Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
"Argghhh..." Pekik Cean saat dirinya terjatuh dari kursi roda.
"Uncleee...." Samudra yang baru saja pulang dari sekolah segera berlari dan mencoba membantu Cean. "Uncle mau kemana? Oma di mana?" Tanya Samudra yang terlihat panik.
Cean tersenyum saat melihat reaksi Samudra padanya. "Kamu mengkhawatirkanku?"
Samudra yg kini ikut duduk di lantai bersama Cean pun mengangguk. "Uncle tidak apa apa?"
Tangan Cean terulur mengusap puncak kepala Samudra. "Terimakasih."
"Aku tidak bisa mengangkat Uncle, dimana Oma?" Tanya Samudra.
"Ya Tuhan, Ceaaan..." Pekik Nanda lalu segera berlari ke arah Cean. "Kenapa bisa di bawah?" tanya Nanda lagi.
"Cean mau pindah ke sofa, tapi tergelincir Mom." Jawabnya.
Nanda memanggil supir keluarga di rumahnya untuk memindahkan Cean.
"Mom, Cean mau istirahat di kamar saja." Kata Cean dan Pak Amir sang supir memindahkannya ke dalam kamar yang kini berada di lantai bawah.
"Istirahatlah." Kata Nanda dan hendak membawa pergi Samudra.
"Biarkan dia disini saja, Mom. Dia bisa tidur siang disini." Kata Cean.
"Iya, Oma aku disini saja." Sahut Samudra.
"Baiklah, Oma akan menyuruh Nanny untuk memindahkan pakaianmu juga disini." Balas Nanda dan Samudra terlihat senang akan hal itu.
Seusai Samudra mengganti pakaiannya, ia naik kenatas tempat tidur yang sama dengan Cean.
"Kamu mandiri sekali, Mommy mu mendidikmu dengan sangat baik." Kata Cean.
"Sebenarnya aku juga ingin dimanja, Uncle." Kata Samudra sambil melihat ke arah depan. "Terkadang aku iri pada temanku yang slalu di siapkan ini itu oleh Mommy nya." Samudra tersenyum. "Tapi aku tidak boleh iri, karena aku hanya mempunyai Mommy, Mommy bekerja untukku juga, sedangkan temanku, Mommy nya tidak bekerja dan hanya Daddy nya saja yang bekerja."
Rasa nyeri begitu terasa di hati Cean. Cean begitu ingin merutuki dirinya, merutuki masa lalunya, merutuki masa mudanya yang menyia nyiakan Nadlyn dan Samudra.
"Apa makanan kesukaanmu?" Tanya Cean mengalihkan obrolan.
Samudra tampak berpikir. "Aku suka omlet telur dengan taburan keju."
"Sama sepertiku." Sahut Cean.
Samudra tertawa, "Aku juga suka wedges potato, biasanya Papi Dirga sering membelikanku makanan itu saat kami makan steak bersama."
Berbicara tentang Dirga membuat Cean ingin mengetahui sejauh mana kini hubungan Nadlyn dengan Dirga.
"Apa kamu senang jika Dirga menjadi Daddy mu?"
Samudra mengangguk kemudian menggelengkan kepalanya, membuat Cean menjadi bingung.
"Jadi bagaimana? Senang atau tidak?" Tanyanya penasaran.
"Aku senang jika Papi Dirga menjadi Papi ku, tapi aku lebih senang jika Daddy ku saja yang kembali." Jawab Samudra.
Hati Cean terenyuh mendengar jawaban Samudra.
"Lalu tadi mengapa menggelengkan kepala?" Tanya Cean.
Tiba tiba saja wajah Smudra berubah menjadi murung.
"Hei, kenapa?" Tanya Cean semakin penasaran.
"Kemarin aku dan Mommy bertemu Papi Dirga di Mall, dan kami melihat Papi Dirga dengan seorang wanita." Jawab Samudra tak bersemangat.
Cerita Samudra semakin membuat Cean penasaran.
"Apa wanita itu Kakak nya Dirga?" Tanya Cean menyeldik, dan Cean sangat tau jika Dirga memang memiliki dua orang Kakak perempuan berbeda ayah.
Samudra menggelengkan kepalanya. "Aku pernah bertemu Kakaknya Papi, Kakaknya Papi galak, dia memarahiku dan menyuruhku untuk bilang pada Mommy agar menjauhi Papi." Kata Samudra dengan menceritakan kejadian dulu.
"Apa?" Pekik Cean tidak terima.
Samudra mengangguk, "Tapi aku tidak menceritakan ini pada Mommy, aku takut Mommy bersedih." Ucap Cean dengan sendu.
Samudra menatap wajah Cean, "Wanita yang bersama Papi kemarin, adalah calon istri Papi."
"Calon istri?" Tanya Cean meyakinkan.
Samudra mengangguk. "Tetapi Aunty itu baik, Aku menyukainya karena dia baik." Samudra tersenyum.
"Aunty itu bilang, Papi Dirga akan bertunangan dengannya."
"Apa kamu bersedih?" Tanya Cean lebih dalam.
Samudra diam kemudian mengangguk. "Iya, aku sedih karena sebelum ketemu di mall kemarin, Papi sudah tidak pernah datang lagi ke rumah, Papi juga tidak pernah menghubungiku. Aku berpikir, mungkin karena Papi akan mempunyai keluarga baru."
Cean mengusap lembut kepala Samudra, "Pikiranmu dewasa sekali."
**
Sementara itu, Dirga tengah berdiri di depan jendela kantor di dalam ruangannya. Ia menatap gedung gedung yang saling berlomba mencakar langit.
"Aku tidak bisa, Ga. Aku memikirkan Samudra."
"Kita akan membawa Samudra." Ucap Dirga meyakinkan.
Nadlyn menggelengkan kepalanya. "Tidak semudah itu, Ga. Papa ku tidak akan mengijinkannya. Papa sudah tinggal sendirian, aku tidak mungkin meninggalkan Papa dan Papa juga tidak mungkin meninggalkan ARDA KARYA."
Dirga mengusap wajahnya kasar. "Berikan aku alasan yang lain, Nad. Apa selama enam tahun ini aku tidak ada hatimu?"
Nadlyn hanya diam dan menunduk.
"Kamu tidak pernah mencintaiku, Nad?" Tanya Dirga lirih.
"Aku hanya membatasi diriku saja, Ga. Aku tidak mau jatuh cinta lagi."
Dirga tertawa, "Itu bukan alasanmu yang sesungguhnya, Nad. aku tau jika kamu masih mencintai Cean, kan?"
Nadlyn menatap wajah Dirga. "Aku ingin berhenti mencintainya, tapi aku bisa apa, Ga? Mencoba hubungan denganmu dan menjadikanmu pelarian hanya akan membuat kamu tersakiti, aku menjaga perasaanmu, perasaanku, agar diantara kita tidak ada yang saling tersakiti."
Dirga mengingat semua kata kata yang keluar dari mulut Nadlyn. Kecewakah Dirga? Jawabanya tentu saja Dirga sangat kecewa. Namun hati baik Dirga tidak bisa menyalahkan Nadlyn. Dirga tulus memberikan kasih sayang dan cintanya selama enam tahun ini pada Nadlyn dan Samudra tanpa meminta balasan meski hatinya sangat ingin memiliki keduanya.
Andai sang Mami tidak menjodohkannya, pastilah Dirga memperjuangkan Nadlyn dan yakin jika suatu saat Nadlyn akan membalas cintanya. Namun sekarang apa yang bisa Dirga lakukan? Mami nya menolak mentah mentah hubungannya dengan Nadlyn dan jika Dirga memaksakannya, Dirga yakin jika sang Mami akan menyakiti Nadlyn dan Samudra, sungguh Dirga tidak ingin hal itu terjadi.
Ceklekk..
Suara pintu terbuka.
"Kakkk...." Panggil seorang wanita yang akan bertunangan dengannya.
Dirga menghembuskan nafas kasarnya kemudian duduk di kursi kebesarannya dan mengerjakan lagi pekerjaannya yang tertunda.
"Kak, hari ini kita coba baju untuk pesta pertunangan kita." Kata Yuri memberitahu
"Aku sibuk, kamu saja sendiri." Jawab Dirga dengan ketus.
"Tapi kan aku ingin Kakak menemani." Rengek Yuri.
"Kamu manja sekali sih, kan bisa di temani oleh temanmu atau siapa saja selain aku."
"Aku tidak memilik teman." Lirih Yuri.
"Itu karena kamu tidak asik, kamu manja dan menyebalkan, karena itu kamu tidak punya teman."
Yuri melihat ke arah Dirga yang masih fokus pada berkas berkasnya, entah kenapa menurut Yuri, ucapan Dirga pedas sepedas cabai rawit.
"Yang tunangan itu kan kita, Kak. Bukan aku sendiri." Kata Yuri keras kepala.
"Yang mau pertunangan ini terjadi itu orang tua kita, pinta saja mereka yang menemanimu." Balas Dirga tak mau kalah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Part selanjutnya, Nadlyn ketemu Cean..
Up ku tergantung banyaknya like dan yang kasih komentar ya 😁😁
kayaknya author ya nulis nya Nggak pakai outline.Karena kadang diawal gimana ,sampai bab selanjutnya kontra . Andai runut tiap Bab nya novel ini bagus banget karena ceritanya kuat ,bahasa nya asik ,ceritanya juga clear ,plot nya seru .