NovelToon NovelToon
Benih Twin'S CEO Kejam

Benih Twin'S CEO Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Poligami / CEO / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius
Popularitas:23.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mom Ilaa

Karena dipaksa untuk segera memiliki anak, Jovan sang CEO dari perusahaan ternama diam-diam menikah lagi. Dengan kejamnya, dia mengusir Seina selaku istri pertamanya yang dikira mandul. Namun nasib buruk pun menimpa Jovan yang mana istri keduanya mengalami kecelakaan hingga membuatnya keguguran bahkan rahimnya terpaksa harus diangkat demi menyelamatkan nyawa Ghina.

Lima tahun kemudian, Seina yang dikira mandul kembali dengan tiga anak kembar yang memiliki ketampanan mirip Jovan.

“Bunda, Oom itu milip Kakak Jelemy, apa Oom itu Ayah kita?” tanya Jelita, si bungsu.

“Bukan!” elak Seina.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hamil Kembar??

Berkat kebaikan gadis cupu itu, Gara mendapatkan tempat tinggal meski harus merelakan harga dirinya jatuh demi Seina yang sedang hamil bisa istirahat di rumah gadis cupu itu.

“Ini kamarku, karena kalian akan tinggal di sini, aku bakalan pindah ke kamar sebelah.” Gadis cupu itu membukakan pintunya untuk Gara lalu ia menyuruh remaja itu membaringkan Seina ke tempat tidurnya.

“Kecil sekali kamarmu ini,” cicit Gara sambil melirik isi kamarnya yang lumayan sempit membuat gadis cupu di sampingnya pun mendengkus.

“Kamarku memang kecil tapi kamu jangan meremehkannya seperti itu. Tanpa kamar ini, kau dan wanita ini mungkin akan tidur di luar sana,” balas gadis cupu itu.

“Iya... iya... ngerti kok, terima kasih sudah berbaik hati mau menampung kami, yang mulia,” ucap Gara sambil menyelimuti Seina.

“Panggil saja Vara,” celetuk Vara kesal walau perawakan Gara tinggi dan ganteng. Maklum Gara merupakan cowok tertampan di sekolah.

“Oh ya, siapa perempuan ini?” Ia kemudian menunjuk Seina dan bertanya pada Gara yang duduk sejenak di kursi.

“Seina, dia kakak kandungku satu-satunya,” jawab Gara dengan datar dan Vara yang manggut-manggut.

“Aku tidak menyangka ternyata mr. pembully seperti kamu punya kakak perempuan yang cantik, tapi sayang dia punya adik yang suka bully cewek-cewek di sekolah,” celetuk Vara lagi.

“Heh... aku juga tidak menyangka gadis cupu seperti kamu ternyata cerewet saat di rumah,” balas Gara mengejek.

“Apaan? Aku tidak cerewet kok!” sentak Vara.

“Sudah... sudah... jangan membuatku marah. Mendingan kamu berikan aku air es. Aku agak haus nih gara-gara jalan kaki sepanjang enam ratus meter,” titah Gara dengan santainya bak Raja pada dayang-dayangnya.

“Dih lebay juga dia. Padahal jaraknya tidak sejauh itu kok,” batin Vara lalu ia berkacak pinggang.

“Aku tidak mau.” Tolaknya kemudian.

“Kenapa kamu menolak?” Tanya Gara kaget.

“Kamu kan punya kaki dan tangan, ambil saja sendiri di dalam kulkas.” Jelas Vara ketus.

“Aku tamu kamu loh, harusnya sebagai tuan rumah menjamu tamunya dengan baik. Bukan malah berlagak sombong,” hardik Gara berdiri dan mendekatinya tapi langkah Gara terhenti karena Vara tiba-tiba maju.

“Aku tidak pernah menganggap kamu tamu di sini. Aku hanya menganggap dia, sedangkan kamu hanya orang lain yang tidak tahu diri,” balas Vara melotot.

“Ck, gadis ini cerewet sekali, berbeda saat di sekolah dia malah takut padaku. Apa karena ini rumahnya jadi dia berani menginjak-injak aku?” pikir Gara lalu ia membuang muka dan berjalan melewatinya.

“Dipikir-pikir, aku juga tidak sudi minum air es-mu. Rasanya pasti seperti aspal.”

Bam!

Vara sedikit tersentak mendengar pintunya dibanting Gara, tapi gadis itu lebih terkejut dan kesal mendengar ucapannya.

“Iisshh... mau di sekolah atau di sini, sifatnya masih sama. Dia sombong sekali!” gerutunya kemudian memandangi raut wajah Seina yang terlihat sendu dan lelah. Vara pun penasaran apa yang sebenarnya terjadi.

Vara lantas keluar untuk menanyakan kepada Gara tetapi tiba-tiba pintu rumahnya diketuk seseorang.

“Heem... siapa itu malam-malam datang ke sini?” tanya Gara tiba-tiba juga sudah berdiri di samping Vara membuat gadis cupu itu terlonjak.

“Heeh, kamu jangan bengong saja, buka tuh pintunya,” suruh Gara ke Vara yang menatap jengkel padanya.

“Kalau kamu tidak mau, aku saja yang pergi membukanya,” sambung Gara tapi Vara pun melarangnya.

“Tidak usah kamu, biarkan aku saja!” bentak Vara dan cepat-cepat membuka pintunya.

Gara yang penasaran siapa itu, ia mendekat perlahan dan seketika itu ia berhenti tepat di belakang Vara.

“Kakak...? Kok tumben pulang cepat hari ini? Emang tugasnya di rumah sakit sudah selesai, kak?” tanya Vara.

“Hm, iya, pasien yang kakak jagain seminggu ini sudah pulang jadi... lohhhh kamu?”

Vara mengalihkan matanya ke belakang lalu menatap bergantian kakaknya dan Gara.

“Ehh kakak kenal sama dia?” Tunjuk Vara ke Gara dengan bingung.

“Hm, iya, dia adiknya pasien kakak. Kok kamu ada di rumah saya?” tanya wanita itu kepada Gara.

Vara pun menjelaskan awal bertemunya dia dengan Gara. Setelah itu, kakak Vara pun mengangguk paham.

“Mba, kebetulan Anda ada di sini, tolong periksa kondisi kakak saya,” mohon Gara.

“Dih, ternyata dia juga bisa memohon ke Kak Salwa. Aku pikir dia bisa mengurus kakaknya sendiri,” batin Vara entah mengapa ia senang melihat Gara tidak berdaya di hadapannya.

Salwa dengan tersenyum menuju ke kamar Vara.

“Kakakmu hanya sedikit terguncang, dia akan kembali baik-baik saja kok. Mungkin kakakmu masih terkejut karena kehamilannya itu,” ucap Salwa berpikir positif tentang kondisi Seina.

“Hamil, kak?” Vara terkejut lalu melirik Gara yang juga menatapnya.

“Walau aku berandal di sekolah tapi aku tidak sejahat itu seperti dalam otakmu!” kata Gara tampak tahu arti tatapan Vara.

“Ohh ternyata kalian lumayan dekat ya. Tapi bagus deh adik kakak punya teman di sekolah. Tolong ya, Dek Gara, jaga adik saya di sekolah soalnya dia sering sekali pulang terus nangis tiba-tiba,” mohon Salwa.

“Kak, sebenarnya dia itu... hmp!”

Mendadak mulut Vara dibekap oleh Gara.

“Hahaha... maafkan saya, Mba. Sebenarnya kami baru kenal tadi, tapi saya berjanji akan menjaga dia untuk membayarkan kebaikan, Mba,” ujar Gara cepat dan tersenyum kepada Vara tapi Vara malah berpaling lalu bergeser sedikit.

“Oh ya, kamu juga harus jagain kakakmu. Dia sekarang ini lagi mengandung anak kembar.”

“APA, KEMBAR?” ucap Gara dan Vara serentak membuat Salwa tertawa kecil.

“Hm, kembar tiga malah,” sambung Salwa.

Gara dan Vara kembali terbelalak kemudian Salwa pamit untuk mengganti pakaian dulu.

“Hai, berandal, siapa suami kakakmu?” tanya Vara penasaran pria yang menghamili Seina.

“Bukan urusanmu, kunti,” jawab Gara ketus.

“Dih, ya sudah, aku juga tidak butuh jawaban darimu!” Vara lalu pergi ke arah kamar Salwa untuk bertanya pada kakaknya sendiri, tapi Salwa tidak tahu juga.

Kini Gara duduk di samping Seina sembari mengusap kepala wanita cantik itu.

“Kak Seina, maafkan Gara tidak bisa menjaga kakak dari pria itu. Maafkan Gara yang tidak becus membahagiakan kakak. Tapi sekarang Gara berjanji akan selalu menjaga kakak dari pria brengsek itu. Kakak harus bertahan, demi Gara dan anak-anak kakak. Lupakan dia yang sudah mencampakkan kakak. Biarkan Gara sendiri membalaskan dendam ini padanya.”

Setelah mengatakannya, Gara pun keluar dari kamar Seina yang mana mata wanita cantik itu meneteskan air mata. Walau ia pingsan tetapi kata-kata Gara seakan tembus dalam hatinya yang terluka.

Hari demi hari terus berlalu dan kondisi Seina mulai pulih walau masih ada kesedihan yang terpancar dari matanya. Namun Seina mencoba belajar menerima kenyataan Jovan yang telah menipunya.

“Kakak, kok nangis? Masakan yang Gara bikin tidak enak ya?” tanya Gara sambil menyuapi Seina yang tiba-tiba menangis.

“Kakak masih tidak habis pikir Mas Jovan setega itu membohongi kakak selama ini. Ternyata kakak hanya dijadikan pelampiasan dia.... hiks...” Isak Seina teringat penjelasan Jovan bahwa Jovan terpaksa mencintainya karena saat itu Jovan putus dari Ghina yang tetap ingin melanjutkan pendidikannya di luar negeri.

“Padahal kakak mengira dia orangnya tulus tapi rupa-rupanya kakak dipermainkannya.”

Gara meletakkan piringnya di atas nakas lalu duduk mendekap tubuh sang kakak. Bahkan tangisan Seina sampai terdengar ke telinga Vara yang mau masuk ke dalam namun Vara berhenti di depan pintu. Gadis itu ikutan sedih mendengar ungkapan hati Seina. Tapi Vara pun tertegun akan perkataan Gara.

“Kak, lupakan pria brengsek itu. Kalau kakak terus memikirkannya, siang ini juga Gara ke rumah dia.” Ancam Gara serius.

“JANGAN!” larang Seina takut adiknya tidak pulang untuk selamanya.

Gara pun berdiri. Ia menyuruh Seina kembali istirahat dan berjanji tidak akan ke rumah itu. Seina pun memejamkan matanya, sementara Gara keluar dari kamar Seina.

“Loh, kamu ngapain berdiri di sini? Habis nguping ya?” Tunjuk Gara ke Vara.

“Tidak kok, aku barusan datang dari sana,” elak Vara menunjuk dapur kecilnya.

“Terus ngapain kamu ke sini?” tanya Gara.

“Jutek banget sih, aku kan ke sini bukan buat nagih hutang, aku ke sini pengen tanyain apa cita-cita kamu? Tadi di sekolah kan guru kita pengen tahu apa cita-cita kita tapi kamu kan malah diam saja,” jawab Vara agak ngegas.

“Terus cita-cita kamu apa?” tanya Gara sambil melipat kedua tangannya di dada.

“Jadi kaya raya lah, biar hidupku enak dan gak dibebani oleh cowok resek kek kamu.”

Gara menahan tawa mendengarnya.

“Ihhhh malah ketawa! Kek punya cita-cita paling bagus aja,” cerocos Vara sewot.

“Hm tapi emangnya cita-cita kamu apaan?” tanya Vara penasaran. Saat itu juga ekspresi Gara berubah dingin.

“Bukan urusanmu.”

“Iiihhh selalu saja begitu, jawabnya yang lain dong. Mau jadi tentara, dokter atau jadi polisi kek,” kata Vara cemberut.

“Memangnya apa gunanya buat kamu?” tanya Gara menunjuk dengan sinis.

“Siapa tahu aku bisa bantu kamu,” ucap Vara tersenyum paksa tapi Gara berdecak lidah.

“Aku tidak butuh kutu kunti seperti kamu.” Setelah mengatakan itu, Gara berlalu pergi.

“Haiii... malah pergi, jawab dong biar aku gak penasaran!” pekik Vara gegas mengejarnya.

“Yaaa ampuun mereka setiap hari berdebat terus.” Hembus Salwa geleng-geleng kepala lalu keluar dari kamarnya untuk menyiapkan makan malam. Tidak lupa Seina yang sudah merasa baikan ia mulai belajar membiasakan diri membantu Salwa.

Salwa dengan senang hati mengizinkannya. Seminggu kemudian hubungan mereka telah seperti saudara kandung walaupun Gara dan Vara masih layaknya Tom and Jerry.

Lain halnya Asisten Lu yang hari ini tampak tergesa-gesa dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran.

“Tuan Jovan...!!! Gawat... gawat....!!!” ujarnya di depan meja Jovan membuat pria tampan itu menghentikan aktivitasnya yang sedang mengecek dokumen perusahaan.

“Ada apa denganmu, Asisten Lu? Mengapa kau berlari seperti itu?” tanya Jovan bingung melihat Asisten Lu ngos-ngosan.

“Tuan Jovan, telah terjadi sesuatu pada Nyonya!”

“Apa? Apa yang terjadi padanya?” Jovan lantas berdiri dari kursinya karena terkejut.

“Saya mendapat kabar bahwa Nyonya baru saja terjatuh dari tangga. Sekarang tengah dilarikan ke rumah sakit.”

Karena kabar buruk itu, Jovan secepatnya melajukan mobilnya ke sana.

1
Retno Harningsih
lanjut
Author Dirabi
Nexttt
Author Dirabi
Saingan papanya si triple cdel
Author Dirabi
Mamanya Gina mencurigakan
Author Dirabi
Smngat thor
Author Dirabi
Kacian jlita linduin ayahnya
Author Dirabi
Mungkin saja y itu elsha
Author Dirabi
Nextt
Dara Dira
Lanjutt thor
Iqlima Al Jazira
iya.. ledes ndak tetuju🤭
Dara Dira
Lanjuttt
AbiManyu
jovan seenaknya aja mau ngambik anak seina
AbiManyu
semoga baik baik saja
Widia
jangan bikin seina sama jovan balikan ya thor.. kasih aja pemain baru buat jadi suaminya seina
Yu Nana
Nexxtt
Ma Em
kok Seina ga cariin anaknya yg nginap dirumah Ghina ga merasa kehilangan malah dibiarin tidur dirumah Jovan.
Ma Em
Luar biasa
༎ຶP I S C E S༎ຶ: Terima kasih bund
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
next thor
༎ຶP I S C E S༎ຶ: Siap nextt
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
ahilna jumpa ladi celita bocil cadel👏
Iqlima Al Jazira: sama_sama thor
༎ຶP I S C E S༎ຶ: Terima kasih SDH mampir bunda
total 2 replies
ika
rasakan Jovan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!