NovelToon NovelToon
Dicerai Suami Dinikahi Mantan Atasan

Dicerai Suami Dinikahi Mantan Atasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / Wanita Karir / Kaya Raya / Penyesalan Suami
Popularitas:205k
Nilai: 4.7
Nama Author: Kaisar Biru Perak

Hubungan manis antara Nisa dan Arman hancur akibat sebuah kesalahpahaman semata. Arman menuduh Nisa mewarisi sifat ibunya yang berprofesi sebagai pelacur.

Puncaknya setelah Nisa mengalami kecelakaan dan kehilangan calon buah hati mereka. Demi cintanya untuk Arman, Nisa rela dimadu. Sayangnya Arman menginginkan sebuah perceraian.

Sanggupkah Nisa hidup tanpa Arman? Lantas, berhasilkah Abiyyu mengejar cinta Nisa yang namanya selalu ia sebut dalam setiap doanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaisar Biru Perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 Diceraikan

"Nisa mau turun, Mas!" Nisa mengigau saat seorang dokter dan perawat masuk ke ruangannya. "Nisa nggak mau pergi!"

"Ibu Nisa?" Dokter itu pun mendekat. "Apa Ibu Nisa bisa mendengar suara saya?"

Perlahan, Nisa mulai membuka mata. "Dokter?"

"Ibu sedang di rumah sakit. Syukurlah ibu sudah siuman!" Dengan cekatan, dokter itu pun segera melakukan serangkaian pemeriksaan. "Mana yang sakit, Bu?"

"Semuanya," jawab Nisa.

Nisa meringis karena sekujur tubuhnya terasa sakit. Selagi dokter memeriksa, dia memegang kepalanya. Lalu mengingat kejadian yang membuatnya sampai terbaring di rumah sakit.

"Mas Arman?" Seketika Nisa bangkit. "Dimana Mas Arman?"

Baru beberapa detik, tapi Nisa merasakan sakit luar biasa di bagian perut. "Dokter, bayiku baik-baik saja kan?" tanya Nisa.

Nisa tidak berpikiran macam-macam. Mengira sakit yang dia rasakan adalah efek benturan keras yang dia terima saat kecelakaan.

Tapi, dia begitu panik menyadari tidak ada gerakan bayi di dalam perutnya.

"D-dokter?" Nisa membuka mulutnya lebar-lebar. "Mana anakku, dokter?"

"Maaf, Bu!" Dokter berwajah cantik itu memegang tangan Nisa. "Bayi ibu sedang istirahat sekarang."

"Istirahat?" Matanya yang lebam melihat sekeliling, berharap mendapati box bayi atau semacamnya. Tapi tidak ada benda seperti itu di sana. "Dimana dia istirahat? Saya ingin melihatnya, Dokter. Dia lahir prematur, kan?"

Nisa sangat berharap adanya keajaiban. Berharap anak itu selamat dan bertahan hidup meskipun lahir secara prematur.

Sayangnya harapan itu tidak ada karena bayinya benar-benar tak selamat. Arman, pria yang hanya mengalami luka ringan itu sudah memakamkan bayi itu tepat di samping makam almarhumah ibu Nisa.

Melihat Nisa, dokter dan suster itu pun saling berpandangan. Kasihan, tapi mereka harus memberitahu bahwa bayinya telah meninggal dunia. "Ibu Nisa, anak ibu sudah pergi ke surga."

"S-surga?" tanya Nisa dengan suara terbata. "Apa anakku meninggal, dokter?"

Dokter itu mengangguk. Tak lupa memeluk Nisa untuk memberikan penghiburan. "Maafkan kami, Bu. Kami sudah berusaha. Tapi bayi ibu sudah meninggal saat ibu dibawa ke rumah sakit."

"Tidak mungkin!" Seketika, tangis Nisa pecah. Protagonis wanita itu meraung sejadi-jadinya di pelukan sang dokter.

Althafunnisa, dia hanyalah seorang gadis sebatang kara. Tak punya ibu dan tak punya ayah. Yang dia punya hanyalah Arman tapi Arman mencampakkannya.

Dunianya nyaris runtuh, tapi berkat janin yang tumbuh di rahimnya, dia bisa bertahan. Tapi janin itu pun pergi meninggalkannya. Lantas, bagaimana cara Nisa melanjutkan hidupnya yang kian tak berwarna?

"Kenapa semuanya pergi?" Nisa terisak. "Kenapa aku tidak mati bersama anakku saja?"

Wanita itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Meratapi nasibnya yang buruk karena kehilangan anak. Sebuah rasa sakit yang bahkan tidak dirasakan Arman.

Yah, pria itu tahu anak itu mati. Tapi yang dia lakukan hanyalah berpesan pada dokter agar dokter menghubunginya ketika Nisa sadar.

.

.

.

"Mereka lucu sekali." Di ranjang pesakitannya, Nisa menoleh. Di balik kaca itu, Nisa melihat sekumpulan bocah bermain-main dengan ibu mereka di taman. "Kalau tahu begini akhirnya, aku pasti tidak akan pergi menemuimu hari itu."

Tangannya yang lemah menggenggam erat selimut. Menyesali keputusannya pergi menemui Arman tempo hari. "Ini yang kamu mau kan, Mas?"

Padahal, tinggal sebentar lagi Nisa akan berganti status menjadi seorang ibu. "Apa kamu senang sekarang?"

Melihat Nisa terus memperhatikan anak-anak itu, Arman pun mulai menyahut, "Jangan bicara seolah paling tersakiti. Kamu kehilangan bayimu karena kesalahanmu sendiri."

Bukannya meminta maaf, Arman justru menyalahkan Nisa. "Kalau kamu tidak menggangguku, tidak mungkin ada kecelakaan hari itu."

"Begitu, ya?" Nisa tersenyum nanar. "Ya, semua ini memang salahku!"

Sadar dia hanya akan jadi pihak yang disalahkan, Nisa pun memilih mengakui kesalahannya. Disisi lain, Arman mulai mendekati Nisa.

"Segera tanda tangani ini!" Arman menyodorkan sebuah map ke pangkuan Nisa.

"Apa ini?" tanya Nisa.

"Kita cerai saja!" jawab Arman.

Belum kering luka hati Nisa karena kehilangan calon anak. Tapi Arman sudah tega memberinya luka baru untuk Nisa. "Aku tidak mau!"

Nisa membuang map pemberian Arman. Tapi Arman kembali memberikannya pada Nisa.

"Dengar, aku berencana menikahi Sandra secepatnya." Arman membuka map itu. Lalu mengambil surat cerai di dalamnya dan menyodorkannya pada Nisa. "Tapi sebelum itu, aku harus menceraikanmu dulu."

"Kamu tahu, Mas?" Tiba-tiba Nisa menatap Arman. "Sandra yang memintaku masuk ke kamar hotel untuk mengganti sprei waktu itu."

"Lalu?" Arman menyela. "Kamu yang menawarkan tubuhmu untuk pria itu, kan?"

"Mas?"

"Cukup, Nisa!" Arman mulai meninggikan suaranya. "Jangan berani menuduh Sandra sengaja melakukan itu. Sandra bukan orang seperti itu!"

Jujur saja, Nisa bukannya menuduh Sandra menjebak atau semacamnya. Nisa hanya ingin Arman meninjau ulang keputusannya.

Apakah wanita yang memaksanya mengerjakan tugas yang bukan menjadi tanggungjawabnya itu adalah wanita baik-baik?

Tapi sungguh sangat disayangkan karena sebanyak apapun Nisa menjelaskan Arman tetap teguh dengan pendiriannya. Pria itu akan tetap menikahi Sandra apapun yang terjadi.

"Apa kamu sangat mencintainya?" tanya Nisa.

"Ya, aku sangat mencintainya!" jawab Arman.

Sakit rasanya mendengar suaminya mengatakan kata cinta untuk wanita lain. Tapi itu belum cukup untuk membuat Nisa menyerah.

Mereka menikah atas dasar cinta. Hanya saja ujian pernikahan mereka sangat sulit. Dan meskipun Nisa membenci Arman, tapi jauh di dalam lubuk hatinya masih sangat mencintai Arman.

Setelah berpikir sejenak, akhirnya Nisa pun membuat sebuah keputusan besar. Sebuah keputusan yang tidak pernah terpikirkan akan dia ambil untuk menyelamatkan pernikahannya dengan Arman.

"Aku tidak keberatan kamu menikah lagi." Nisa menatap Arman tanpa ekspresi. "Aku tidak keberatan kamu menghabiskan tujuh hari dalam seminggu bersamanya. Tapi tolong jangan ceraikan aku!"

Nisa pun menggapai tangan Arman. Berharap Arman mengabulkan permintaan terakhirnya. Tapi Arman melepaskan genggaman tangannya. "Kenapa kamu begitu keras kepala?"

"Karena aku sangat mencintaimu!" kata Nisa.

"Tapi aku sudah tidak mencintaimu." Arman menghela nafas panjang. Lalu melihat ke arah lain. "Aku tidak ingin memiliki hubungan apapun denganmu."

"Kamu akan menyesal karena menceraikan aku, Mas!" kata Nisa memperingatkan.

"Aku akan lebih menyesal jika harus menghabiskan seluruh hidupku denganmu, Nisa!" sahut Arman.

Pria itu mengabaikan peringatan terakhir Nisa. Lalu menyodorkan bolpoin untuknya. Karena Arman bersikeras meminta cerai, Nisa pun mengalah.

Mengambil bolpoin pemberian Arman dan menandatangani surat perceraian itu dengan suka rela.

Tidak ikhlas memang. Tapi apa yang bisa Nisa lakukan? Dia akan menjadi penjahat jika memaksa Arman untuk tetap tinggal.

"Ini untukmu!" Pria itu menyodorkan sebuah map yang lain. Di dalamnya berisikan surat kepemilikan rumah beserta tanah yang mereka tinggali selama ini.

"Aku tidak butuh rumah itu!" tolak Nisa.

"Nisa, jangan membuatku marah. Apa kamu lebih suka tinggal di kolong jembatan?" bentak Arman.

Karena kesal, Arman pun meletakkan map itu di meja. Nisa menerimanya atau tidak Arman tidak peduli. "Anggap saja sebagai permintaan maaf karena aku telah menceraikanmu!"

***

1
Jio
Luar biasa
Rina Rina
makan tu cinta plakor
retiijmg retiijmg
lanjut kak...
Merica Bubuk
🤭🤭🤭
sweetpurple
Luar biasa
Lusia Tanti
abiyu..... bikin aku gemeeees saja
ada ada saja kamu tuuuuuuuu
Lusia Tanti
kasihan si Arman.... jadi calon om yang pengertian dan siap siaga ☺☺
Lusia Tanti
aduuuuh.... aku jadikan sama abiyu... tapi aku juga pingin ketawa keras keras 🤣🤣🤣🤣
Lusia Tanti
bikin ketawa ngakak
pak darmawan bikin aku pingin cubit kamu lho pak
Bojone pak Lee
😂
Bojone pak Lee
😂🤣😂🤣
Bojone pak Lee
kami para readers berharap kamu jadi suami Nissa😊
Achmad Yuli
sudah berbab bab..tp kok gg ada crita kehidupan sarah istrinya armand
Aurora
Luar biasa
Ila Lee
Alhamdulillah Abi dan Nisa
@train
alasan saja si abi ini/Facepalm//Facepalm/
Nur Fatihah
seru
Yuli Purwati
lanjut
Ila Lee
Abi ada anak kamu tu jgn keras2 Dong
Welas Trianingsih
😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!