Imam Pengganti
Kita tidak bisa memilih dengan siapa Allah menciptakan kisah halal kita
Angin berhembus pelan siang itu, Menerbangkan debu jalanan, mengiringi sebuah mobil crv biru yang mulai memelan saat mendekati sebuah gerbang rumah minimalis,dan berhenti tepat di depannya.
Tak lama setelah mobil itu berhenti terlihat seorang gadis dengan setelan gamis pink salm kluar dari mobil.Gadis itu terlihat begitu anggun dan cantik, sorot matanya yang teduh berbalut celak menyiratkan ia adalah
sosok yang begitu lembut.
"Biar Aliza aja Bi yang bawa tas nya," ucap gadis itu menatap seorang lelaki paru baya yang beru saja kluar dari mobil menenteng 2 buah tas besar.
Lelaki itu tersenyum mengerakkan kumis dan jenggotnya yang mulai mutih.
"Berat biar Abi saja yang bawa kamu langsung masuk,udah di tunggu umi itu di dalam,"
"Beneran abi kuat?,"
"Hmm,iya kamu masuk aja," Abi mengangkat salah satu tas Aliza lalu membawanya masuk di iringi langkah Aliza di belakangnya.
Aliza Khansa zahira fatahillah,nama gadis itu. Aura kecantikan natural terlihat dari wajah Aliza yang merupakan alumni pesantren terkenal P.P Abu Abbas. Sudah 3 tahun Aliza menuntun ilmu di Abu Abbas dan kini ia mulai memasuki masa liburan akhir sekolahnya yang memang di liburkan sebelum puasa untuk kelas XII.
"Umi...,"Sapa Aliza memeluk wanita paru baya yang tengah duduk di sofa ruang tamu.
wajah wanita itu terlihat tersenyum teduh mengusap tangan Aliza yang menggantung di lehernya.
"Cantiknya umi udah pulang..,"Umi menarik tangan Aliza untuk duduk di depannya.
Aliza mencium tangan umi lalu mengecup pipinya.
"Gimana sekolahnya, lancar?,"Tanya umi mengusap kepala Aliza, Aliza tersenyum memegang tangan Umi.
"Lancar mi tahun depan insyaallah Aliza wisuda Alfiyah,"
"Alhamdulillah..ya sudah sana ke kamar istirahat nduk," Umi tersenyum melihat Abi yang beru saja masuk lalu menatap Aliza yang mengangguk.
"Iya Mi Aliza ke kamar dulu ya,"Aliza berlalu pergi meninggalkan Umi yang beralih melihat Abi yang duduk di depannya.
Abi melepas peci, menampilkan helai rambut putih yang mulai memenuhi sebagian kepalanya.
"Bagaimana kita bilang ke Aliza Bi, soal perjodohan itu?," Umi menatap Abi nanar. Abi menghela nafasnya lalu tersenyum teduh.
"Nanti kita bilang pelan-pelan ya, besok insyaallah Kyai Azzam kesini.., sekalian kita kenalkan kepada Aliza,"
Umi mengangguk menatap kotak lantai di depannya, rasa gundah memenuhi hatinya yang terasa begitu berat untuk menikahkan putrinya.
...****************...
Suara aluna sholawat Burdah terdengar dari kamar Aliza, dimana kini ia tengah sibuk menata pakaiannya di lemari. Gerakan tangan aliza terhenti saat melihat sebuah lembar kertas di tangannya.sebuah khot kaligrafi terlihat indah memenuhi kertas itu.
Aliza tersenyum saat ingatannya melayang membayangkan sosok yang diam-diam begitu ia kagumi.Sosok yang menorehkan kaligrafi di kertas yang tengah ia pegang. Aliza mengusap kertas itu lalu menatapnya dalam, menghamburkan gemuruh rasa di hatinya.
"Gus Asfhan,"gumam aliza pelan seraya tersenyum membayangkan senyuman sosok gus Asfhan yang ia kagumi.
Haluan Aliza terus berterbangan mengingat memori kedekatannya dengan sosok gus Asfhan yang tak lain adalah putra bungsu kyai Azzam Hasbi Thabrani, sosok yang begitu ia hormati di tempat dimana Aliza menuntut ilmu.
Sejak awal tahun Aliza memang dekat dengan sosok gus Asfhan. Kedekatan itu di mulai saat aliza mengikuti lomba khot. Dimana gus Asfhan lah yang membimbing langsung para peserta, termasuk Aliza. Sikap lembut dan telaten gus Asfhan serta wajahnya yang rupawan menarik ritme rasa di hati Aliza. Menciptakan getaran rasa yang di sebut cinta. Namun, ia sang maha cinta lah yang menyatukan hati setiap insan, dimana sang rabb telah menorehkan rasa yang sama kepada gus Asfhan yang diam diam juga memiliki rasa kepada Aliza. Terlebih setelah Aliza memenangkan lomba Kaligrafi nasional mewakili ponpes Abu Abbas .
To:Aliza khansa Zahira..
From: Syarfiq Asfhan Al-Ghazali..
Aliza menatap sebuah tulisan tangan di belakang kertas itu lalu tersenyum menempelkan nya di diding lemari.
Sebuah senyuman merekah di bibir Aliza saat melihat lukisan kaligrafi pemberian Asfhan tempo hari yang sudah terpajang di dinding almari.
"Ya rabb..sang maha cinta....engkaulah pemilik dari setiap takdir, engkau lah yang merencanakan setiap kejadian, semua atas kendali mu ya rahim...aku yakin semua yang terjadi adalah ketetapan takdir mu ...termasuk engkau hadirkan Gus Asfhan di kehidupanku tanpa aku minta. Aku yakin ya rabb rencana mu begitu indah....,"
Aliza tersenyum memeluk kertas di tangannya, menikmati semilir angin yang berhembus pelan menggerakkan kerudungnya, tanpa menyadari skenario takdir tengah berjalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments