Ronan Adgar. Dia kecelakaan saat berusia 13 tahun dan berakhir koma selama 5 tahun.
Setelah sekian lama koma, akhirnya dia kembali sadar dan menyadari banyaknya perubahan pada dunia.
Keluarganya yang sebelumnya kaya raya kini hancur.
Kedua orang tuanya meninggal, menyisakan adiknya yang bekerja sebagai pelayan di kafe pinggir jalan.
Tidak ada lagi bisnis besar.
Sahabatnya bahkan kini mengabaikannya dan menjauh dari dirinya membawa tunangannya yang juga telah kehilangan minat pada dirinya.
Melihat semua perubahan itu, Ronan merasakan perasaan kecewa, kesedihan dan penderitaan.
Dalam penderitaan itu tiba tiba sesuatu muncul di udara yang kosong.
-Host Dengan Kriteria Terbaik Telah Ditemukan.
-Apakah Host Menginginkan Balas Dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RyzzNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Ronan akhirnya tiba di ruang kelas A yang menjadi kelas miliknya.
Saat itu, pelajaran sudah dimulai hingga akhirnya Ronan menunggu di pintu luar ruangan kelas sejenak.
Tidak lama kemudian wali kelas memanggilnya.
“Ronan, masuklah.“
Ronan mengikuti ucapan wali kelasnya dan masuk ke ruang kelas, entah bagaimana Ronan tidak satu kelas dengan kekasihnya maupun sahabatnya saat ini.
Saat masuk, Ronan merasakan banyak tatapan tajam yang diarahkan kepadanya, semuanya dipenuhi dengan tatapan dan sikap permusuhan yang jelas.
Bahkan wali kelasnya juga menunjukkan rasa tidak sukanya pada Ronan.
“Perkenalkan dirimu.“
Ronan terdiam sesaat saat dia berdiri di hadapan papan tulis, menatap para murid lainnya satu persatu dan setelah itu dia kemudian berkata dengan santai:
“Aku Ronan Adgar, aku akan satu kelas dengan kalian mulai hari ini dan beberapa bulan kedepan. Mohon kerja samanya.“
Tentunya tidak ada satupun murid yang memberikan respon menyenangkan dan hanya ada respon buruk dan benci dari mereka.
“Baiklah baiklah, pergi duduk di bangku kosong disana.“
Wali jelasnya kemudian menunjuk ke salah satu bangku yang berada di pojok belakang.
Tidak menunggu lama, Ronan akhirnya pergi ke bangku itu, di tengah jalannya, Ronan melihat sebuah kaki terulur yang berniat membuatnya terjatuh.
Misi Terdeteksi!
Misi:…
-
Saat itu sistem berbunyi namun Ronan mengabaikannya, Ronan hanya terus maju, dan disaat kakinya akhirnya bertemu dengan kaki dari seorang yang berniat membuatnya terjatuh itu. Ronan melesatkan kakinya sedikit lebih cepat sehingga membuat pemuda yang mengulurkan kakinya itu meringis kesakitan.
Ronan menatapnya dengan tatapan renang namun penuh dengan tatapan mencela.
Karena reputasi Ronan sangat buruk, maka Ronan akan menerimanya dan bertindak sesuai reputasinya, dengan itu siapa yang akan mempersalahkannya?
Saat itu sistem sekali lagi berbunyi menandakan bahwa Ronan telah menyelesaikan misinya, tapi Ronan tidak memperhatikan nya.
Ronan suka menimbun hadiah misinya dan memutuskan untuk mengeceknya jika dia sudah punya waktu luang.
Saat Ronan akhirnya sampai pada bangku miliknya, Ronan melihat meja miliknya penuh dengan coretan aneh dan nampak dibeberapa bagian basah.
Kursinya juga sama saja, penuh dengan coretan dan sesuatu sesuatu yang aneh lainnya.
Melirik ke wali kelasnya. Wali kelasnya nampak menyeringai.
Saat itu Ronan tersenyum kecil saat mengangkat tangannya menyentuh meja itu.
“Sungguh sekolah yang menyedihkan, bisa bisanya mejanya dipenuhi dengan coretan seperti ini… apakah sekolah ini kehabisan dana? Oh apa karena orang tuaku salah menilai sekolah ini? Buruk sekali ck ck ck.“
Sistem sekali lagi berbunyi pada saat itu dan Ronan mengabaikannya.
Ronan menatap wali kelasnya yang terlihat terdiam, murid murid lainnya juga menatap Ronan dengan keringat di wajah mereka, tentunya karena mereka terkejut dengan betapa beraninya Ronan.
“Apa reputasi sekolah ini sebenarnya hanya sebuah settingan palsu saja?“
Wali kelasnya berkeringat dingin.
“Ka-kamu! Lebih baik kamu tutup mulutmu sekarang! Atau aku akan mengeluarkan mu dari sekolah ini!.“
Mendengar itu Ronan tiba tiba menyeringai.
“Mengeluarkan? Mengeluarkan katamu? Nah! Mari kita lihat bagaimana kamu mengeluarkan ku!“
Wajah dari wali kelas itu langsung menjadi muram dan pucat.
Mengapa tidak?
Orang tua Ronan telah membuat suatu kesepakatan dengan kepala sekolah sehingga mereka tidak memiliki pilihan lain selain menyekolahkan Ronan hingga dia lulus.
Mana mungkin kepala sekolah akan mengeluarkannya dari sekolah ini, apa lagi hanya seorang wali kelas biasa sepertinya.
Kekuasaan apa yang dia miliki?
“Kenapa kamu diam?“
Ronan sekali lagi memprovokasi wali kelasnya, tapi wali kelasnya terus saja berdiam diri dan terlihat pucat.
'Tidak menarik.'
Ronan kemudian menghela nafas panjang, kemudian dia menatap wali kelasnya sekali lagi.
“Tunggu apalagi? Tidak bisakah kamu mengganti meja ini sekarang? Oh atau kita bertukar meja saja nih guru?“
Pada saat itu akhirnya wali kelasnya tersentak dan menatap beberapa murid laki laki.
“Kamu kamu dan kamu, pergilah mengambil meja dan kursi baru di gudang.“
Ketiga murid laki laki yang terpilih terlihat tidak senang tapi apa dayanya? Mereka tidak bisa menolak ucapan dari guru mereka.
Disisi lain Ronan tersenyum kecil:
“Eh? Jadi di gudang sekolah ada kursi dan meja baru? Kenapa bisa aku mendapatkan meja dan kursi yang seperti ini? Oh..! Apa ini adalah tantangan? Hm? Katakan padaku guru..“
Wali kelasnya menjadi panik dan pucat, keringat dingin membasahi punggungnya, pada saat itu entah apa yang wali kelasnya pikirkan.
Wali kelasnya mendekati Ronan dan menundukkan kepalanya.
“Ma-maaf! Maafkan saya! Kumohon! I-itu-”
Saat melihat wali kelasnya meminta maaf, Ronan langsung merasa bosan.
“Ah sudahlah, aku tau bahwa sahabat kesayanganku pasti membayarnya untuk melakukan ini.“
Melihat tubuh wali kelasnya yang tersentak kaget saat dirinya menyebut sesuatu tentang Albert membuat Ronan semakin yakin bahwa hal ini juga terjadi karena Albert.
'Sekarang sudah ada dua hadiah, nah hadiah apa lagi yang kamu siapkan? Aku menyambutnya dengan baik.'
Ronan tersenyum.
Pada saat itu sistemnya berbunyi menandakan misinya telah selesai.
Disaat yang sama, meja dan kursi Ronan kini akhirnya diganti dengan meja dan kursi yang baru dan bersih.
Puas. Ronan duduk di kursi itu dan akhirnya pelajaran dimulai dengan suasana hening yang mematikan.
Tidak ada yang berani berbicara setelah melihat hal sebelumnya, seorang guru yang dibuat tunduk oleh seorang murid, membuat mereka ikut tunduk.
Dengan itu hanya ada suara guru mereka yang menjelaskan pelajaran meski suaranya terdengar sedikit gemetar.
Ronan sendiri hanya diam dan dengan tenang membaca tiap halaman dan halaman dari buku paket sekolahnya.
Hanya dengan satu kali baca, Ronan selalu dapat mengingat dan memahami semuanya dengan sangat cepat.
Meski begitu Ronan merasakan kekosongan dibeberapa tempat, tentunya itu wajar karena kekosongan itu ada karena dia tidak mempelajari buku paket smp.
Karena itu Ronan memutuskan untuk membeli buku paket smp nantinya untuk melengkapi sesuatu yang kosong itu.
Jam belajar berlangsung selama beberapa saat dan setelah sekian lama akhirnya jam istirahat tiba dan jam belajar berakhir.
Para murid lainnya terlihat lega karena akhirnya bisa meninggalkan kelas yang sangat hening dan tidak seperti biasanya itu.
Semuanya terjadi karena keberadaan Ronan.
Saat itu, Ronan merapikan meja miliknya yang dipenuhi dengan banyak buku dan catatan.
Setelah merapikannya, Ronan kemudian meregangkan tubuhnya dan bangkit dari mejanya.
Dia perlu ke kantin untuk saat ini, tujuannya bukanlah untuk makan, melainkan untuk mengamati bagaimana situasi adiknya saat bersekolah.
Apakah kehidupan sekolahnya baik baik saja atau tidak.
Disisi lain, Ronan juga mengharapkan dia akan bertemu dengan mantan sahabat dan mantan tunangannya, untuk berterimakasih atas hadiah yang telah mereka siapkan.
Tentunya berterimakasih dengan setuluuuusss!!! Mungkin.
***
alurnya t3pat