan rekan kantornya. Semuanya kini sudah hampir dalam genggaman. Dan ia tetap akan berdiri di samping Bisma, apa pun yang akan terjadi.
Tak akan ia biarkan siapa pun datang mengacau dan menghancurkan impian yang telah mulai dirajutnya begitu mulai menenal Bisma.
“Sudah merasa tenang sekarang?” suara tenang Bisma membuat Deby tidak ingin menjauh darinya walau sedetik pun.
Semenjak hubungan mereka semakin intens, Bisma memang telah menceritakan statusnya yang telah berpisah dengan sang istri. Ia akui, tidak ada kecocokan antara ia dan Ajeng.
Pernikahan mereka pun karena perjodohan. Bisma pun mengakui kehadiran Lala untuk memenuhi keinginan terakhir mamanya yang memintanya memberikan seorang cucu.
Tentu saja pengakuan Bisma membuat Deby merasa di atas Nirwana. Baru kali ini ia menemukan paket lengkap seorang lelaki pada diri Bisma Anggara Permadi.
Tidak mungkin ia melepaskan lelaki sempurna yang begitu sempurna, dan telah menghujaninya dengan segala hadiah walau pun belum bisa memberikan kehangatan padanya.
Bisma menatap lekat Deby yang masih memejamkan mata duduk di sandaran kursi di sampingnya. Ia memalingkan muka, raut Ajeng kembali hadir di benaknya.
Ia menghembuskan nafas perlahan. Bisma tidak mengerti, kenapa sosok Ajeng harus datang mengganggu disaat dirinya mulai merasa nyaman dengan kehadiran Deby di sampingnya?
“Maafkan aku .... “ suara Deby kembali terdengar dengan matanya yang sudah terbuka lebar.
“Bukankah aku sudah bilang, tidak ada yang perlu dimaafkan,” Bisma menatapnya lekat, “Lupakan semua masa lalu yang membuatmu tidak nyaman. Saatnya menatap masa depan. Lakukan semua yang membuatmu bahagia. Ok?”
“Terima kasih mas,” Deby mengangguk dengan perasaan senang.
Bisma telah membuatnya nyaman. Kini ia semakin yakin untuk melakukan sesuatu yang membuat Bisma semakin terikat padanya.
***Salam Jum'at berkah. Semoga readerku selalu dalam lindungan dan kesehatan Allah. Tetap semangat dukung karya otor ya ...***