" Ku mohon menikahlah dengan Tuan Sadam, rahimmu bisa menyelamatkan hidupku!" pinta Danu memohon kepada Istrinya, yakni Mahira.
Karena hutang Suaminya, Mahira rela membayarnya dengan rahim miliknya, ia pasrah Saat Suaminya menjatuhkan talak padanya dan memintanya untuk segera menikah dengan bosnya sendiri.
Apalagi Danu telah mendapatkan ancaman akan masuk bui jika syarat yang ia ajukan tidak di penuhi.
Tuan Sadam Narendra Hito adalah sosok seorang pengusaha kaya raya yang telah memberikan pinjaman tersebut. Dan ia juga yang mengajukan syarat seperti itu.
Akan kah Mahira bisa mengandung benih dari pria yang tidak di cintainya?
Di lain sisi, rupanya Danu telah bermain api selama dirinya menikah dengan Mahira. akankah kebusukannya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi ke Dokter kandungan
Di hari ketiga, Sadam memutuskan untuk pulang ke rumahnya, dimana ada Alisa yang sudah menunggunya, namun kali ini sikap Sadam begitu acuh dan dingin terhadap Alisa.
"Mas, wajahmu pucat! Kamu sakit?" tanya Alisa mencoba mendekati Sadam, saat tangannya akan menyentuh dahi Suaminya, Sadam malah menepisnya.
"Jangan kau sentuh tubuhku, kesalahanmu masih belum bisa aku maafkan!" bentak Sadam sembari memelototi Alisa.
Alisa langsung tertunduk dengan perasaan yang teramat sakit, sampai-sampai dadanya terasa begitu sesak.
"Tolong maafkan aku, janganlah kamu bersikap seperti ini, Mas! Aku sangat tersiksa." keluh Alisa.
"Aku akan memaafkan mu, asal kau jangan pernah bersikap seperti kemarin lagi, aku tidak suka!" cetus Sadam
Alisa pun menyanggupinya, ia berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya lagi, dimana dirinya telah menuduh Suaminya berselingkuh di belakangnya.
'Baiklah Mas Sadam, kali ini aku mengalah demi rasa cintaku padamu, tapi aku akan tetap dengan rencanaku bersama Mommy ku, aku tidak akan tinggal diam jika seandainya ada wanita lain yang telah merebut dirimu dariku, aku bersumpah akan membuat wanita itu menyesal seumur hidupnya!' batin Alisa sangat menggebu-gebu.
Akhirnya Malam ini Sadam memutuskan tidur di rumahnya bersama Alisa, meskipun di lubuk hatinya yang paling dalam, ia merindukan Mahira.
Keesokan harinya.
kondisi Sadam saat ini sudah cukup membaik, ia pun dengan semangatnya berangkat ke kantor, apalagi hari ini akan ada pertemuan kembali dengan Mr. Smith.
Kehadirannya di kantor, di sambut oleh Hans. para karyawan lainnya mulai menyapa dengan ramah bos mereka, dengan senang hati Sadam membalas sapaan mereka, biasanya ia selalu cuek dan tidak pernah membalasnya. Namun kali ini lagi-lagi Sadam bersikap ramah dan santun terhadap para karyawan nya, sehingga membuat mereka semakin keheranan di buatnya, apalagi Hans. Menurutnya setelah kepulangan Tuannya dari Luar Negeri, sikap Tuannya malah menjadi sangat aneh.
Sedari tadi Sadam terus saja mengumbar senyum, hatinya selalu berbunga-bunga.
Hanum dan Sonia sempat di sapa oleh Sadam, mereka berdua cukup tercengang, padahal sedari kemarin Bos Sadam selalu saja marah-marah, tiada hari tanpa terkena Omelan darinya.
Sebelum jam makan siang, Sadam melakukan meeting bersama Tuan Smith, mengenai rencana pembangunan untuk mengolah bahan hasil tambang, yang rencananya akan segera di lakukan pada awal bulan depan. Sadam sendiri begitu antusias, kali ini Sadam sering sekali menebarkan senyum, sehingga suasana ruangan meeting dimana biasa terlihat selalu menegangkan, namun kali ini jauh lebih berbeda, terkesan lebih nyaman.
Setelah meeting selesai, Sadam mengajak rekan bisnisnya alias Tuan Smith untuk makan siang bersama di salah satu Restoran ternama di kota ini.
Saat masuk ke dalam Restoran, tiba-tiba saja Sadam merasakan mual yang sangat hebat, sampai kepalanya seperti berputar. Dan akhirnya ia memuntahkan seluruh isi perutnya di toilet Restoran.
"Hoek...Hoek!"
Hans tidak tega melihat wajah Tuannya begitu pucat, ia terus saja memijat tengkuk leher Tuannya.
"Tuan, sebaiknya anda segera periksa kondisi kesehatan Tuan, saya takut anda kenapa-kenapa!" usul Hans.
"Seperti nya begitu Hans, kebetulan besok adalah jadwal periksa rahimnya Mahira, aku berencana untuk mengantarnya, yasudah sekalian saja aku periksa ke dokter spesialis penyakit dalam!"
"Kenapa harus menunggu besok Tuan? Kan Tuan memiliki seorang dokter pribadi!" usul kembali Hans dengan menunjukkan wajah tengilnya.
"Hey, kau sengaja ingin mengumpan diriku kepada si nenek tua yang keganjenan itu Hah? Yang ada bukannya di periksa, tubuhku malah di gerayangi olehnya!" sungut Sadam cukup emosi.
Hans malah tertawa kecil atas jawaban dari Tuannya.
"Sorry Tuan!"
"Sorry apaan hah? Kau sengaja melakukan ini? Kau cari mati denganku, dasar bedebah kau!" umpat Sadam menjadi geram.
"Lagian si nenek tua itu masih ok loh bodynya, meskipun sudah berumur tapi gak peot!" celetuk Hans.
Mendengar hal itu, Sadam malah tertawa terbahak-bahak.
"Selera elo tuh payah Hans, demennya sama Nenek peot, pantesan penampilanmu sudah seperti orang tua!" sahut Sadam sembari menggeleng.
'Tuan ini suka seenaknya kalau ngomong, anda sendiri bagaimana Tuan? Kok sukanya sama istri orang! Hadeuh parah, huft!' umpat Hans dalam hati.
Akhirnya Sadam memutuskan untuk tidak memakan apapun di restoran tersebut, ia malah meminta Hans segera membelikannya rujak untuk ia santap, Tuan Smith yang melihat hal itu merasa aneh.
"Tuan Sadam, apakah anda tidak takut sakit perut, karena memakan buah-buahan dengan sambal yang sepertinya sangat pedas!"
"Tidak Mr Smith! Ini makanan terenak, dan bisa menghilangkan rasa mual di dalam perutku!" sahut Sadam dan kemudian kembali menikmati rujak pedasnya.
Tuan Smith dan Hans hanya bisa menggeleng melihat Tuan Sadam yang mendadak menjadi aneh seperti itu.
Menjelang magrib, Sadam memutuskan untuk pulang ke Apartemen, karena sedari tadi ia selalu merindukan Mahira, apalagi besok pagi ia akan mengantarkan Mahira ke Dokter kandungan.
Mahira sendiri merasa sangat senang karena akhirnya suaminya pulang, padahal semalam ia berharap suaminya datang, tapi nyatanya malah tidak.
"Bagaimana keadaanmu sekarang? Apakah sudah ada tanda-tanda kehamilan?" tanya Sadam penasaran.
"Belum Tuan, aku belum merasakan tanda-tanda kehamilan, malah biasa saja!" sahut Mahira sembari duduk di sebelah Sadam.
Kemudian Sadam menopang dagunya lalu melirik ke arah Mahira.
"Apa kau yakin belum ada tanda-tanda nya kehamilan? Kau kan sudah pernah hamil dan melahirkan, pasti kau tahu gimana gejalanya?" tanya kembali Sadam karena semakin penasaran.
"Betul Tuan, mungkin Allah belum mempercayakan kita untuk menjadi orang tua!" jawab Mahira mencoba menenangkan Suaminya yang mulai terlihat gelisah.
"Apa harus di coba lagi?"
"Maksud Tuan apanya yang di coba lagi?" tanya Mahira dengan raut wajahnya yang bingung.
"Ya bikin baby lah, apalagi memangnya yang mau di coba?" cetus Sadam begitu entengnya.
Mendengar hal itu, Mahira malah di buat salah tingkah oleh Sadam, sampai-sampai debaran jantungnya berdegup cukup kencang.
"Pokoknya hari ini kita harus kerja lembur, sampai kau benar-benar Mengandung benih dariku, ngerti kamu?"tegas Sadam
Mahira hanya mengangguk sembari mengigit bibir bawah nya karena menahan malu.
Keesokan harinya.
Sadam sudah bersiap-siap menunggu Mahira di lantai satu, karena rencananya mereka berdua akan pergi ke dokter kandungan, kali ini Sadam sudah tidak peduli seandainya orang lain tahu jika dirinya telah menikah lagi. Cinta memang bisa merubah segalanya.
Mahira bergegas turun Ke lantai satu, dimana dengan wajah cerianya, Suaminya sudah menunggu dirinya.
"Ayo, kita tidak punya banyak waktu, Dokter Andini sudah menunggu kita di RS." ajak Sadam.
Mahira hanya mengangguk, kemudian di dalam hatinya ia membaca doa agar bisa memberikan kabar baik untuk suaminya, dan bisa segera membawa putri semata wayangnya ikut bersamanya.
Selama di dalam perjalanan, tiba-tiba Mahira menjadi sangat gugup. Ia terus saja meremas kedua jemari tangannya. Sadam sendiri melihat hal itu, dan ia pun tahu jika Mahira juga merasa gugup.
Setibanya di rumah sakit ternama di kota ini, Sadam bergegas membawa Mahira ke lantai lima, dimana di lantai tersebut sudah ada Dokter Andini yang sudah menunggunya.
Dengan begitu ramahnya, Dokter Andini menyambut kedatangan Sadam dan juga Mahira.
Sebelumnya Dokter Andini melakukan perkenalan terlebih dahulu kepada Mahira, sedangkan Sadam sudah lama mengenal sosok Dokter Andini, tidak lain dia adalah teman semasa kuliahnya.
Lalu Mahira diminta untuk rebahan di atas tempat tidur pasien, dan segera melakukan pemeriksaan yakni dengan cara USG.
Dokter Andini malah tersenyum saat melihat layar monitor.
Kemudian pemeriksaan pun selesai.
Dokter Andini mencoba melakukan beberapa pertanyaan kepada Mahira, terutama mengenai keterlambatan datang bulan, dan Mahira pun menjawab jika siklus menstruasinya sedang tidak beraturan, tapi menurutnya sudah hampir satu Minggu ini iya telat datang bulan, biasanya jadwal menstruasinya selalu datang lebih cepat.
"Baiklah Tuan Sadam dan Nyonya Mahira, saya akan memberikan hasil pemeriksaan atas nama Nyonya Mahira Narendra Hito, betul begitu?" ucap Dokter Andini sembari mengulum senyum dan melirik ke arah Sadam, sedangkan Sadam yang sedari tadi sudah tidak sabar mendengar hasilnya, kini dirinya malah menjadi sangat kesal karena sikap Dokter Andini yang seolah-olah bertele-tele untuk memberikan hasil pemeriksaan nya.
"Kau itu sangat menyebalkan Andini, ayo cepat katakan, bagaimana hasilnya!" sungut Sadam cukup geram.
Dokter Andini malah menggeleng dan tersenyum tipis, sedangkan Mahira, justru ia terkejut ketika Suaminya berkata seperti itu, seolah mereka berdua sudah akrab.
"Sabarlah Sadam, kau dari dulu selalu saja tidak sabaran!" celetuk Dokter Andini.
"Aarrkh, kau pun sama, dari dulu selalu saja menyebalkan seperti ini, awas saja kalau diagnosa mu itu meleset dan mengecewakanku!" ancam Sadam tanpa pandang bulu.
"Ha..ha..ha..ha! Ancamanmu itu gak berlaku untukku , Sadam! Baiklah aku akan memberi tahu hasil pemeriksaan istrimu, Sadam."
Sadam malah memelototi Dokter Andini
"Nyonya Mahira, anda...!"
Mahira dan Sadam terlihat sangat tegang, wajah mereka berdua terlihat serius.
POV: Dokter Andini
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁