Setiap manusia punya jalan kisah cinta sendiri, dimana ia tidak dapat memilih dengan siapa dan dimana Allah menyuratkan episode perjalanan kita.
Begitupula yang Aliza alami, ia tidak pernah menyangka jika sosok yang diam-diam ia kagumi teryata menaruh hati yang sama bahkan berniat menikahinya. Gus Asfhan Syarfiq Al Ghazali, putra Kyai Nya, yang menarik hati Aliza.
Tetapi, teryata sang maha cinta memiliki takdir lain dimana Aliza harus kehilangan Asfhan, namun tanpa di sangka Asfhan meninggalkan pesan kepada Alfhan untuk menikahi Aliza.
namun perjalanan mereka tak semulus yang di bayangkan di mana berbagai lika liku mengguncang hubungan Meraka.
hingga kedatangan pak Rahmad yang membuka semua rahasia dan merubah kebahagiaan mereka, bersama fitnah tentang kematian Sang pengasuh Ponpes Abu Abbas, hingga membuat Alfhan membenci Aliza.
Namun, di balik semua luka, sebuah kata masih terpatri di hati Aliza, bahwa dia tetap mengakui Alfhan sebagai suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anafitrotun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PULUH DELAPAN
Suara obrolan terdengar receh dari Alfhan dan Aliza yang tengah menyusuri lantai ndalem yang terlihat sepi.
"Itu sarungnya benerin," ujar Aliza melihat sarung Alfhan yang menggembung, megar.
"Iya, susah ini sarungnya merek nggak jelas," keluh Alfhan mengibaskan sarungnya.
"Lah emang biasanya kamu pake apa?"
"Mangga madu, sama Gajah beranak," jawab Alfhan asal yang di ikuti tawa Aliza.
"Emang ada ya merek kek gitu?"
"Adalah apalagi sarung Abah banyak yang kek gitu," celetuk Alfhan membenarkan sarungnya.
"Dah gini kan, ganteng Gua kalo rapi kek gini," gumam Alfhan tersenyum bangga melihat sarungnya sementara Aliza hanya bisa tersenyum melihat tingkah suaminya itu.
"Boleh bang, menyala abangku," sahut Aliza menirukan gaya trend tiktok.
Alfhan terdiam heran mendengar ucapan Aliza.
"belajar dari mana kata-kata kek gitu?"
"Dari tiktok kamu," jawab Aliza polos.
Alfhan terdiam membulatkan matanya.
" kamu lihat apa aja di tiktok aku?"
"Banyak, ada iklan dendeng sutra, cewek bohay, Abang ganteng, banyak banget teryata tontonan kamu kek gitu ya?"
Aliza menyipitkan matanya melihat Alfhan yang terlihat mengantupkan bibirnya.
"Iya, itu aku lagi..., gabutz," Alfhan tersenyum menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Boleh," sahut Aliza memutar bola matanya, dan Alfhan hanya menghela nafas lega, beruntung Aliza tidak menyemburnya dengan semburan kematian.
"Kamu naik dulu aja, aku mau ke dapur bikin susu panas, kamu mau nggak?"
"Boleh, yang kental ya pake susu Belanda,"
"Nggak sekalian susu jepang,"
"Boleh, bagus tu besar-besar,"
"BANG!!!!!," seru Aliza kesal seraya menodongkan blender ke arah Alfhan yang sudah berbirit lari karena Aliza yang berubah menjadi badak bertanduk.
"Astaghfirullah, untung suami aku bukan suami tetangga," gumam Aliza mengusap dadanya lalu menyeduh sebungkus teh dan susu di dalam gelas.
Namun, gerakan Aliza terhenti saat terdengar sebuah langkah kaki di ikuti suara memanggilnya.
"Sendirian?"
Aliza melihat kearah suara yang tidak lain adalah Hana yang tengah duduk manis di kursi makan.
"Iya," jawab Aliza singkat membawa 2 gelas minumnya.
"Tunggu, gua mau ngomong Ama lo," Hana menghentikan langkah Aliza yang terdiam melihatnya.
"Apa?" tanya Aliza singkat dan Hana hanya menyeringai melihatnya.
"Kenapa Alfhan mau sama lo?" Tanya Hana to de point' dan Aliza hanya tersenyum.
"Ya hak dialah mau apa nggak apa gua, emang gua harus tau hatinya Alfhan," jawab Aliza tersenyum miring.
"Pasti Lo goda dia kan?"
"Gak jelas Asli!, ngapain Lo nanya kek gitu, emang Gua PSK yang suka goda orang," wajah Aliza mengeras ingin dia melempar air panas di wajah Hana.
Hana tertawa pelan, menyetuh pundak Aliza.
"Gua sodara Alfhan dan asal Lo tau dia banyak curhat ke gua, terutama tentang lo, dia nggak beneran cinta Lo!, dia mau nikahin lo cuma buat terlihat baik di depan Abah," ucap Hana dengan kilatan licik di matanya. Aliza terdiam mengeratkan genggamannya di nampan yang dia bawa.
"Buat apa dia lakuin itu semua?" Tanya Aliza pelan, perasaan tak karuan seakan menekannya, antara percaya dan tidak.
"Buat pesantren ini lah, ini peluang besar buat bisnis, setelah dia dapet apa yang dia mau, dia bakal duain lo, dan Lo tau siapa cewek itu, Gua!"
Hana menunjuk dadanya lalu tersenyum licik, sementara mata Aliza sudah memerah.
"Astaghfirullah, sudah hentikan mulut busuk mu itu Hana!" Sahut Aliza mengusap dadanya saat sebuah bisikan hati seakan menyuruhnya untuk bersabar.
Tidak ingin terus terpengaruh Aliza segera pergi meninggalkan Hana dengan segudang rasa bimbang.
"Bagus, sedikit bereaksi," gumam Hana tersenyum puas melihat punggung Aliza yang menjauh.
...****************...
Suara denting jam terdengar mengisi keheningan kamar Aliza di mana Alfhan sudah tertidur setelah meminum susu yang Aliza bawakan. Sementara Aliza masih diam melihat langit-langit kamar. Rasa gelisah karena ucapan Hana seakan terus meneror nya.
Aliza melihat ke arah Alfhan yang terlelap disampingnya.
"Apakah yang di katakan Hana tadi benar," gumam Aliza yang di ikuti istighfar pelan dari mulutnya.
"Aku nggak boleh percaya orang lain, seperti apa pun Alfhan dia tetap suami ku dan aku harus percaya dengan dia," batin Aliza lalu mengusap pipi Alfhan dan mulai memejamkan matanya.
4 jam berlalu setelah Aliza tertidur dan suara Alarm terdengar membangunkan Aliza.
"Jam 3," gumam Aliza turun dari kasurnya dan segera menuju dapur untuk menyiapkan makanan sahur.
"Ummah," sapa Aliza saat sampai di dapur dan melihat Bu Azni yang tengah menghangatkan makanan.
"Iya Nduk," jawab Bu Azni melihat Aliza yang mulai menyentuh kegiatan dapur.
Setelah hampir setengah jam akhirnya Aliza menyelesaikan kegiatan dapur dan kembali naik membangunkan Alfhan.
"Bangun," Aliza mengguncang keras bahu Alfhan yang hanya menggeliat. Dan membuka matanya.
"Iya," jawab Alfhan memilih mengalah beranjak bangun sebelum Toa Aliza membangunkannya.
Dengan mata setengah terpejam Alfhan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, mencuci bersih mukanya yang terasa lengket.
.
.
.
Pagi itu seperti biasa matahari bersinar dan burung saling menyanyi, menemani Aliza yang tengah sibuk menyapu kamarnya.
"Rajinnya istri aku," ujar Alfhan yang baru saja kluar dari kamar mandi.
"Udah dari sananya," sahut Aliza dengan nada ketus tanpa melihat Alfhan yang telanjang dada.
"Gitu ya," Alfhan mengangguk tersenyum saat Aliza melihatnya dan syok.
"Astaghfirullah," gumam Aliza melihat Alfhan yang telanjang dada memperlihatkan perut sixpack dan dada nya yang terdapat bulu halus tipis.
"Kenapa, aku bukan penampakan, pake istighfar segala," protes Alfhan, mengambil kaos hitam slim fit lalu mengenakannya.
"Emang nggak sadar diri!, tau puasa-puasa malah mancing!" gerutu Aliza memilih kluar dari kamarnya sebelum Alfhan semakin menggila hingga melepas handuk yang menutupi kakinya.
...****************...
"Eh ada tukang sapu nih," sebuah suara terdengar menghentikan kegiatan Aliza yang tengah menyapu tangga.
Aliza segera melihat sumber suara yang tidak lain adalah Hana, senyuman mengejek di wajahnya.
"Maaf," gumam Aliza sengaja mengarahkan sapunya ke kaki Hana.
Hana hanya berdecak kesal menyingkirkan kakinya.
"Dasar perempuan murahan ama cowok brengsek aja mau lo!" Cerca Hana. Dan Aliza menghela nafasnya melihat Hana.
"Jaga ucapan kamu ya! Jangan__"
"Sayang," tiba-tiba kehadiran Alfhan menghentikan ucapan Aliza.
Alfhan memperhatikan mata Aliza yang terlihat tidak baik-baik saja. Lalu beralih melihat Hana.
"Kalian kenapa?" Tanya Alfhan dan Hana tersenyum penuh drama.
"Nggak, itu istri kamu tiba-tiba aja marah, padahal aku cuma lewat," jelas Hana dan Alfhan melihat Aliza yang diam menggenggam sapunya.
"Iya?"
"Nggak mas tadi itu__"
"Ya udah nggak usah di perpanjang, lain kali emosi kamu di kontrol, jelek kalau suka marah," Alfhan memotong penjelasan Aliza lalu tersenyum mengusap kepala Aliza dan berlalu pergi menuju ruang tamu. Meninggalkan Aliza yang mendengus kesal, kenapa Alfhan tidak mendengarkannya.
Mata Aliza segera teralih saat tawa Hana terdengar nyaring.
"Tu lihat sendiri, di bahkan nggak bela lo!" Ucap Hana licik melihat Aliza kemudian berlalu meninggalkan Aliza begitu saja.
#
#
#
#
#
Hai para manusia makasih ya udah nemenin Alfhan Aliza...makasih banyak buat dukungan kalian semoga otun tetap semangat berkarya menemani kalian ya...
#jangan panggil Thor, panggil aja otun oke😄🐿️
semangat terus nulisnya kakak😁/Smile/
bisa gak si it adi pa haji di karungin dulu
semangat nulisnya kakak☺